Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Gagal Juara Piala Uber 2024, Ester Sudah Tunjukkan Perlawanan Maksimal
2
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
Olahraga
23 jam yang lalu
Jalani Sosialisasi VAR, Skuat Pesut Etam Antusias
3
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
Olahraga
23 jam yang lalu
Antusiasme Alberto Rodriguez Jajal Championship Series Lawan Bali United
4
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
Olahraga
22 jam yang lalu
Ciro Alves dan Pengorbanan Untuk Persib Bandung Catat Statistik Apik
5
Ginting Tak Mampu Lepas dari Tekanan, Indonesia Tertinggal 0-1 dari China
Olahraga
20 jam yang lalu
Ginting Tak Mampu Lepas dari Tekanan, Indonesia Tertinggal 0-1 dari China
6
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
Olahraga
17 jam yang lalu
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Pelalawan Sukses Menggelar Festival Bono Surfing 2018

Pelalawan Sukses Menggelar Festival Bono Surfing 2018
Selasa, 27 November 2018 07:05 WIB
Penulis: Farikhin
PANGKALAN KERINCI - Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Pelalawan sukses menggelar event pariwisata nusantara Festival Bono Surfing yang berlangsung selama tiga hari, 22 hingga 24 November 2018 diikuti oelj peselancar profesional dunia maupun lokal.

Bono Surfing atau Bekudo Bono di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau telah masuk dalam event kalender pariwisata nasional.

Wakil Bupati Pelalawan, H Zardewan MM dalam sambutannya menyebutkan selama ini Pemerintah Daerah (Pemda) sudah berupaya maksimal membangun kawasan wisata Ombak Bono, termasuk mempublikasikan ke dunia internasional.

Termasuk infrastruktur penunjang. Mulai dari pembangunan akses jalan, areal parkir, hingga fasilitas pendukung lainnya di wilayah tersebut. Namun begitu, membangun wisata Bono tidak cukup hanya dengan tangan Pemda saja.

Keterlibatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau serta Pemerintah Pusat melalui Kemenpar RI.

"Tentu saja Pemda sangat membutuhkan dukungan dalam bentuk pembangunan di wisata Bono dari pusat dan daerah. Kalau hanya Pemda, tidak bisa maksimal," ujarnya.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/27112018/bono2jpg-7682.jpg

Selain itu, kondisi keuangan Pemda belum stabil bahkan cenderung menurun setiap tahunnya yang berdampak pada berkurangnya program pembangunan, termasuk pengembangan wisata Bono.

Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Pelalawan, Andi Yuliandri menjelaskan, rangkaian event Bono Surfing di Kelurahan Teluk Meranti, Kecamatan Teluk Meranti dimulai sejak, 22 - 24 November 2018.

Agenda event Bono Surfing dimulai dengan beberapa permainan rakyat yang menjadi kearifan lokal. Seperti gasing, enggrang, bakiak, permainan gala dan permainan tradisional lainnya.

Terkait penamaan festival ini, kementrian lebih menginginkan dengan nama Bono Surfing. Soal anggaran kegiatan ini, sebut Andi Yuliandri. "Untuk pelaksanaan kegiatan festival Bono Surfing ini, Kementrian menganggarkan dana sebesar Rp 1 miliar, namun bukan dalam bentuk uang," ujarnya.

Ia menguraikan, untuk kegiatan penyelenggaraan acara di daerah Kementrian menganggarkan sebesar Rp 400 juta. Sementara sebesar Rp 600 juta nya dalam bentuk media informasi (promosi media) yang dikelola langsung oleh Kementrian.

Meskipun event wisata tahunan ini menjadi kalender nusantara, namun bukan berarti daerah lepas tangan. "Yang Rp 400 juta itu tidak dalam bentuk uang, namun sudak dalam bentuk kegiatan. Mereka lelang. Artinya kita sudah terima bersih saja," tandas Andi Yuliandri.

