Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
20 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
2
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
20 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
3
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
Pemerintahan
11 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
4
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya
Olahraga
20 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya
5
Salma Hayek Gabung Madonna Hadirkan Budaya Meksiko dalam Tour Terakhir
Umum
20 jam yang lalu
Salma Hayek Gabung Madonna Hadirkan Budaya Meksiko dalam Tour Terakhir
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pertanian Butuh Sentuhan Sektor Permodalan Financial Teknologi

Pertanian Butuh Sentuhan Sektor Permodalan Financial Teknologi
Istimewa.
Sabtu, 27 Januari 2018 18:44 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Pilihan investasi yang bisa diambil oleh masyarakat cukup beragam. Seiring perkembangan teknologi, pilihan investasi tersebut pun makin bervariasi. Salah satunya adalah di bidang pertanian.

Peluang ini yang coba ditawarkan oleh sejumlah penyedia atau pengelola platform investasi di bidang pertanian entah itu bentuknya berupa crowdlending, peer-to peer (P2P) lending, crowdfunding atau lainnya.

Topik berinvestasi di bidang pertanian ini dibahas dalam CEO Talks: Value Investing in Agriculture Crowdfunding di Sapori Deli Restaurant, Hotel Fairmont, Jakarta, Kamis (25/1/2018). 

Acara ini menghadirkan dua pembicara utama. Mereka adalah Chairman & Co-Founder Tani Fund Pamitra Wineka dan CEO Vestifarm Dharma. Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jenderal (Purn) Moeldoko yang memberikan opening speech. Kegiatan ini juga dihadiri oleh pejabat Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengusaha, dan stakeholder lainnya.

Dalam sambutannya, Moeldoko menyampaikan, masih banyak potensi yang belum tergarap optimal di bidang pertanian. Moeldoko juga mengajak masyarakat, khususnya pelaku financial technology (fintech) di bidang pertanian, sering-sering terjun ke lapangan untuk mengetahui kondisi real yang dihadapi oleh para petani.

"Silakan lihat langsung ke lapangan. Anda akan melihat potensi yang begitu besar. Para petani juga butuh sentuhan fintech agar lebih maju dan berkembang," ujar Moeldoko.

Sama halnya yang sudah dilakukan mantan Panglima TNI ini melalui HKTI, terus berinovasi dan mengembangkan teknologi. Dirinya juga terua mengupayakan agar para petani bisa menembus sektor permodalan.

"Semodern apa pun zaman, kita tetap butuh makan. Maka teknologi juga harus berperan aktif di sektor pertanian. Tidak akan rugi bila permodalan diarahkan ke teknologi pertanian," jelas pria yang menjabat Kepala Staf Presiden (KSP) ini.

Sementara itu, Dharma bercerita, awalnya ia mendirikan startup Vestifarm ialah saat ia mengunjungi sebuah desa di Sumedang, Jawa Barat. Saat itu, ia bertemu dengan seorang peternak sapi bernama Mang Yon Yon.

Mang Yon Yon merupakan peternak sapi yang tersohor di desa itu. Dharma terkejut melihat tidak ada seekor sapi pun di kandang milik Mang Yon Yon. Dharma menanyakan hal ini kepada Mang Yon Yon. Mang Yon Yon mengisahkan kalau ia sudah tidak beternak sapi selama sembilan bulan karena keterbatasan modal.

Sejak itulah, Dharma bertekad untuk menciptakan platform Vestifarm yang bisa membantu petani dan peternak. Vestifarm sendiri menerapkan konsep syariah terkait bagi hasil antara investor dan peminjam (petani atau peternak).

Dalam konsep tersebut, Vestifarm membuat semacam kontrak bagi hasil kepada investor dan peminjam secara terpisah. Sampai sejauh ini, pendanaan yang telah disalurkan melalui Vestifarm tercatat sebesar Rp 9 miliar lebih.

Untuk mitigasi risiko, Tim Vestifarm juga melakukan survei langsung ke lokasi calon peminjam. Meski begitu, Dharma meneruskan, risiko dalam berinvestasi di sektor pertanian tetap ada, misalnya akibat faktor cuaca.

Terlebih, Vestifarm tidak menggunakan asuransi dalam skema investasi yang ditawarkannya. Oleh sebab itu, dalam kontrak kerjasama yang dibuat, Vestifarm memuat klausul-klausul secara detil.

Permasalahan identik juga ditemui oleh Wineka dalam mengembangkan platform-nya, yakni Tani Fund. Ia berujar, sebenarnya sektor pertanian adalah penyumbang terbesar ke-2 Gross Domestic Product (GDP) Indonesia di tahun 2016.

Meski begitu, masih banyak potensi yang belum tergali maksimal dari sektor ini. Lahan pertanian darat, misalnya, masih memiliki potensi sebanyak 14 juta hektare yang bisa digarap. Belum lagi untuk sektor yang berkaitan dengan kelautan. Usia para petani pun sebagian besar (61%) lebih dari 45 tahun. Hal ini menyiratkan minat generasi muda terhadap sektor pertanian masih rendah.

Selain itu, masalah rentenir juga menjadi tantangan tersendiri. Untuk soal ini, Tani Fund melakukan pendekatan edukatif kepada rentenir yang ternyata juga sebagian adalah petani itu sendiri.

Yang jelas, berinvestasi di sektor pertanian cukup menjanjikan. Apalagi bila diiringi dengan aspek sosial, seperti membantu meningkatkan kesejahteraan petani atau peternak. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/