Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
7 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
7 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
3
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
7 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
4
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
5 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
14 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
4 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Curhat Orangtua Bocah Penderita Rubella, Gangguan Pendengaran dan Jantung ASD di Siak

Curhat Orangtua Bocah Penderita Rubella, Gangguan Pendengaran dan Jantung ASD di Siak
Istimewa
Senin, 01 Oktober 2018 09:13 WIB
Penulis: Ira Widana
SIAK - Muhammad Restu, balita berusia 3 tahun 10 bulan warga, Kampung Benteng Hulu Kecamatan Mempura, Kabupaten Siak, Riau divonis dokter menderita Congenital Rubella Syndrome (CRS) merupakan dampak virus campak dan rubella.

Anak pertama Sutriawan Saputra dan Endang Sri Niwana terlahir prematur dengan berat 1.600 gram dan sempat dirawat di ruang NICU selama 1 minggu. Sejak lahir melalui persalinan caesar di salah satu RS Ibu dan Anak di Pekanbaru, Restu sudah mengalami kecacatan pada mata akibat virus Rubella tersebut.

"Restu lahir pada 16 November 2014 melalui proses persalinan caesar. Saat kelahiran, usia kandungan 32 minggu, dan berat Restu sebagai bayi prematur hanya 1.600 gram,” ujar Iwan didampingi Endang saat bercerita, Senin (1/10/2018).

Masih diceritakan Iwan, kedua matanya Restu mengalami katarak konginetal ini sudah dioperasi pada usia 4 bulan di RSUP M Djamil Padang, Sumatera Barat dan sekarang Restu tinggal menunggu tanam lensa.

"Saat itu operasi bisa dilakukan dengan bantuan seorang ibu dokter mata yang baik hati. Untuk tanam lensa ini yang belum terealisasi sampai sekarang," kata Iwan dengan nada yang sangat lirih dan berderai air mata.

Tak hanya Rubella saja, Restu juga sempat mengalami Jantung ASD. Namun sudah menutup pada usia Restu menginjak 3 tahun. Endang dan Iwan rutin membawa Restu berobat dan kontrol ke dokter jantung anak yang juga baik hati memberikan kemudahan pengobatan kepada Restu.

“Namun yang belum pulih yaitu Moderate Membranous Supravalvular PS dan harus terus kontrol lagi sampai benar-benar sembuh,” tambah Iwan.

Masiu soal kondisi fisik Restu, sang ayah tak dapat menahan air matanya saat bercerita. Telinga Restu tuli sensorineural derajat sangat berat kanan kiri yaitu 110 desibel didapat dari hasil tes OAE, ASSR & BERA. Anjuran dokter THT, Restu harus Cochlear Implant/Implan Rumah Siput dan atau pakai alat bantu dengar (ABD).

“Alhamdulillah kami baru saja mampu memakaikan alat itu di telinga Restu (meskipun) sebelah kanan saja karena harganya mahal dan lumayan menguras kocek. Restu juga terkena Herniatomy dan sudah dioperasi pada usia 7 bulan,” sebut Iwan.

Bertubi-tubi cobaan yang harus dijalani Restu. Endang menambahkan anaknya itu bahkan pernah mengalami dehidrasi berat dan dirawat dalam ruangan NICU.

“Pernah muntaber dirawat selama enam hari dan panas tinggi dirawat selama enam hari. Sesak nafas dan batuk rejan yang harus di nebu juga pernah beberapa kali, serta alergi susu sapi,” kata Ibunya.

Sebagai orangtua, Endang mengaku hatinya teriris melihat kondisi anaknya yang tidaks seperti anak-anak normal lainnya. Anaknya dengan segala kekurangan itu baru dapat berjalan diusia 2 tahun lebih. Dan itupun setelah melalui fisioterapi di rumah sakit.

"Sudah tidak terhitung lagi keluar masuk Rumah Sakit tu. Masih banyak lagi rangkaian pengobatan yang harus kami lakukan, agar Restu bisa seperti anak normal lainnya. Dan tentunya akan menguras banyak biaya," imbuh Iwan lagi.

Restu juga harus dibelikan alat implan rumah siput (cochlear implant) supaya telinga Restu dapat mendengar lebih baik. Juga harus tanam lensa untuk kedua matanya agar fokus melihat.

“Restu harus banyak ikut terapi diantaranya terapi okupasi, terapi wicara, pendengaran dan terapi AVT (Auditory Verbal Therapy) tapi belum terlaksana dikarenakan tempat terapinya ada di Kota Pekanbaru. Perlu waktu dua sampai tiga jam perjalanan dari tempat tinggal kami, ditambah biaya yang cukup besar,” sahut Endang.

Iwan menjelaskan, dengan keterbatasan biayanya dalam mengobatkan anak, ia sudah berusaha meminta bantuan dari mulai aparatur pemerintahan Kampung, Kecamatan hingga Dinas Sosial. Namun ia mengaku belum ada hasil.

“Mungkin hati mereka belum terbuka. Kami berharap, jangan ada lagi yang bernasib seperti Restu dan Aini (adiknya restu yang juga meninggal saat usia 7 hari) di Kabupaten Siak khususnya dan Provinsi Riau pada umumnya. Semoga ada dermawan dan pemangku kebijakan di negeri tercinta ini peduli dan berempati terhadap anak-anak berkebutuhan khusus seperti Restu,”kata Iwan. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/