Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
Olahraga
14 jam yang lalu
Aditya Bagus Arfan Tuntaskan Misi di Pertamina Indonesian Grand Master Tournament 2024
2
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
Olahraga
23 jam yang lalu
Tak Sabar Main di Timnas Indonesia, Maarten Paes Sebut Momen Besar Jadi WNI
3
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Kadis Nakertransgi: Pemprov DKI Berkomitmen Tingkatkan Kesejahteraan Pekerja
4
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
Umum
11 jam yang lalu
Digosipkan Pacari Putri Zulkifli Hasan, Venna Melinda Dukung Verrel Bramasta
5
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
Umum
11 jam yang lalu
Tom Holland dan Zendaya Rahasiakan Persiapkan Pernikahan
6
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor 'Temurun' Jadi Ajang Fun Run
Umum
10 jam yang lalu
Prilly Latuconsina Bikin Film Horor Temurun Jadi Ajang Fun Run
Home  /  Berita  /  Politik

Berbicara Masalah Abrasi, Hardianto: Ini Persoalan Kedaulatan Negara

Berbicara Masalah Abrasi, Hardianto: Ini Persoalan Kedaulatan Negara
Hardianto
Kamis, 01 Februari 2018 06:41 WIB
Penulis: Safrizal
SELATPANJANG - Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau, Hardianto, mengatakan, abrasi adalah masalah kedaulatan negara. Sehingga, pemerintah pusat harus cepat turun tangan untuk mengatasi abrasi ini.

Katanya, isu abrasi saat ini bukan hanya berbicara tentang hancurnya tebing akibat hempasan ombak laut. Atau, jatuhnya tapak rumah warga ke pantai, tetapi sudah masuk ke ranah kedaulatan negara. Dampak dari abrasi, daratan Indonesia semakin mengecil dan zona ekonomi ekskusif (ZEE) akan semakin tertarik mengikuti batas bibir pantai. Sementara kekuasaan beberapa negara tetangga malah semakin besar.

Untuk mengatasi abrasi, tambah Hardianto, tak pula bisa oleh pemerintah provinsi saja, apalagi pemerintah kabupaten kota. Sebab, ketika mau menangani abrasi dibutuhkan biaya tak sedikit.

Untuk membangun penahan gelombang di sisi laut, kata Hardianto, menelan anggaran sekitar Rp2 miliar hingga Rp2,5 miliar per 100 mmeter "Siapapun gubernur nya, bohong kalau bisa menangani abrasi dengan APBD," ujarnya.

Diakui bakal calon wakil gubernur (Balon Wagubri) ini lagi, selama menjadi anggota DPRD Riau, ia sudah pergi ke Kementerian PUPR untuk membahas masalah abrasi. Hardianto mempertanyakan bagaimana sebenarnya Kementerian PUPR itu juga punya perhatian khusus dalam pembangunan dan penanganan persoalan abrasi di Riau.

Dari sana, didapati informasi bahwa porsi penanganan abrasi di APBN sangat kecil. Selain itu, Kementerian PUPR membutuhkan detil enginering design (DED) dari daerah yang terkena langsung dampak abrasi. "Kita kecewa karena kecilnya anggaran penanganan abrasi di APBN," ujar Hardianto.

Hal ini, tambah Hardianto, perlu dibahas serius oleh pemerintah pusat. Sebab, isunya bukan persoalan abrasi dan rumah masyarakat yang jatuh ke laut, tapi persoalannya adalah kedaulatan negara.

"Persoalan kedaulatan ini seharusnya pemerintah pusat punya perhatian khusus. Jujur saja, biaya untuk menangani abrasi tak sedikit, tak kuat oleh APBD," kata Hardianto, Minggu (28/1/2018).

Untuk di Kepulauan Meranti yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Malaysia, abrasi terjadi di seluruh pulau. Namun, tidak semua pulau masuk kategori pulau terdepan Indonesia.

Padahal, di Pulau Tebingtinggi bagian barat tepatnya di Desa Mekong, berhadapan langsung dengan Selat Melaka. Di musim tertentu, ombak disertai angin kencang akan terjadi.

Ombak besar ini tidak hanya menghancurkan tebing-tebing, tetapi juga turap penahan yang dibangun zaman Kabupaten Bengkalis. Tak sedikit tanah warga yang saat ini sudah menjadi pantai akibat abrasi. Tak sedikit juga warga harus pindah ke daerah yang lebih jauh dari laut.

Abrasi terparah juga terjadi di Pulau Rangsang.

Banyak kebun kelapa, rumah, dan tanah milik warga setempat kini 'nyebur' ke laut. Tak sedikit fasilitas umum (fasum) seperti jalan semenisasi juga ikut 'nyebur' ke laut. Masyarakat setempat hanya bisa pasrah dengan keadaan ini sambil berharap adanya penanganan abrasi (serius) dari pemerintah pusat. ***

Kategori:Politik
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/