Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
Olahraga
24 jam yang lalu
Pemprov DKI Adakan Nobar Indonesia Lawan Irak di Piala Asia U 23
2
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
15 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
3
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
Olahraga
21 jam yang lalu
Lawan Irak, Ini Harapan Iwan Bule Jelang Laga Timnas Indonesia
4
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
Olahraga
19 jam yang lalu
Persib Bersiap Menyongsong Championship Series
5
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
Olahraga
20 jam yang lalu
FIBA dirikan Kantor Perwakilan di Jakarta, Menpora Dito: Wujud Kepercayaan Dunia Basket
6
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
5 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Gubernur: Aceh harus Bangga Memiliki Adnan Ganto

Gubernur: Aceh harus Bangga Memiliki Adnan Ganto
Gubernur Irwandi Yusuf saat memberi sambutan pada acara silaturahmi penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa (DR, HC) kepada Adnan Ganto, di Ballroom Hermes Palace Hotel, Selasa (9/1/2017) malam.
Rabu, 10 Januari 2018 16:58 WIB

BANDA ACEH – Adnan Ganto adalah seorang tokoh yang harus ditiru oleh generasi muda Aceh saat ini. Keuletan dan keseriusannya telah mengantarkannya sebagai salah seorang yang diperhitungkan dan puluhan tahun malang melintang menjadi bankir di bank-bank berkelas dunia.

Hal tersebut disampaikan oleh Bang Wandi--sapaan akrab Gubernur Aceh Irwandi Yusuf dalam sambutannya pada acara silaturahmi dan syukuran penganugerahan gelar kehormatan doktor honoris causa (DR, HC) kepada Adnan Ganto, di Ballroom Hermes Palace Hotel, Selasa (9/1/2017) malam.

"Aceh harus Bangga memiliki Bang Adnan Ganto. Tidak ada orang Indonesia apalagi Aceh yang menjadi direksi Bank Asing kecuali Bang Adnan. Pada masa itu, saat anak-anak Aceh seusianya belum bisa berbahasa Indonesia, Adnan Ganto muda, yang berasal Buloh Blang Ara, sebuah gampong terpencil di Aceh Utara sudah mahir berbahasa Inggris dan bekerja pada bank asing,” ujar Irwandi.

Sebagaimana diketahui, selain kesuksesannya yang mengkilap sebagai bankir di sejumlah bank internasional seperti Pierson Bank NV Amsterdam, Amro Bank, dan Morgan Bank, Adnan Ganto juga dipercaya menjadi penasihat Menteri Pertahanan, penasehat Kepala Badan Intelijen Negara, penasehat Menteri Pertambangan dan Energi, dan Penasihat Panglima TNI.

Bahkan hingga saat ini, jebolan magister Harvard Busines School Amerika Serikat ini, masih dipercaya sebagai penasihat Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan. Untuk jabatan yang satu ini, bahkan sudah digeluti oleh Adnan Ganto sejak tahun 1990.

Oleh karena itu, Bang Wandi berharap, posisi seorang Adnan Ganto yang tak tergantikan meski rezim di Indonesia berganti harus menjadi inspirasi dan ditiru oleh generasi muda Aceh saat ini.

“Kampus-kampus yang ada di Aceh harus mampu membina dan menghasilkan generasi muda yang mampu meniru berbagai hal yang telah kesuksesan beliau. Kesempatan saat ini ada pada Adnan Ganto-Adnan Ganto muda, mampukah menyamai seperti Adnan Ganto tua? Inilah tugas para rektor di universitas masing-masing untuk memunculkan Adnan Ganto muda,” kata Gubernur.

Prof Mahfud MD: Bahaya Ilmuan Tukang

Sementara itu, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Prof Mahfud MD, dalam tausyiah singkatnya berpesan agar para cendikian dan pemikir Indonesia untuk mencontoh apa yang telah dilakukan oleh Adnan Ganto.

