Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
10 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
8 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
9 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
4
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
8 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
8 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Berita Khusus Pilgubri 2018

Disematkan Tanjak, Cawagub Riau Edy Nasution: Ciri Khas Budaya Leluhur Ini Harus Mengakar

Disematkan Tanjak, Cawagub Riau Edy Nasution: Ciri Khas Budaya Leluhur Ini Harus Mengakar
Calon Wakil Gubernur Riau Edy Nasution saat mendapatkan kehormatan disematkan tanjak saat kampanye dialogis di Kota Pekanbaru belum lama ini.
Jum'at, 30 Maret 2018 21:59 WIB
Penulis: Friedrich Edward Lumy
PEKANBARU - Tanjak atau yang dulunya disebut Tengkolok, merupakan sejenis alas kepala yang menjadi ciri khas tradisional Melayu dan digunakan oleh laki-laki. Tanjak dibuat dari bahan dasar kain songket, dilipat-lipat dan diikat dengan gaya tertentu.

Calon Wakil Gubernur Riau, Edy Nasution dalam kesempatan kampanye dialogis di Kota Pekanbaru belum lama ini mendapatkan kehormatan disematkan tanjak berwarna hijau dengan benang berwarna emas yang terukir indah.

"Ini suatu kehormatan bagi saya disematkan tanjak. Tanjak sudah dikenakan oleh Sultan dan Raja pada zaman dahulu. Tanjak merupakan simbol kebesaran dan ciri khas Melayu, yang kini keberadaannya sudah memiliki berbagai model," kata Edy Nasution, Jumat (30/3/2018).

Tanjak, ada sejak zaman Kesultanan Melayu Malaka. Sebelum itu, menjadi kewajiban rakyat jelata laki-laki untuk menutup kepala atau mengikat rambutnya yang panjang saat menghadap raja. Masyarakat Melayu menggunakan songket untuk membuat tanjak. Semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial sipemakainya.

Pada zaman dulu, model tanjak yang digunakan ditentukan berdasarkan kastanya. Apakah dia raja atau hanya orang biasa, sehingga tanjak memiliki makna dan arti tersendiri.Meski bentuknya beragam dan beraneka macam, seluruh laki-laki Melayu hampir memakai ini pada masa dahulu. Dan sekarang, tanjak biasanya digunakan dalam acara perhelatan dan adat seperti kenduri kawin, penabalan dan acara adat lainnya.

"Keberadaan tanjak harus mengakar di bumi Melayu ini. Tanjak harus menjadi pioner yang selalu digunakan dalam berbagai acara pemerintahan, baik di Riau atau di luar Riau. Tanjak sebagai simbol dan identitas budaya Melayu Riau," ujar Edy Nasution.

Pembuatan tanjak saat ini lebih berkreasi. Kreasi yang muncul pada awalnya diberi nama tebing runtuh, belalai gajah, pial ayam, elang menyongsong angin dan lain sebagainya. Penamaan itu juga menyesuaikan bentuk tanjak yang dibuat. Sehingga sangat populer di dunia Melayu.

Selain bentuk, warna juga sangat beragam. Tanjak adat biasanya berwarna hitam, sedangkan untuk pengantin disesuaikan dengan pakaian. Biasanya ikat pengantin adalah ikat Hangtuah, namun sekarang banyak yang meniru ikat Dendam Tak Sudah yang populer di Malaysia. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/