Sudah Saatnya Pemprov Riau Bangun Kilang Minyak Sendiri
''Sumber migas di bumi Riau selayaknya untuk kemakmuran rakyat Riau. Jika BUMD memiliki kilang minyak sendiri, akan menambah banyak keuntungan seperti operasional dan penyerapan tenaga kerja tempatan. Dan yang penting perhitungan keekonomian harga minyak di Riau boleh jadi lebih murah dibandingkan harga pagu Pertamina,'' kata Bagus Santoso saat didaulat menjadi narasumber pada acara Seminar Nasional di Kampus Unilak membincang Migas di Riau, Kamis (29/8/2018).
Lebih lanjut Bagus Santoso dalan melontarkan gagasannya mengatakan membuat kilang minyak tidak rumit malahan sangat mudah sebagaimana membangun pabrik kelapa sawit (PKS). Apalagi bahan mentah tersedia melimpah, namun selama ini hanya diekspor. Maka keuntungan tidak berdampak pada pertumbuhan ekonomi lokal dan tidak ada pemasukan untuk pendapatan asli daerah melainkan langsung masuk ke kantung PT Pertamina.
Seiring dengan akan berakhirnya kontrak pengelolaan Blok Rokan PT Chevron, Bagus Santoso mengusulkan agar menjadi momentum yang tepat untuk menandai kebangkitan Riau dengan memiliki kilang minyak sendiri. Potensi ladang minyak di Riau sudah tidak diragukan lagi, apalagi akan ada lagi Blok Rokan yang akan habis masa kontrak dengan PT Chevron. ''Kekayaan Migas Riau diiakui atau tidak membuat semua pihak ''ngiler'' ingin mendapatkan,'' imbuh Bagus.
Salah satu peluang di depan mata adalah blok Rokan yang merupakan blok onshore terbesar di bumi Indonesia. Rata- rata produksi 207,148 barel per hari, dengan cadangan hingga 1,5 miliar barel. Itulah misteri sekaligus daya tarik mengapa ladang gemuk ini menjadi incaran semua yang berkepentingan. Disana ada kekayaan harta karun yang bernilai bilyunan.
Dengan hitungan sederhana bahwa Pemprov Riau nanti akan memperoleh PI (Participating Interest ) 10 persen, berarti ada 23.000 milik Riau. Jatah Riau tidak usah di ekspor seperti yang dilakukan Pertamina, tetapi BUMD mengolah sendiri maka akan mampu membangun 2 kilang minyak mini dengan daya kapasitas 10 ribuan dan Ini merupakan momentum sekaligus peluang yang harus ditangkap .
''Jika keinginan mulia ini terwujud maka barulah membenarkan sebutan - Riau atas minyak bawah minyak, Atasnya pabrik kelapa sawit dan bawah kilang minyak, Insya Allah, semoga terkabul,'' pungkas Bagus di hadapan mahasiswa Unilak Riau.
Acara seminar yang di taja BEM Unilak juga mendatangkan narasumber Benny Andre Kusuma sebagai Legal Business Development dan Regulator Manager Pertamina Hulu Energi. Nampak hadir Erminasari mewakili Rektor Unilak, Presiden Mahasiswa Erfan, dan ratusan aktifis mahasiswa. ***
Editor | : | Hermanto Ansam |
Kategori | : | Pemerintahan, Riau, Pendidikan |