Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
11 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
10 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
3
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
4
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
9 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
9 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Longsor Timbun Rumah, Ibu dan Anak di Sibolga Jadi Korban

Longsor Timbun Rumah, Ibu dan Anak di Sibolga Jadi Korban
Selasa, 27 Maret 2018 22:06 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Bencana longsor kembali terulang dan menimbulkan korban jiwa. Hujan lebat yang turun di wilayah Sibolga mulai Senin (26/3/2018) pukul 15.00 Wib hingha 23.00 Wib telah menyebabkan banjir dan longsor.

Longsor tebing menimpa rumah di Kampung Baru Sikaje-kaje Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara pada 26/3/2018 pukul 19.00 Wib.

"Longsor menyebabkan 2 orang meninggal dunia, 1 orang luka berat dan 3 rumah rusak berat. Korban meninggal adalah ibu dan anaknya yaitu Linda (35, sedang hamil dan Flara Citra (5). Satu anaknya lagi mengalami luka berat yaitu Stefani Claudya (9)," ujar Kepala Humas dan Pusat Informasi BNPB, Sutopo Purwo Nugroho melalui siaran persnya.

Longsor kata Sutopo, datang ketika korban sedang menonton televisi. "Saat bersamaan juga terjadi banjir di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga. Banjir menyebabkan seorang anak hanyut yaitu Aura Kasih Simanjuntak (2) yang ditemukan meninggal setelah terseret arus banjir. Korban ditemukan pada 26/3/2018 pukul 21. 30 WIB," tandasnya.

Tim SAR gabungan dari BPBD Kota Sibolga, TNI, Polri, Basarnas, PMI, Tagana, relawan dan masyarakat melakukan penanganan darurat. Saat ini banjir sudah surut. Korban telah diserahkan pada pihak keluarga.

"Hingga saat ini longsor adalah bencana yang paling banyak menimbulkan korban jiwa. Selama tahun 2018 dari 1/1/2018 hingga 27/3/2018 terdapat 197 kejadian tanah longsor. Longsor menyebabkan 53 orang meninggal dunia, 60 orang luka-luka, 33.058 orang menderita dan mengungsi, 1.369 unit rumah rusak, dan 29 bangunan publik rusak," paparnya.

Dibandingkan dengan jenis bencana lain, longsor adalah bencana yang mematikan kata dia, selama 2018 ini, banjir menyebabkan 34 orang meninggal dunia, puting beliung 12 orang dan gempa 1 orang. 

"Bahkan sejak tahun 2014 hingga 2018 longsor menjadi bencana yang paling mematikan. Seringkali longsor tebing tidak terlalu besar, namun menimbun rumah di bawahnya sehingga satu keluarga menjadi korban," tukasnya.

Banyaknya masyarakat yang terpapar dari potensi bencana longsor, menyebabkan longsor memakan korban selama musim penghujan. Ada sekitar 40,9 juta jiwa masyarakat Indonesia yang tinggal di daerah rawan longsor tinggi hingga sedang. Kemampuan mitigasi mereka masih sangat minim. Umumnya masyarakat yang menderita longsor adalah masyarakat yang kemampuan ekonominya di bawah. Mereka tinggal di lereng-lereng perbukitan, pegunungan atau tebing yang curam tanpa ada mitigasi yang memadai sehingga sangat rentan.

"Pemerintah terus membangun dan meningkatkatkan mitigasi longsor. Namun masih terbatas. Saat ini baru terpasang sistem peringatan dini longsor sekitar 200 unit di Indonesia. Sedangkan kebutuhannya ratusan ribu unit," ujarnya.

Penataan ruang kata dia, harus benar-benar dikendalikan. Artinya zona berbahaya longsor sedang dan tinggi sebaiknya tidak untuk dikembangkan menjadi permukiman. Daerah tersebut hendaknya dijadikan kawasan lindung atau terbatas pengembangannya.

"Masyarakat yang sudah terlanjur tinggal di zona berbahaya tersebut hendaknya diproteksi dan ditingkatkan kemampuan mitigasinya. Tentu tidak mungkin semuanya dilakukan pemerintah. Dunia usaha atau swasta dan masyarakat juga harus terlibat membantu masyarakat.

"Jika tidak longsor akan selalu menjadi bom waktu. Terjadi longsor dengan hujan sebagai pemicunya," pungkas Sutopo Purwo Nugroho. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/