Entah Sampai Kapan Meranti Seperti Ini, Tiap Butuh Darah Mencarinya ke Aplikasi Chat dan Medsos
Penulis: Safrizal
Kebutuhan darah di Kepulauan Meranti hampir terjadi setiap minggu. Darah yang seharusnya segera didapatkan terpaksa harus menunggu pendonor yang belum tahu siapa dan dimana rimbanya.
Di Kepulauan Meranti hanya RSUD yang memiliki tempat penyimpanan darah itupun dengan jumlah yang sangat sedikit. Sedangkan PMI sama sekali tak punya bank darah. PMI hanya punya daftar pendonor beserta nomor hape.
Namun, ketika pasien membutuhkan darah, kerap kali informasi itu disampaikan ke Group Chatt seperti BBM (broadcast), dan WhatsApp. Tak hanya itu, info membutuhkan darah juga diposting ke media sosial.
Meski sudah ada pendonor, belum tentu darahnya bisa diambil. Sudah cocok golongan darah yang dibutuhkan, bisa saja HB pendonor rendah, atau pendonor memiliki riwayat penyakit berbahaya. Sehingga donor darah tak bisa dilanjutkan.
Pernah tahun 2013 silam, seorang pasien Sup meninggal dunia pasca operasi melahirkan, Rabu (14/12/2013). Pasien tersebut kekurangan darah pasca menjalani operasi cesar.
Sebenarnya sudah ada pendonor, namun tak berhasil diambil darahnya. Dengan alasan pendonor takut jarum yang sedikit agak besar. Sementara pasien (Sup) sudah menjalani operasi.
Waktu itu, menurut Pihak RSUD, Sup datang dengan hamil kelima letak lintang dengan plasenta previa totalis. Plasentanya menutup jalan lahir total. Dan pada saat masuk itu sudah ada kontraksi 3 x 3 detik dalam 10 menit. Jadi, operasi tidak bisa dimundurkan.
"Kalau ditunda operasi, begitu dia sebentar lagi terbuka, pecah, darah itu nyemprot dari plasenta karena plasenta menutup jalan lahir," kata Azharul Yusri, dokter spesialis kandungan yang saat itu menjabat Kasi Yanmed RSUD Kepulauan Meranti, 10 Desember 2013 silam.
Saat itu dokter yang menangani minta tolong disiapkan 2 kantong darah. Sebelum operasi dikonfirmasi ke pihak keluarga pasien dan dijawab bahwa dara yang diminta itu ada.
Celakanya, orang yang seharusnya mendonor tiba-tiba membatalkan niatnya. Dia tak mau mendonorkan darahnya setelah melihat jarum.
Meski sudah ada kejadian yang menelan korban jiwa, tak membuat Kota Sagu yang sudah berusia 9 tahun punya bank darah. Sehingga mencari darah seringkali melalui Medsos dan group chatting.
Cara mencari darah (untuk pasien) yang menyedihkan ini masih terus terjadi hingga awal 2018. Pesan berantai diforward kemana-mana dengan harapan ada orang berbaik hati mendonorkan darah sesuai dengan golongan (darah) yang dibutuhkan pasien. ***
Kategori | : | Umum |