Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
12 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
3
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
14 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
4
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
11 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
21 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Home  /  Berita  /  Riau

SMP Pertama di Siak, Gedung Tua yang Sempat Berdiri Kokoh dan Kini Sudah Menjadi Abu

SMP Pertama di Siak, Gedung Tua yang Sempat Berdiri Kokoh dan Kini Sudah Menjadi Abu
SMP Pertama di Siak yang kini sudah rata dengan tanah (foto tribun pekanbaru)
Sabtu, 17 Februari 2018 15:57 WIB
SIAK - Sebuah bangunan tua masih berdiri kokoh di jalan Pepaya, dekat barisan rumah-rumah masyarakat Tionghoa Siak, kota Siak Sri Indrapura. Bangunan itu amat menarik perhatian banyak orang.

Arsitekturnya melayangkan imajinasi kita pada kota Siak di masa lampau, jauh sebelum Siak menjadi daerah otonom baru.

Bangunan itu tampak sangat unik, dan hampir 95 persen berkonstruksi kayu, atap seng. Sayang, Saya tidak bisa masuk ke ruangan bangunan itu, Rabu (1/3/2017).Selain pintu -pintu yang terkunci rapat, akses ke lantai II bangunan juga ditutup. Sementara di bawah teras lantai I, banyak sekali perkakas pedagang kaki lima di sana.

Bangunan bearsitektur sangat unik. Bukan persis seperti arsitektur Melayu, tidak persis pula seperti bangunan Tionghoa. Sedikit lebih mirip dengan bangunan Belanda masa lalu, namun sulit juga diklaim berarsitektur Belanda. Barangkali, perpaduan berbagai kebudayaan yang dianggap modern pada masanya.

Bangunan itu disangga tiang-tiang kayu yang tinggi dan tiang beton di bagian depan. Pintu-pintu jendela tampak sangat lebar dan besar, pun pintu-pintu masuk ke ruangannya. Di tengah bangunan lantai I terdapat sebuah beranda, menjadi pemisah antara dinding ruangan sebelah kiri dan kanan. Sedangkan di lantai II, seluruh dinding ruangan menyatu dengan kokoh. Di bagian tengah, dinding dibuat lebih menjorok ke depan, dan atap berarsitektur "sarang burung". Tapi pada bagian atap "sarang burung" tampak seperti dipepat, tidak berbentuk runcing.

Sedangkan 6 tiang paling depan terbuat dari beton yang sangat kokoh. Sehingga pola bangunan seperti itu semakin membuat ciri bangunan tidak ditemukan di daerah lain.

Banyak yang penasaran, gedung yang kini dicat serba putih itu untuk apa? Masih sangat kokoh, berkarakter namun tidak difungsikan. Sedangkan halaman bagian depan, juga tidak dimanfaatkan untuk taman.

Setelah ditelusuri, ternyata bangunan itu bukanlah sekadar onggokan sebuah gedung tua tanpa nilai. Tinggi sekali nilai kenangannya. Bahkan, orang-orang yang pernah menghabiskan masa "bujang tanggungnya" di gedung itu dulu, rata-rata pada berhasil, sebagian lainnya menjadi pejabat di berbagai daerah, termasuk beberapa pejabat penting di Pemerintah Kabupaten Siak saat ini.

"Itu gedung sekolah saya dulu. Saya tamat di sana. Pada masa saya itulah SMP satu-satunya di kecamatan Siak dari kabupaten Bengkalis. Ya, kecamatan Siak di zaman itu sangat luas, dan Tualang masuk kecamatan Siak di zaman itu," kata Kadri Yafis saat dilihatkan foto gedung itu.

Ia menguraikan, gedung itu dibangun sekitar 1958 untuk sarana pendidikan bagi masyarakat sekitar. Namanya SMP Penabur, sebuah sekolah yang didirikan masyarakat pada awalnya. Sekolah itu berjalan sebagaimana adanya sampai gejolak 30 S/PKI pecah.