Cerita Mistis Bono

Bagi masyarakat di Semenanjung Kampar, Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan, gelombang bono tidak bisa dilepaskan dari aspek kehidupan dan cerita mistis.

Kekuatan gelombang Bono yang bergulung bisa menyapu dan menerjang apa saja yang ditemuinya, bahkan dapat mendatangkan musibah.

Gelombang yang muncul beberapa kali dalam setahun, kerap dianggap sebagai kekuatan supranatural dan pertanda alam. Hitungan Bono muncul hingga puncaknya mengikuti hitungan bulan Arab. Tentu ada kaitannya dengan Islam dan juga identik dengan Budaya Melayu.

Wujud pertemuan arus sungai dan gelombang laut Selat Malaka di Sungai Kampar diyakini sebagai wujud hantu penguasa kuala yang berjumlah tujuh.

Cerita yang berkembang di tengah masyarakat, ketika zaman Belanda, satu hantu ditembak dengan meriam dan akhirnya menghilang. Hingga kini, hanya ada enam hantu yang berwujud dalam gelombang Bono.

Cerita mistis ini tidak selalu menjadi hal yang menakutkan bagi sebagian kelompok masyarakat. Bagi mereka, Bono merupakan suatu anugerah alam dan menjadi sarana permainan untuk menahlukkan alam.

Hanya dengan helai-helai papan, daun nipah, atau batang pisang, cukup bagi mereka untuk beraksi dalam permainan anak pedalaman ini. Setelah terexpos, warga asing mulai datang dan mengenali ombak yang konon hanya ada saingannya di Brasil.

Sejak tahun 2011, mulai datang para wisatawan manca negera untuk berselancar di Kuala Sungai Kampar. Gelombang 'enam hantu' ini pun makin dikenal dan terpublikasi. Pada 2013, pemerintah setempat mulai mencetus penyelenggaraan event selancar.

Kemudian pada tahun 2016, dimulai event lebih mengangkat tradisi, Festival Bekudo Bono. Di sini, dikompetisikan cara masyarakat memainkan Bono dengan sampan kayu berpendayung dua orang. Gelombang Bono, kini menjadi salah satu ikon wisata Riau yang menarik turis domestik dan mancanegara.

Bono Destinasi Berselancar Terpopuler


Gelombang Bono merupakan destinasi wisata alam yang telah mendunia di Kabupaten Pelalawan. Keunikan gelombang Bono mampu memperdaya peselancar dari seluruh penjuru dunia.

Tidak jarang pada event tertentu di Kecamatan Teluk Meranti selalu ramai dipadati turis domestik maupun mancanegara yang ingin menjajal kedahsyatan berselancar di gelombang Bono.

Keunikan gelombang Bono ternyata menjadi daya tarik tersendiri. Hal ini membuat untuk kesekian kalinya di tahun lalu, Bupati Pelalawan HM Harris menerima penghargaan tingkat nasional atas prestasinya membangun daerah ini.

Penghargaan diraih oleh orang nomor satu di Kabupaten Pelalawan atas prestasinya mempopulerkan wisata Bono sebagai destinasi tempat berselancar terpopuler (Most Popular Surfing Spot). Atas prestasinya itu, Bupati Harris dianugerahi penghargaan oleh Sekretaris Kementerian Pariwisata, Ukus Kuswara.

Pada acara malam penghargaan ajang Anugerah Pesona Indonesia (API) itu, gelombang Bono yang berada di Kabupaten Pelalawan Propinsi Riau mendapatkan peringkat pertama terpopuler mengungguli dari objek wisata Selancar Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul di peringkat kedua dan Pantai Tarimbang, Kabupaten Sumba Timur di peringkat ketiga.

https://www.goriau.com/assets/imgbank/27112018/bono3jpg-7681.jpg

Bupati Harris mengatakan, apresiasi disampaikan atas dukungan dan partisipasi masyarakat dan segenap pihak terkait yang sudah bekerjasama dalam menghantarkan Bono sebagai nominasi populer sehingga mendapatkan peringkat pertama sebagai tempat berselancar terpopuler.

