Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
6 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
6 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
3
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
5 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
4
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
4 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
4 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Home  /  Berita  /  Umum

Orang Gila Berkeliaran di Aceh Utara, Ini Respons Dinkes

Orang Gila Berkeliaran di Aceh Utara, Ini Respons Dinkes
Salah satu pengidap gangguan jiwa di Pantonlabu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara. [Ist]
Jum'at, 23 Februari 2018 15:22 WIB
Penulis: Jamaluddin Idris

LHOKSUKON – Keberadaan orang gila yang berkeliaran di kawasan Pantonlabu, Kecamatan Tanah Jambo Aye, Kabupaten Aceh Utara dikeluhkan sejumlah warga. Mereka berharap dinas kesehatan kabupaten setempat mengatasi hal tersebut.

Tokoh masyarakat Pantonlabu, Abdul Rafar, kepada GoAceh, Jumat (23/2/2018), mengatakan, akhir-akhir ini orang gila banyak berkeliaran di sudut kota maupun di kawasan kecamatan.

“Harusnya ada perhatian pemerintah, apakah diobati atau bagaimana. Ini bukan bermaksud untuk mengucilkan orang gila. Mereka juga manusia, sama seperti kita. Hanya saja kita khawatir, apalagi selama ini sering kita dengar orang gila rawan mengganggu ketentraman masyarakat. Tentu tidak semua seperti itu,” kata Abdul Rafar.

Rafar meminta instansi terkait segera mencari solusinya.

“Kita menyadari kejiwaan mereka terganggu. Namun jika masyarakat ikut-ikutan memberikan stigma negatif, maka gangguan kejiwaannya akan lebih parah, sehingga berefek buruk. Itu yang kita khawatirkan,” ucap Abdul Rafar.

Kepala Dinas Kesehatan Aceh Utara, Makhrozal mengaku juga sering menerima kabar dari petugasnya terkait keberadaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) itu, khususnya di wilayah timur Kabupaten Aceh Utara.

“Namun ada beberapa pasien yang tidak terdata di kita, yang tentunya bukan penduduk Aceh Utara. Menurut informasi dari teman-teman, itu orang gila asal luar daerah yang diturunkan dari kendaraan, seperti dibuang ke kita,” kata Makhrozal.

Meski demikian, ujar Makhrozal, pihaknya tetap akan mendata ODGJ itu untuk diobati. Jika ODGJ itu dalam kondisi tenang, Dinkes juga akan mengobati juga dan selanjutnya akan diserahkan kepada pihak keluarga.

“Kalau tidak membahayakan orang lain, mungkin kita lebih tenang. Kita tidak mungkin menangkap asal-asalan karena juga manusia, apalagi punya keluarga. Namun kita harapakan keluarganya mau melapor ke kita atau ke puskesmas setempat,” ujar Makhrozal lagi.

“Kalau keadaan ODGJ itu tidak kondusif, itu bisa ditangani oleh satpol PP, polsek. Seperti beberapa waktu lalu pernah juga kita tangani di Kecamatan Tanah Jambo Aye, lalu kita rujuk ke RSUD Cut Mutia bidang pelayan gangguan jiwa,” sambungnya.

Makhrozal mengatakan, secara menyeluruh, jumlah ODGJ yang terdata di pihaknya sejak tahun 2006 lalu mencapai 2000 orang lebih. Dari jumlah itu, sekitar 65 persen sudah dalam keadaan sehat dan sudah dikembalikan ke pihak keluarganya.

“Sebagiannya lagi sedang dalam penanganan medis. Untuk persoalan ODGJ ini kita berharap lintas sektor agar sama-sama peduli dan mengangani orang gangguan jiwa. Apakah nantinya diberdayakan dengan dana desa ataupun dana sosial,” tutur Makhrozal.

Berdasarkan data, lanjut Makhrozal, rata-rata mereka berasal dari keluarga miskin, sehingga mengalami gangguan jiwa akibat masalah ekonomi. Kata dia, jika OGDJ itu sudah sembuh dan diberikan lapangan kerja, tentunya tidak akan kambuh lagi.

“Depresi ini yang biasa memicu stres hingga gila. Sesudah sembuh dan diberikan lapangan kerja, akan tidak kambuh lagi. Misalnya mampu menjahit dikasih mesin jahit, mau jadi tukang dikasih pekerjaan sebagai tukang. Ini tidak akan kambuh. Intinya mereka harus mendapat perhatian khusus. Sesudah sehat, mereka diberdayakan dan jangan dikucilkan,” ujarnya.

Makhrozal menyebut, mayoritas ODGJ di Aceh Utara akibat depresi masalah ekonomi dan pengaruh narkoba.

“Dari tahun ke tahun, maaf, yang kita temukan ODGJ memang meningkat. Tetapi dalam hal ini, yang sudah sembuh juga meningkat.” demikian kata Makhrozal.

Kategori:Aceh, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/