Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
Olahraga
17 jam yang lalu
Lewat Permainan Kreatif, Adit Taklukan Uzair di Babak Kelima
2
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
Pemerintahan
17 jam yang lalu
KPU DKI Gelar Sayembara Maskot dan Jingle Pemilihan Gubernur Jakarta
3
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
Hukum
16 jam yang lalu
Jet Pribadi Sandra Dewi Diselidiki Kejagung dalam Kasus Korupsi PT Timah
4
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
Umum
16 jam yang lalu
Johnny Depp Berencana Beli Kastil Tua Bersejarah di Italia
5
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
Umum
16 jam yang lalu
PJ Gubernur Ribka Haluk Buka UKW Perdana Papua Tengah
6
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Umum
16 jam yang lalu
Ditanya Kemungkinan Rujuk dengan Farhat Abbas, Nia Daniaty Pilih Bungkam
Home  /  Berita  /  Umum

Lima Tahun Terakhir, YOSL Selamatkan 137 Orangutan

Lima Tahun Terakhir, YOSL Selamatkan 137 Orangutan
Ilustrasi [Net]
Kamis, 08 Februari 2018 09:41 WIB

MEDAN - Lembaga Konservasi Yayasan Orangutan Sumatera Lestari (YOSL) berhasil menyelamatkan 137 orangutan baik melalui evakuasi maupun penyitaan dari masyarakat dalam kurun waktu lima tahun dari tahun 2012 sampai 2017.

Direktur Lembaga Konservasi YOSL atau Pusat Informasi Orangutan (OKI) Panut Hadisiswoyo yang dihubungi dari Medan, mengatakan bahwa orangutan perlu mendapat perhatian serius dari semua pihak karena keberadaannya yang terus berlanjut terancam sesuai dengan fungsinya hutan yang menjadi habitatnya menjadi perkebunan di beberapa daerah. 

"Sejak tahun 2012 hingga 2017 ada 137 orangutan yang berhasil kita selamatkan, baik melalui evakuasi maupun melalui penyitaan dari masyarakat," katanya, Kamis (20/8/2018).

Perubahan fungsi hutan menjadi lahan perkebunan dan pertanian memang menjadi ancaman terbesar terhadap populasi orangutan, karena perubahan habitat sangat menyerang kemampuan orangutan dalam melangsungkan hidup.

Perubahan habitat tersebut dapat berupa kehilangan, kerusakan, dan fragmentasi habitat akibat konversi lahan hutan menjadi perkebunan skala besar, pengubah hutan yang salah, perambahan, pembalakan liar dan kebakaran.

Dalam beberapa kasus, menemukan orangutan yang terjebak di areal perkebunan sawit karena areal sebelumnya adalah hutan yang menjadi habitatnya.

"Kita melakukan evakuasi terhadap orangutan yang terjebak di areal perkebunan itu dan memindahkannya ke hutan. Selain perubahan hutan menjadi perkebunan, perburuan juga menjadi ancaman bagi orangutan," katanya.

Ia mengatakan kecenderungan konflik manusia-orangutan di Sumut kurang lebih sama dengan di Aceh, sementara cenderung orangutan lebih tinggi di Aceh.

Pelaku perburuan orangutan lebih banyak di daerah Aceh, hal ini berdasarkan data dan temuan dari mitra organisasi.

Kecenderungan konflik di Aceh banyak terjadi di Aceh Selatan (Bakongan dan Trumon), sementara di wilayah Sumut, kecenderungan konflik ada di Sei Lepan dan Besitang.

"Hal ini berbuat lurus dengan pembukaan tutup hutan yang tinggi di daerah tersebut," katanya melansir Antara .

Editor:Kamal Usandi
Sumber:antaranews.com
Kategori:Aceh, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/