"Prestasi ini tidak terlepas dari 7 program strategis pemerintah daerah melalui Pelalawan Eksotis yang menjadikan Bono sebagai destinasi wisata nasional selaras dengan program pemerintah pusat menuju Indonesia Emas 2045 dan Nawacita Presiden Jokowi dalam hal percepatan laju pertumbuhan ekonomi melalui bidang pariwisata sebagai penghasil devisa terbesar," katanya.

Bono dan KEK

Ombak Bono masuk dalam kawasan rencana Bupati Pelalawan, HM Harris untuk pengembangan lokasi wisata di Kabupaten Pelalawan. Hal ini sejalan dengan usulan Menteri Pariwisata, Arief Yahya pernah mengusulkan pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata di Provinsi Riau.

Hal itu karena potensi pariwisata Riau merupakan salah wisata dengan ombak Bono di aliran Sungai Kampar yang saat ini mampu jadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Surfing sungai hanya ada dua di dunia. Pertama di sungai Amazon dan yang kedua di aliran hilir Sungai Kampar, Riau.

Sekretaris Deputi Kemenpar RI, Riwud Mujirahayu menyatakan dirinya sangat terkesan dengan fenomena alam ombak Bono Sungai Kampar setelah melihat secara langsung.

Riwud mengaku takjud dengan gelombang yang tinggi ada di sungai dan tidak hanya di laut saja. Fenomena unik serta keindahan gelombang sungai ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.

Untuk itu pengembangan wisata Bono harus dilakukan dengan serius adar menjadi destinasi wisata unggulan di Riau. "Ombak Bono sudah masuk kalender pariwisata nusantara. Kemenpar akan mendukung penuh prosess pengembangan kawasan ini," kata Riwud.

Ia menyatakan Kemenpar komit dalam membantu kebutuhan yang diperlukan dalam proses pengembangan wisata. Termasuk janji untuk membangun fasilitas di lokasi wisata untuk menaik perhatian para wisatawan dari berbagai penjuru.

KEK Pariwisata Riau, pernah direncanakan akan dibangun di atas lahan seluas 600 hektare. KEK Pariwisata Riau iberkonsep ekotourism, rencana seperti Danau Toba, ekoturisme digabungkan dengan bisnis. Ada wisata golf dan fasilitas lainnya.

Ditambah penginapan berbintang, minimal bintang empat disiapkan di KEK Riau. KEK ini diharapkan dapat membuat Pariwisata Riau nantinya menjadi kawasan eksklusif seperti Nusa Dua di Bali.

Lahan yang digunakan sebagai KEK Pariwisata berada di Kecamatan Teluk Meranti, Kabupaten Pelalawan. Tempat tersebut berada di sekitar tempat Ombak Bono muncul disekitar Sungai Kampar.

Secara aksesibilitas, Riau telah memiliki bandara yang mumpuni. Hal itu lantaran Bandara Sultan Syarif Kasim II sudah memiliki landasan pacu sepanjang 2.400 meter.

KEK Pariwisata Riau nantinya mulai menjadi KEK Pariwisata kelima di Indonesia. Sampai ketika ini, Indonesia sudah memiliki empat KEK Pariwisata yakni Tanjung Kelayang, Tanjung Lesung, Danau Toba, dan Morotai.

Data Kementerian Pariwisata menyebutkan 27.810 wisatawan asing masuk ke Riau melalui Bandara Sultan Syarif Kasim II. Sementara sepanjang tahun 2016, angka tersebut naik menjadi 32.810 atau tumbuh 17,98 persen.

Kementerian Pariwisata telah memberi target pada Provinsi Riau agar mendatangkan 60.000 wisatawan asing pada tahun lalu. Pemerintah Provinsi Riau mengunggulkan tiga festival selama tahun 2017 agar bisa menarik minat wisatawan bagi berkunjung ke Riau.

