Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
13 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
14 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
13 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
7 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
5
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
8 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
5 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Home  /  Berita  /  Riau

Terjadi Perebutan Tahta Kerajaan Siak Masa Kepemimpinan Tengku Sulung, Sultan Siak ke-6

Terjadi Perebutan Tahta Kerajaan Siak Masa Kepemimpinan Tengku Sulung, Sultan Siak ke-6
Ilustrasi
Minggu, 05 Agustus 2018 20:58 WIB
SULTAN Yahya Abdul Jalil Muzaffar Syah naik tahta pada tahun 1781 - 1791 M menggantikan ayahandanya Sultan Ismail Abdul Jalil Jalaluddin. Singkatnya masa pcmerintahan Sultan Yahya antara lain disebabkan terjadinya perebutan kekuasaan di pusat pemerintahan Kerajaan Siak antara Sultan Yahya dengan Tengku Udo (Syaid Ali) putra dari Tengku Embung Badiah binti Tengku Alam dengan Syaid Usman yaitu pada saat setelah mangkatnya Tengku Muhammad Ali.

Pada saat pemerintahannya, Sultan Yahya bersekutu dengan Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan kerajaan dibantu oleh Tengku Muhammad Ali yang pada saat itu memikul tanggung jawab pemerintahan dikarenakan Sultan Yahya masih sangat muda.

Dengan adanya pengawalan Tengku Muhammad Ali pada jalannya pemerintahan kerajaan, maka Sultan Yahya berusaha untuk memperluas daerah kckuasaan Kerajaan Siak dan diangkatlah Syaid Ali sebagai Panglima Besar Kerajaan oleh Tengku Muhammad Ali.

Tengku Muhammad Ali mengutuskan Syaid Ali untuk menyerang Selangor yang pada saat itu yang menjadi sultannya adalah Sultan Ibrahim, dan Selangor pun dapat dikuasi oleh Syaid Ali dengan bala tentaranya, tetapi kekuasaan di Selangor tidak bertahan lama karena Syaid Ali dapat dipukul mundur oleh Sultan Ibrahim.

Setelah kembalinya dari Selangor, Syaid Ali dapat menguasai daerah Bukit Batu atas bantuan Raja Muda Tengku Endut. Pada tahun 1790 M, saudara Syaid Ali yang bernama Syaid Abdurrahman meminta bantuan kepada Syaid Ali untuk menyerang Sambas.

Pada saat itu Syaid Hamid atau Tengku Bujang juga berada di sekitar Sambas dan kemudian bergabung dengan pasukan Syaid Ali untuk menyerang Sambas tetapi Syaid Ali, Syaid Abdurrahman dan Tengku Bujang terpukul dan mengalami kekalahan, sehingga mereka harus kembali ke Siak.

Syaid Ali sangat ditakuti oleh Sultan Yahya dan pemerintahan Belanda juga kewalahan menghadapi tingkah laku Syaid Ali. Dan Syaid Ali juga menjalin hubungan dengan musuh musuh Belanda berarti musuh Sultan juga.

Sehingga Belanda mengutus Tengku Muhaamad Ali untuk mengurus dan mengawasi tindakan Syaid Ali, karena Syaid Ali sangat menghormati Tengku Muhammad Ali.

Melihat sikap petualang Syaid Ali tersebut maka Tengku Muhammad Ali ingin mengikut sertakan Syaid Ali dalam pemerintahan supaya Tengku Muhammad Ali dapat menguasai Kerajaan Siak secara keseluruhan, tetapi rencana itu ditentang oleh Tengku Endut.

Oleh sebab itu, Tengku Muhammad Ali bersama dengan Syaid Ali keluar dari Siak dan kembali ke Pekanbaru. Dari Pekanbaru Syaid Ali pergi ke Petapahan untuk menguasai Petapahan, tetapi Syaid Ali mendapat perlawanan Haji Padang yang merupakan penguasa di daerah Petapahan yang merupakan wilayah kekuasaan Kerarajaan Siak, maka Haji Padang meminta bantuan kepada Sultan Siak dan Syaid Ali dapat dipukul mundur.

Syaid Ali kembali ke Pekanbaru dan meminta Tengku Muhammad Ali untuk membantunya, maka Tengku Muhammad Ali mengirikan surat kepada Sultan Yahya agar memberi bantuan kepada Syaid Ali.

Sultan Yahya memenuhi permintaan itu dan diutus Raja Muda Tengku Endut ke Petapahan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Di Petapahan Tengku Endut mendapat penjelasan dari Haji Padang, bahwa Haji Padang tidak memusuhi Sultan Siak, tetapi karena Syaid Ali tiba - tiba menyerang Petapahan maka Haji Padang melakukan perlawanan.

Raja Muda Tengku Endut mengikat perdamaian antara Haji Padang dengan Syaid Ali, kemudian Syaid Ali kembali ke Bukit Batu yang merupakan daerah yang berhasil dikuasinya dahulu.

Pada tahun mangkatnya Tengku Muhammad Ali yaitu pada tahun 1791 M, Syaid Ali berusaha untuk merebut tahta Kerajaan Siak yang disokong oleh Tengku Musa dan Tengku Musa mempengaruhi putranya Tengku Endut untuk tidak menyusun pertahanan di wilayah Kerajaan Siak yang dipimpin oleh Sultan Yahya.

Sultan Yahya dan Tengku Endut terpaksa harus mengalah dikarenakan kuatnya dukungan dan desakan dari pengikut Syaid Ali dan menyerahkan tahtanya kepada Syaid Ali, Sutan Yahya dan Tengku Endut meninggalkan Kerajaan Siak.

Sultan Yahya berangkat menuju Trengganu, beliau bermukim di sebuah kampung yang bernama Dungun sampai akhir hayatnya.

Sultan Yahya mangkat pada tahun 1971 M karena tekanan jiwa (gila) di Dungun dan dimakamkan di sana dengan gelar Marhum Mangkat di Dungun, sedangkan Tengku Endut menjadi bajak laut dan merompak di sepanjang pantai Borneo (Kalimantan).

Sultan Yahya menikah dengan Tengku Aminah binti Tengku Musa dan memiliki beberapa orang anak antara Iain:

a. Tengku Sulung Muhammad b. Tengku Ibrahim c. Tengku Mansur d. Tengku Salamah. (Bersambung)

Editor:Ira Widana
Sumber:Dokumen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI
Kategori:Pendidikan, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/