Pada 1967, sekolah itu diambil alih oleh pemerintah. Sehingga menjadi gedung pertama SMP Negeri 1 Kecamatan Siak, satu-satunya SMP Negeri di wilayah Siak yang meliputi daerah Siak Sri Indrapura, Mempura, Koto Gasib, Dayun, Lubuk Dalam dan Tualang. Semuanya itu dulu hanya satu kecamatan, yakni kecamatan Siak kabupaten Bengkalis.

"Saya sebenarnya selalu tersentak apabila lewat di sana. Saya, dan banyak alumni lainnya di atas saya dan di bawah saya, menjadi orang berkat dididik di sana," kata Kadri, sekaligus ketua alumni SMPN 1 Siak.

Kadri dan beberapa orang alumni sering mengunjungi bangunan tua itu. Di mana generasi muda di Siak sekarang banyak yang tidak tahu menahu tentang bangunan itu. Bahkan Kadri dan para alumni lainnya membahasakan menjenguk kenangan di sekolah, jika hendak berfoto di depan gedung itu.

"Sudah 57 tahun gedung itu, masih tetap kokoh. Menjadi saksi bagi kami, bahwa kami perbah bersekolah di sana," kata dia.

Kadri sendiri tamat sekolah di sana pada 1979. Kala itu, sudah banyak alumninya. Untuk sekadar menyebut tokoh masyarakat Riau yang tamat dari sekolah itu, di antaranya Wan Hambali dan Tengku Lukman Jafar.

"Di masa saya, ada 6 ruangan kelas dulu, sisanya untuk kantor. Pernah pula dijadikan sebagian ruangan untuk kerajinan tenun," kata dia.

Kadri mengingat kembali saat ia dan teman-temannya berlarian di halaman saat jam istirahat. Berebut sama teman-temannya naik tangga menuju lantai II dan kenangan hingga ia tamat di sekolah itu.

SMP Negeri 1 Siak dengan memakai gedung itu berlangsung sejak 1967 -1980. Pada 1980 pemerintah sudah membangun gedung baru yang lebih representatif di jalan Suak Lanjut, sekitar 800 meter dari gedung lama ini. Sejak gedung SMP Negeri 1 Siak dipindah ke gedung baru, bangunan tidak dimanfaatkan lagi hingga kini.

Kini, Kadri menyadari betapa penting nilai kenangan dan sejarah bangunan itu dijaga. Untuk merawat kenangan dan sejarah itu, pihaknya mendaftarkan bangunan itu menjadi salah satu cagar budaya di Siak, selain istana. Dia juga punya gagasan, bangunan itu akan dimanfaatkan suatu waktu, namun gagasan itu masih belum diusulkan ke bupati Siak.

"Memang secara administrasi belum masauk ke cagar budaya, tapi sudah dalam tahap pengusulan. Karena sarat untuk didaftarakan menjadi cagar budaya minimal sudah berumur 50 tahun, sedangkan saat ini sekarang sudah 57 tahun," kata dia.

Ternyata tidak hanya Kadri dari kalangan pejabat Pemkab Siak yang pernah sekolah di sana. Sekretaris Daerah (Sekda) kabupaten Siak HT Said Hamzah lebih senior dari Kadri, juga sekolah di sana.

Termasuk kepala Dinas Perhubungan Siak Said Arif Fadillah dan kepala Badan Kepegawaian, Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Siak Lukman dan asisten I Pemkab Siak Jamaluddin. Ada banyak sekali alumni dari sekolah itu yang kini sudah menyebar di berbagai lini kehidupan.

"Ya saya juga sekolah di sana dulu. Hanya itu gedung sekolah setingkat SMP di Siak pada waktu itu. Banyak sekali kenangan di sana. Saya tamat di sana tahun 1976, waktu yang memang sudah lama, tapi gedungnya masih kokoh," kata HT Said Hamzah.

Gedung tua itu kini telah rata dengan tanah akibat Kebakaran hebat yang terjadi di Pasar lama Siak, Cina Town tepatnya Jalan Sultan Ismail Kelurahan Kampung Dalam, Siak, Riau, Sabtu (17/2/2018) sekitar pukul 03.15 WIB. ***

Editor:Ira Widana
Sumber:pekanbaru.tribunnews.com
Kategori:Peristiwa, Riau, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/