Bono adalah fenomena alam yang menakjubkan yang merupakan surganya para surfer mulai yang lokal, nasional dan bahkan surfer internasional.

Bono ini juga sebagai kalender pariwisata nasional sekaligus mendukung visi Riau 2020 dalam mewujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan kebudayaan melayu di lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir dan batin di Asia Tenggara 2020.

Sebab saat ini Pemerintah Provinsi Riau memang sedang menggalakkan sektor wisata berbasis budaya.

Kepala Disparbudpora Kabupaten Pelalawan, Andi Yuliandri pernah menyampaikan, selain menjadi ikon wisata Provinsi Riau, Bono di Teluk Meranti juga telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Riau.

“Bukan tanpa alasan Bono menjadi KEK Pariwisata karena HPL-nya seluas 600 hektar yang terdiri dari kawasan resort, hotel, permainan, hiburan, pengembangbiakan rusa dan lain sebagainya,” kata Andi Yuliandri.

Dengan menjadi ikon wisata Riau dan KEK Pariwisata Riau, Kementerian Pariwisata RI berkomitmen untuk mempromosikan Bekudo Bono Teluk Meranti Pelalawan ke manca negara, sekaligus mencarikan investor untuk mengembangkan kawasan Bono Teluk Meranti.

"Tentunya dalam pengembangan kawasan Bono ini kita menyamakan konsep dengan pusat. Tentunya kedepannya kita berharap pengembangan kawasan Bono di Teluk Meranti terus dilakukan,” harapnya.

Ia menegaskan, tidak semua provinsi memiliki kawasan KEK Pariwisata dikarenakan banyak hal yang menjadi pertimbangan dan penilaian untuk menetapkan KEK Pariwisata di suatu daerah.

“Seperti Sumut ada Danau Toba, Bali Pantai Kuta dan Riau ada Bono Teluk Meranti Pelalawan karena salah satu pertimbangannya tadi HPL 600 hektar," pungkasnya.

Siapkan Bono Mendunia

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan terus melakukan berbagai upaya untuk mempromosikan gelombang Bono dimulai dari dalam negeri hingga sampai ke mancanegara. Setiap ada kesempatan gelombang Bono tetap menjadi prioritas pemerintah untuk ditawarkan.

Salah satu cara promosi yang dilakukan pemerintah Kabupaten Pelalawan dengan secara berkala menggelar even seni dan budaya guna menambah daya tarik pengunjung.

Promosi setiap tahun dilaksanakan disaat pasang mati, dimana air laut naik menuju daratan terjadi saat bulan-bulan November dan Desember adalah dengan menggelar Bekudo Bono.

Acara ini meramu sejumlah kegiatan dengan ikon wisata seperti menampilkan seni dan budaya kabupaten/kota Se-Provinsi Riau, kemudian acara lomba mancing dan tentu saja lomba berselancar dengan berbagai kategori, baik tingkat lokal maupun nasional.

Selain itu, ada juga lomba fotografi yang diharapkan menghasilkan momen-momen eksotik dari gelombang Bono nan asri dan memukau.

Dengan segala usaha dan upaya Pemerintah Kabupaten dalam promosi wisata yang dalam pengelolaan akhirnya wisata gelombang Bono mendapat pengakuan dari pemerintah pusat dengan masuknya wisata Bono menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang mendapat prioritas pengembangan dan promosi keseluruh mancanegara.

"Acara untuk meramaikan Bono Surfing ini, disajikan hiburan rakyat dan lomba permainan tradisional yang waktu pelaksanaannya dimulai sejak tanggal 23 November," sebut Kepala Disbudparpora Pelalawan, Andi Yuliandri.

Ia menambahkan, selama pelaksanaan event Bono Surfing diisi dengan digelar pentas seni budaya dari masyarakat. "Untuk mengisi hiburan selama pelaksanaan event dari masyarakat ditampilkan pentas seni budaya," tandasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/