“Pak Adnan adalah contoh cendikiawan yang mendarmabaktikan diri dan ilmunya untuk bangsa dan negara. Hal ini harus ditiru oleh banyak pihak karena saat ini di Indonesia banyak sekali bermunculan ilmuan tukang yang bekerja berdasarkan pesanan,” ungkap Mahfud MD.

Cendikiawan dan ilmuan pesanan yang dimaksudkan oleh mantan Menteri Pertahanan era Presiden Abdurrahman Wahid itu, adalah ilmuan yang memberikan dan mengeluarkan pendapat sesuai pesanan. Padahal, dalam konsep Islam ulama itu harus mampu mengkombinasikan fikir dan zikir.

“Padahal sejatinya Ilmuan itu tidak semata mengandalkan kemampuan berfikirnya tetapi juga menghadirkan zikir di hatinya. Hal inilah yang akan mampu menjadikan seorang sebagai ilmuan yang ulil albab, yaitu ilmuan yang tidak semata berfikir tetapi juga berzikir atau mengingat Allah,” imbuh Prof Mahfud.

Oleh karena itu, Mahfud MD berpesan tentang pentingnya menghadirkan zikir sembari menghasilkan buah fikir, karena hal tersebut akan menjaga ilmuan dan para intelektual dari buah fikir yang menyimpang.

“Nah Pak Adnan telah melakukan itu, memberikan pendapat secara objektif, tidak memuji tapi tidak pula menjatuhkan. Beliau memetakan dan mempelajari masalah secara objektif untuk kemudian memberikan solusi. Hal inilah yang menyebabkan posisi beliau tidak tergantikan meski rezim terus berganti,” sambung Mahfud MD.

Dalam kesempatan tersebut, Prof Mahfud mengungkapkan bahwa Ilmuan yang disebut ulul albab itu mendasarkan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada sekurang-kurangnya 3 pilar.

Ketiga pilar tersebut adalah Iptek dan agama merupakan satu kesatuan yang tidak dikotomis. Dalam Islam, ilmu adalah bagian dari agama. Selanjutnya, Islam dan pengembangan Iptek menerima sepenuhnya rasionalitas tapi menolak rasionalisme.

“Ini yang berbahaya, bagaimana dunia barat mengarahkan ilmu pengetahuan menjadi rasionalisme. Seakan-akan sesuatu yang tidak masuk akal itu tidak ilmiah. Ingat, Islam menerima seluruh kebenaran, bahkan kemajuan dunia Islam itu karena iptek dihormati, namun paham barat perlahan menggeser itu, ini yang berbahaya,” pesan Mahfud.

Pilar ketika, iptek harus memihak kepada kemaslahatan umat. Meski metodologinya benar, iptek tidak boleh dikembangkan jika belum ada jaminan bahwa hal yang dikembangkan itu aman bagi masyarakat.

“Jika tidak berpihak kepada masyarakat, maka iptek dan perkembangannya yang terlalu sekuler akan menyebabkan kerusakan. Aliran positifisme yang mengatakan bahwa iptek itu netral, hal inilah yang menjadi penyebab pecahnya perang dunia pertama dan kedua. Oleh karena itu, iptek harus dikembangkan lebih manusia, makanya kini muncul ilmu-ilmu humaniora.”

“Adnan Ganto telah membuktikan, ilmunya itu diabdikan untuk kebaikan, bukan ilmu yang bisa dibeli berdasarkan pesanan. Oleh karena itu, mari kita terus berusaha untuk menjadi pribadi yang ulil albab, yang selalu berzikir dan berfikir. Nah tugas kita adalah bagaimana membangun ulil albab dalam diri kita,” pungkas Prof Mahfud MD.

Sejumlah pejabat dan mantan pejabat nasional terlihat menghadiri acara ini di antaranya Widodo AS, Pagdam Iskandar Muda, Sekda Aceh, Rektor Unsyiah, UIN Ar-Raniry, Unimal dan UTU serta sejumlah pejabat lainnya.

Editor:Kamal Usandi
Kategori:Pendidikan, Pemerintahan, Aceh
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/