Warga Desa Terantang Korban Travel JPW Melapor ke Polda Riau, Ada Jual Tanah, Kebun Hingga Ternak Demi Berangkat Umrah
Penulis: Chairul Hadi
Pak Azhar Hamid, salah seorang korban gagal berangkat umrah oleh Travel JPW mengatakan, kedatangan dirinya dan belasan warga Terantang ke Mapolda Riau untuk melapor atas kasus tersebut. Ia berharap kepolisian dapat memproses perkara itu, dan uang dapat dikembalikan utuh.
Diceritakan oleh pria 67 tahun ini, dirinya dan tiga keluarga lain (Menantu, anak istri, red) sudah membayar lunas ke pihak Travel JPW untuk bisa umrah. Itu sekitar 2016 lalu dirinya mendaftarkan diri. Namun sampai sekarang, niat tersebut tak kunjung terealisisasi.
"Dari kampung kami ini ada sekitar 15 orang, mereka juga masih keluarga kami. Itu sekitar tahun 2016 mendaftar, kuitansi masih ada. Sudah semua dan lunas. Katanya berangkat cepat, disuruh bayar kontan," terang Azhar Hamid kepada GoRiau.com.
Ia dan beberapa orang lainnya juga pernah beberapa kali diundang ke kantor Travel JPW, katanya mau diberangkatkan. Namun lama tak jadi-jadi juga. Sempat mereka bilang mau mengembalikan uangnya 50 persen, ternyata juga tidak dilakukan," sebut dia.
Lanjut Azhar, uang yang sudah dibayarkan ke pihak Travel JPW bukan jumlah sedikit. Satu orang sekitar Rp23 juta. Duit segitu didapatkan bukan melalui jalan mudah, lantaran profesi mereka adalah petani (Kebun, red). "Ada jual tanah, niatnya untuk umrah, ada jual sapi juga, sudah habis semua," keluhnya.
Azhar pun merasa sedih. Niat suci untuk umrah justru gagal, bahkan uangnya belum tahu bagaimana nantinya, apakah akan kembali utuh atau seperti apa. "Sedih sudah pasti, niat suci kok sampai sekarang tak tercapai. Alasannya visa nggak ke luar, banyak lah pokoknya," tutur dia.
Bahkan ada yang telah menggelar doa di kampung, namun tahu-tahunya batal. "Harapan saya, uang kami dikembalikan secara utuh, jadi nanti bisa kami pindah ke travel lain," singkat Azhar.
Senada dengan Azhar, korban lainnya bernama Widyawati juga mengalami hal tersebut. Dirinya sudah tiga kali tertunda setelah dijanjikan berangkat umrah. Widyawati juga warga Desa Terantang. Beda lagi dengan Pak Tasar, dirinya sekarang kehilangan kebun karet yang dijual demi berangkat umrah.
"Jual kebun karet, tapi nggak jadi berangkat, tentu sedih. Sekarang kerjaan saya bersihkan kebun karet orang lain di desa, karena sudah tidak punya kebun lagi," tutur Tasar. ***
Kategori | : | Ekonomi |