Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
Olahraga
23 jam yang lalu
Witan Sulaeman: Kami Hadapi Lawan Bagus
2
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
Umum
22 jam yang lalu
Zendaya Buka Peluang Kembali ke Dunia Musik dengan Lagu Baru
3
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Komisi B DPRD DKI Jakarta Soroti Kinerja Tahun 2023 OPD dan BUMD
4
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya
Olahraga
23 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Gaya Meyerang dan Bertahan Uzbekistan Sama Baiknya
5
Salma Hayek Gabung Madonna Hadirkan Budaya Meksiko dalam Tour Terakhir
Umum
22 jam yang lalu
Salma Hayek Gabung Madonna Hadirkan Budaya Meksiko dalam Tour Terakhir
6
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
Olahraga
2 jam yang lalu
Berpeluang Raih Norma Grand Master, Aditya Butuh 1 Poin Kemenangan
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Waduh, Ternyata Lebih dari 1 Juta Masyarakat Sumbar Masih BAB di Sembarang Tempat

Waduh, Ternyata Lebih dari 1 Juta Masyarakat Sumbar Masih BAB di Sembarang Tempat
Workshop orientasi media yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M). (foto: ist/topsatu.com)
Kamis, 16 Agustus 2018 09:36 WIB
PADANG - Lebih dari 1 juta masyarakat Sumbar masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Kondisi tersebut dipastikan mengancam kesehatan masyarakat, khususnya anak-anak.

Masyarakat yang BABS tersebut menyebar di 19 kabupaten dan kota di Sumbar. Metodenya beragam mulai dari buang air besar di aliran sungai hingga aster (asoy terbang).

Data dari Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) Sumbar, tercatat sebanyak 1.198.588 jiwa atau sekitar 22,27 persen masyarakat Sumbar masih Buang Air Besar Sembarangan (BABS).

Data ini dibeberkan dalam workshop orientasi media yang diselenggarakan oleh Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) dan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKBI), di Hotel Pangeran, Rabu (15/8/2018) kemarin.

“Masih banyaknya masyarakat Sumbar yang BABS, karena masih minimnya kesadaran perilaku masyarakat untuk hidup sehat,” ujar Wash Advisor SNV Bambang Pujiatmoko, salah satu nara sumber dalam workshop yang diikuti puluhan wartawan Sumbar.

Penyebab lain, masih banyaknya BABS karena masyarakat banyak pula yang tidak memiliki toilet dengan alasan mahal biaya pembuatan sarana sanitasi atau jamban sehat. Kemudian kebiasaan turun menurun dari masyarakat sehingga sulit diubah.

“Mereka masih beranggapan menyediakan jamban sehat itu sangat mahal, sehingga tetap berperilaku kurang sehat,” katanya seperti dikutip topsatu.com.

Menurutnya, prilaku tersebut akan berdampak kepada kesehatan masyarakat. Dari sektor kesehatan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti diare, infeksi saluran pernapasan (ISPA), penyakit kulit, dan lainnya.

Tidak hanya itu, buruknya sanitasi seperti septic tank yang lama tak dibersihkan dari tinja hingga pembuangan tinja yang sembarang dapat menimbulkan berbagai macam penyakit.

Maka, perlunya peyedotan setidaknya tiga sampai empat tahun sekali. Jika tidak septic tank akan mengalami kebocoran, dimana bakteri akan mencemari lingkungan hingga radius 10 meter.

“Ke depannya kami berharap masyarakat dapat mengubah perilaku dengan menerapkan hidup sehat. Bahwa, BABS itu sangat berbahaya bagi kesehatan,” ujarnya.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sumbar, Achmad Mardanus mengungkapkan, persoalan BABS ini cukup mengkhawatirkan. Pasalnya tidak hanya di daerah pedesaan saja yang prilaku masyarakatnya yang buang air besar sembarangan.

Tetapi, masyarakat perkotaan juga ada seperti itu. Contohnya saja, Kota Padang masih ada masyarakat yang buang air besar di sungai ataupun melempar kotorannya dengan menggunakan plastik di sembarangan tempat.

“Ini yang patut dibenahi. Bagaimana mengubah prilaku masyarakat agar buang air besar tidak sembarang tempat. Tidak hanya mereka yang berada di pedesaan saja, tapi juga di kota besar. Karena dengan mereka buang air besar sembarangan akan berdampak buruk kepada kesehatannya. Tidak sekarang namun kedepannya,” tuturnya.

Disebutkannya, dampak buruk dari BABS dapat menyebabkan diare hingga banyaknya kasus anak-anak bertubuh pendek atau stunting. Apalagi, katanya sekarang ini gaya hidup masyarakat terutama anak muda yang cenderung lebih suka makanan cepat saji dan tidak terbiasa lagi makan buah-buahan serta sayuran sehingga akan mudah terserang penyakit.

Maka, itu pihaknya telah melakukan program gerakan masyarakat sehat (germas) salah satunya jamban. Agar ini dapat mengubah kebiasaan masyarakat yang cenderung buang air besar sembarangan ini dapat berkurang dengan mensosialisasikan jamban sehat.

Selain itu, upaya lainnya dengan berkolaborasi dengan instansi terkait untuk berkolaborasi menyelesaikan persoalan ini dengan selalu bahu membahu agar masalah buang air besar sembarangan ini dapat teratasi sehingga dapat mengedukasi masyarat untuk hidup sehat.

Ia juga menyebutkan komitmen seluruh kepala daerah juga diperlukan untuk mewujudkan sanitasi yang baik tersebut.

Kegiatan itu diselenggarakan secara bersama oleh SNV, LSM Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI), dan Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M), dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Padang.

Dalam kesempatan tersebut juga dihadiri oleh Ramadhaniati Direktur Eksekutif Lembaga Pengkajian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) dan Pemateri Juwendra Asdiansyah mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Bandar Lampung periode 2007-2010 yang memaparkan tentang peliputan isu sanitasi. ***

Sumber:topsatu.com
Kategori:GoNews Group, Umum, Sumatera Barat
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/