Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
21 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
2
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
22 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
20 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
21 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
5
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
20 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
6
Cleberson Siap Jalankan Instruksi Demi Tiket Final
Olahraga
21 jam yang lalu
Cleberson Siap Jalankan Instruksi Demi Tiket Final
Home  /  Berita  /  Hukum

Isu Begal Hingga Aksi Bandit Jalanan di Riau Berdampak Timbulnya Fear Of Crime di Masyarakat, Ini Kata Kriminolog

Selasa, 19 Desember 2017 11:59 WIB
Penulis: Chairul Hadi
isu-begal-hingga-aksi-bandit-jalanan-di-riau-berdampak-timbulnya-ifear-of-crimei-di-masyarakat-iniKasmanto Rinaldi
PEKANBARU - Belakangan ini, masyarakat Provinsi Riau khususnya Kota Pekanbaru 'dihantui' oleh beredarnya informasi hoax aksi Begal. Kondisi tersebut diperburuk dengan kian maraknya aksi Bandit jalanan, salah satunya penjambretan dan pecah kaca mobil. Ini berpotensi timbulnya Fear Of Crime di masyarakat.

Kriminolog Riau sekaligus Wakil Dekan III Fisipol Universitas Islam Riau Kasmanto Rinaldi menuturkan, Fear of crime adalah suatu kondisi dimana masyarakat tidak merasakan lagi rasa aman dalam beraktivitas. Ini memicu munculnya berbagai keadaan dalam diri masing-masing mereka. Selanjutnya, ada fear of crime yang meningkat menjadi moral panic, dikarenakan ketiadaan intervensi keamanan dari kepolisian.

Hal ini, tentunya akan mengganggu ketahanan dan kohesi sosial masyarakat, yang akan menghasilkan konflik horizontal, dan membuat mereka menjadi mudah percaya pada isu dan provokasi. Contoh saja, dengan beredarnya foto-foto korban Begal yang disebut-sebut terjadi di Pekanbaru, padahal hoax.

Ketakutan bakal muncul disebabkan itu, ditambah pula faktanya, kian marak aksi kriminalitas jalanan, salah satunya penjambretan. Mestinya, Pekanbaru dan sekitarnya harus mampu menjadi Friendly City, kontek yang umum dalam pengembangan suatu wilayah atau perkotaan dari aspek kriminologi.

Friendly City adalah bagaimana kota atau wilayah tersebut mampu mendukung kelompok yang rentan, marjinal dan terekspose dengan cara menghilangkan kerawanan, sehingga mereka bisa bertahan dalam menata kehidupan.

Mahasiswa Doktoral Kriminologi UI ini melanjutkan, keberadaan kelompok masyarakat yang rentan mengalami kejahatan bisa dilihat dari Tipologi korban, antara lain Unrelated Victims (mereka yang sebenarnya tidak memiliki hubungan apapun dengan si pelaku kejahatan).

Dalam fenomena ini, masyarakat yang secara umum beraktivitas dijadikan sasaran pelaku kejahatan, tanpa melihat apakah dia memenuhi syarat untuk dijadikan target, di mana paling rentan sesuai fakta yang terjadi, adalah wanita.

Kembali lagi soal fear of crime, ada kemungkinan pergeseran yang terjadi di masyarakat ketika mengalami fear of crime, yang pada mulanya merasa takut (fear) berubah menjadi keberanian atau fearlessness. Itu disinggung oleh Kasmanto saat berbincang dengan GoRiau.com.

Dalam konteks kejadian ini, tidak tertutup kemungkinan ditengah-tengah maraknya berbagai informasi di media sosial yang tidak jelas kebenarannya, masyarakat mengalami rasa takut dan gelisah yang berujung kepada keberanian, bahkan benci kepada pelaku Begal, sehingga main hakim sendiri dianggap sebagai solusi kepuasan batiniah mereka dari rasa takut.

"Dalam hal ini, sangat terasa bagaimana sesungguhnya intervensi dari pihak kepolisian hadir dan kehadirannya disekitar masyarakat. Kepolisian seyogyanya harus mampu membuat masyarakat merasa aman, karena tidak mustahil masyarakat akan semakin kecewa, bertindak apatis dan melakukan tindakan main hakim sendiri," ungkap Kasmanto.

"Kepolisian dalam hal ini, jangan lagi kekurangan SDM dan fasilitas dijadikan alasan pembenaran. Sebaiknya aparat di wilayah manapun dia bekerja, harus banyak aktif di masyarakat, di jalan, dan daerah yang berpotensi terjadinya kejahatan, sehingga menjadikan para pelaku kriminal menjadi takut untuk melakukan kejahatan," sebut dia.

Pada dasarnya, saat ini masyarakat sedang mengalami moral panic yang diakibatkan oleh kurangnya kepercayaan terhadap intervensi dari pihak kepolisian. Hal ini lah yang menjadikan mereka bertindak 'berani', yang dalam kajian kriminologi diistilahkan dengan fearlessness.

Namun dari sisi lain, fear of crime ini pada dasarnya telah menjauhkan seseorang dari kualitas hidup yang lebih nyaman dan membawa efek negatif, yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial dan kesejahteraan ekonomi.

Dampaknya, banyak aktivitas yang seharusnya bisa dilakukan dengan baik, menjadi terhalang karena timbulnya kejahatan yang menjadikan mereka memiliki rasa takut, kalau-kalau dijadikan sasaran kejahatan. ***

Kategori:Hukum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/