Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
2
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
3
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
Indra Sjafri Genjot Fisik Timnas U-20 Indonesia
4
Pemkab Kepulauan Seribu Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2024
Pemerintahan
23 jam yang lalu
Pemkab Kepulauan Seribu Peringati Pekan Imunisasi Dunia 2024
5
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
Umum
20 jam yang lalu
Kesit Budi Handoyo Siapkan Pakta Integritas untuk Kepengurusan PWI Jaya 2024-2029
6
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
Umum
20 jam yang lalu
Dewi Sandra Soroti Pentingnya Produk Halal di Brave Beauty Summit Qatar
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Keluh Kesah Nelayan Aceh, Pendapatan Ratusan Ribu Turun Jadi Rp20 Ribu/Hari

Keluh Kesah Nelayan Aceh, Pendapatan Ratusan Ribu Turun Jadi Rp20 Ribu/Hari
Ilustrasi
Senin, 15 Januari 2018 08:44 WIB

LHOKSUKON - Pendapatan nelayan tradisional di Kecamatan Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, anjlok hinggga 150 persen sejak sebulan terakhir, karena hasil tanggapan mereka menurun, akibat peralihan musim.

Seorang nelayan Desa Bantayan, Kecamatan Seunuddon, Aswadi Jalil ditemui seusai pulang melaut menyebutkan, menurunnya tangkapan udang dan ikan segar disebabkan peralihan musim atau pancaroba.

Disebutkan, jika cuaca bagus atau hari biasanya para nelayan bisa mendapatkan penghasilan antara Rp100 ribu hingga Rp300 ribu, tapi sekarang hanya Rp20 ribu. Dia memperkirakan, tangkapan nelayan akan normal kembali pada pertengahan Mei 2018.

"Sejak sebulan terakhir ini tangkapan kami tidak maksimal, kadang-kadang untuk biaya operasional saja tidak cukup, sehingga untuk bahan bakar terpaksa hutang dulu," kata Aswadi Jalil.

Tidak sedikit nelayan tradisional daerah itu, kata Aswadi, akhir-akhir ini memilih tidak melaut, karena biaya pengeluaran tidak sebanding dengan hasil tangkapan mereka, yang menyebabkan pihaknya merugi.

Misalnya saja untuk tangkapan hari ini, sebut Aswadi lagi, dia bersama seorang temannya Amir Nurdin hanya mendapatkan Rp20 ribu, setelah udang tangkapan mereka dijual.

"Biarpun hasil tangkapan sedikit untuk hari ini, kami tetap melaut agar dapur rumah berasap dan uang jajan anak untuk sekolah terpenuhi, siapa tahu besoknya dapat rezeki banyak," sebut Aswadi.

Dikatakan, meski sebagian besar tangkapan nelayan daerah itu menurun, tetapi ada juga beberapa nelayan di antaranya mendapatkan tangkapan bagus, seperti yang terjadi tiga hari lalu.

Menurut mereka, buruknya hasil tangkapan nelayan tradisonal itu juga tidak terlepas oleh masih adanya penggunaan pukat harimau yang beroperasi di perairan Seunuddon.

Tidak hanya biota laut dan bibit ikan mati terbunuh setiap harinya, pukat harimau juga telah meresahkan nelayan kecil secara nyata, seperti putusnya jaring ikan nelayan saat diarunginya.

"Kemarin tiga lembar jaring ikan saya rusak, diarungi pukat harimau. Saya melihatnya sehingga mereka mengganti rugi Rp400 ribu, meski tidak setimpal tetapi setidaknya ada tanggung jawab," kata Ismail, nelayan lainnya.

Editor:Kamal Usandi
Sumber:okezone.com
Kategori:Ekonomi
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/