Dari data di posko utama, jumlah korban yang selamat berjumlah 21 orang dan 164 orang lainnya masih belum ditemukan. Sedangkan korban tewas yang sudah ditemukan berjumlah tiga orang. Data sebelumnya menunjukkan ada 18 orang selamat, 3 tewas dan 184 lainnya masih hilang.
Kepala Kantor SAR Medan, Budiawan mengatakan, jumlah korban itu berubah setelah dilakukan sinkronisasi data bersama Kepolisian dan pihak Jasa Raharja yang melakukan pendataan langsung kepada keluarga korban.
Dengan begitu, tim SAR gabungan menyimpulkan sementara ada 188 penumpang yang ada di atas KM Sinar Bangun saat berlayar dari Simanindo, Samosir, menuju Tigaras, Simalungun.
"Ada beberapa nama-nama yang duplikat. Karena di awal ada keluarga korban yang melaporkan dengan nama lengkap dan ada kerabat yang melapor dengan nama panggilan," katanya, Selasa (25/6).
Dari data terbaru, untuk tambahan korban yang selamat adalah nahkoda dan Anak Buah Kapal (ABK). Ketiganya adalah Poltak Saritua Sagala sebagai nakhoda dan pemilik kapal (tersangka), Jepanya Aritonang (30) sebagai ABK tetap, dan Reyder Malau (23) ABK serabutan.
Kepolisian juga menjelaskan bahwa Reyder Malau sampai saat ini belum ditemukan. Namun dari keterangan dari saksi, Reyder berhasil selamat.
"Kita sedang melakukan pencarian terhadap korban Reyder Malau," kata Kanit Reskrim Polres Samosir, Ipda Edy Syahputra.
Seluruh korban KM Sinar Bangun, Jasa Raharja juga akan memberikan santunan. Jumlahnya Rp 20 juta untuk korban selamat dan Rp 50 juta untuk korban yang meninggal dunia. Pendataan korban juga sudah dilakukan. Penyaluran santunan akan langsung dikirimkan ke rekening ahli waris.
Pada pencarian di hari kesembilan, tim SAR gabungan terkendala oleh cuaca buruk. Hujan deras melanda kawasan Danau Toba dan sekitarnya. Operasi pun dihentikan karena gelombang cukup tinggi. Pihak kepolisian sudah menetapkan empat orang tersangka dalam tragedi tenggelamnya KM Sinar Bangun.***
