Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
23 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
Umum
23 jam yang lalu
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Umum
22 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
9 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
5
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
6 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
6
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
8 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Home  /  Berita  /  Riau

Warga Eks Transmigrasi Lebih Kuat Lestarikan Seni dan Budaya Tradisional

Warga Eks Transmigrasi Lebih Kuat Lestarikan Seni dan Budaya Tradisional
Bagus Santoso bersama warga eks transmigrasi SKPA Desa Rambah Utama Rohul menikmati pagelaran seni Tayub dan Ludruk.
Jum'at, 31 Agustus 2018 09:05 WIB
PASIR PENGARAIAN- Warga eks Transmigrasi dalam melestarikan seni dan budaya ternyata lebih peduli dan kuat jika dibandingkan dengan tempat asalnya di tanah jawa. Hal itu dapat dilihat dari banyak dan semaraknya paguyuban seni Ludruk, Tayub, Kuda Lumping, Reyog, Wayang Kukit dan Jaipongan yang masih tetap eksis hampir merata di setiap desa eks transmigrasi yang tersebar di daerah kabupaten se Provinsi Riau.

Hal tersebut dikemukakan oleh Bagus Santoso Wakil Ketua Persatuan Pedalangan Indonesia ( Pepadi ) Riau Bagus Santoso saat menghadiri undangan warga dalam acara Gebyar Seni Tayub dan Ludruk di  SKPA desa Rambah Utama, Kecamatan Rambah Samo Kabupaten Rokan Hulu.

“ Patut dipuji dan di apresiasi, warga Transmigrasi lebih peduli dan kuat melestarikan seni budaya. Di kampung tempat asal Jawa pentas ludruk dan Tayub boleh dikatakan sangat jarang dan sepi, wah di sini sangat semarak dan luar biasa,'' kata Bagus Santoso.

Diakui seni budaya merupakan sarana yang efektif saling melebur dan menyatukan perbedaan. Seni bisa menghibur dan melahirkan kebersamaan untuk mewujudkan Desa yang penuh kedamaian. Berbeda beda suku dan agama serat asal  muasalnya tapi tetap satu kompak, guyub rukun memajukan desa.

Di desa- desa eks transmigrasi , lanjut Bagus Santoso yang juga masih menjabat anggota DPRD Provinsi Riau, hampir 95 persen keturunan Jawa. Tapi jika membicarakan kemajuan desa Siapapun di sini adalah orang Riau, yang berbeda hanya keturunannya. "Tapi semangat, rasa kebersamaan, dan rasa persatuan membangun desa adalah kewajiban bersama , dimana bumi di pijak disitu langit dijunjung," tuturnya.

Diharapkan dengan terus melesatarikan seni dan budaya selain untuk hiburan dan tuntunan juga akan mendorong pada bergairahnya pertumbuhan ekonomi dan potensi desa. Sebab, dengan  modal kebersamaan akan merangsang warga desa untuk maju, kreatif  dan damai seiring dengan pembangunan yang berkembang.

Turut hadir pada pagelaran tersebut antara lain kepala- kepala desa, tokoh masyarakat angkatan pertama transmigrasi tahun 1980-1990 Pakde Mujiyono, Daryanto, Handoyo, Sutarno, Siswanto, Mbah Jumadi, Sungkono, ketua Seni Tayub Heri Santoso, dan pegiat seni serta ratusan warga eks transmigrasi. (rls)

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:Umum, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/