549 Sastrawan Menolak Program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional Denny J.A.
Penulis: RLS
Menurut Juru Bicara Penyair Muda Indonesia, Ramoun Apta, dalam sejarah kesusastraan dunia, Alexander Pope, penyair Inggris Abad XVIII, telah menuliskan bentuk semacam ini dalam buku berjudul "An Essay on Man". Pope menuliskan esai filosofis dengan bentuk puisi, menggunakan kuplet dengan pentameter iambik. Terdiri dari empat epistel (bab) yang membicarakan pelbagai topik tentang kemanusiaan.
"Fakta ini meruntuhkan klaim DJA dalam kata pengantar proyek buku puisi esainya yang pertama, "Atas Nama Cinta" yang dikutipkan sebagai berikut: Kebutuhan ekspresi kisah ini membuat saya memakai sebuah medium yang tak lazim. Saya menamakannya “Puisi Esai”. Ia bukan esai dalam format biasa, seperti kolom, editorial atau paper ilmiah. Namun, ia bukan juga puisi panjang atau prosa liris. Medium lama terasa kurang memadai untuk menyampaikan yang dimaksud." (Denny JA, 2012:11)," ujar Ramoun dalam siaran pers yang diterima redaksi, Jumat (19/1/2018).
Selain itu, imbuh Ramoun, puisi esai DJA bukanlah puisi esai. Sebab, dirinya menilai karakteristik yang dipakai adalah karakteristik puisi naratif, dengan plot, tokoh, dan ceritanya.
"Catatan kaki yang disyaratkan sebagai ciri keesaian puisi juga bukan ciri utama atau keharusan esai. Esai kerap tak memiliki catatan kaki. (Jadi, bagi siapa saja yag) mendukung program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA sama artinya dengan mendukung kekeliruan definisi dan konsep tersebut, yang pada gilirannya merupakan tindak perusakan sastra sebagai kajian keilmuan," tegasnya.
Tak hanya itu, Ramoun juga menyoroti rekam jejak penggagasnya yang bermasalah. Psalnya, program yang digagas DJA bukanlah proyek pertama yang pernah dibuat DJA.
"Sebelumnya, DJA mensponsori proyek penulisan sebuah buku berjudul “Membawa Puisi Ke Tengah Gelanggang” yang sarat glorifikasi akan peran DJA sendiri dalam kesusastraan Indonesia. Buku yang penggarapannya ia serahkan kepada Narudin Pituin, seorang finalis Duta Bahasa yang kerap mendaku sebagai kritikus meski kompetensi dan kredibilitasnya dalam lapangan kritik sastra sendiri masih dipertanyakan banyak pihak. Buku tersebut dibagi-bagikan gratis kepada sejumlah sastrawan, yang kemudian berujung pada pengembalian buku yang dimaksud oleh sebagian penerimanya sebagai bentuk protes.
Sebelumnya lagi, DJA terlibat dalam penyusunan buku “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh” yang penuh kontroversi. Buku yang secara bias telah menyejajarkan DJA sendiri dengan nama-nama penting dalam sejarah kesusastraan Indonesia seperti: Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, HB Jassin dan lain-lain.
"Dapat dikatakan DJA telah berkali-kali melakukan upaya perusakan sistematis terhadap sastra Indonesia dan pelecehan terhadap kerja-kerja kesusastraan," tandasnya.
Berdasarkan hal ini, mereka dengan tegas menolak Program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional Denny J.A, menolak semua proyek serupa yang sifatnya merusak sastra Indonesia dan membodohi masyarakat, baik itu yang digagas DJA maupun pihak-pihak lain.
"(Kami juga) menuntut DJA menghentikan Program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional dan menyerukan kepada semua yang terlibat dalam Program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA untuk mengundurkan diri, membatalkan kontrak, dan mengembalikan honor. Bila membutuhkan bantuan terkait prosesnya, akan kami upayakan mencari jalan keluar bersama. Kami juga menyerukan kepada komunitas-komunitas sastra di seluruh Indonesia untuk menangkal Program Penulisan Buku Puisi Esai Nasional DJA dan mencegah anggota komunitas masing-masing terlibat dalam proyek buku puisi esai dimaksud," bebernya.