Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
20 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
2
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
22 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
3
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
20 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
4
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
22 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
5
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
Umum
20 jam yang lalu
Vicky Prasetyo Sudah Siapkan Kematian Usai Ultah ke-40
6
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Olahraga
20 jam yang lalu
Megawati Ungkap Rahasia Kuat Bertahan dan Meraih Sukses di Red Sparks
Home  /  Berita  /  GoNews Group

Survei Litbang Kompas: Partai Baru Paling Ditolak Masyarakat adalah PSI

Survei Litbang Kompas: Partai Baru Paling Ditolak Masyarakat adalah PSI
Ilustrasi PSI. (istimewa)
Jum'at, 22 Maret 2019 01:23 WIB
JAKARTA - Hasil survei terbaru dari Litbang Kompas tidak hanya menunjukkan soal partai baru yang tidak lolos ke DPR dalam Pemilu 2019. Namun, survei juga menemukan soal tingkat resistensi atau penolakan masyarakat terhadap partai-partai tersebut.

Seperti dikutip dari Harian Kompas, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menjadi partai baru yang paling tinggi tingkat resistensinya di masyarakat yakni mencapai angka 5,6 persen. Selanjutnya adalah Partai Perindo dengan tingkat resistensi 1,9 persen, lalu Partai Berkarya 1,3 persen, dan Partai Garuda 0,9 persen.

Terkait dengan hal itu, Direktur Eksekutif Lembaga Analisis Politik Indonesia, Maksimus Ramses Lalongkoe, mengatakan salah satu faktor yang menyebabkan resistensi tinggi terhadap PSI dan parpol baru lain adalah soal komunikasi politik. Secara khusus, Ramses menyoroti figur parpol sebagai komunikator politik.

"Komunikator politik ini sangat menentukan sekali bagaimana bisa meyakinkan masyarakat. Ketika komunikator ini kurang mampu meyakinkan masyarakat, atau sikap-sikap mereka misalnya tidak cukup elok, maka masyarakat akan antipati terhadap partai itu. Jadi bukan karena partainya tapi sosok figur," kata Ramses saat dihubungi wartawan, Kamis, 21 Maret 2019.

Ramses menuturkan ketika kader PSI menyampaikan komentar tentang suatu hal yang mengundang kontroversi dan mendapat sentimen negatif di masyarakat, hal itu bisa mempengaruhi elektabilitas dan resistensi terhadap parpol.

"Saya pernah membaca bagaimana komentar tokoh PSI terhadap kebijakan Wakil Bupati Bandung. Nah, itu mendapat resistensi di masyarakat. Artinya, medsos juga mempermudah masyarakat dapat informasi, tapi juga mempermudah justifikasi terhadap isu yang ada," ujarnya.

Ramses menuturkan dalam sistem pemilihan di Indonesia, ketika pemilih mencoblos caleg di partai itu, otomatis suaranya masuk ke partai. Dan ketika pemilih mencoblos partai, tidak memilih caleg, maka suaranya masuk ke partai.

"Begitu sistem pemilihan kita. Kekuatan elektabilitas orang sebenarnya menjadi kekuatan partai itu sendiri," tuturnya.

Sebelumnya, Penelitian dan Pengembangan atau Litbang Kompas menggelar survei terbaru terkait Pemilu 2019 khususnya mengenai elektabilitas partai-partai politik dalam menghadapi pemilihan legislatif. Hasilnya, hanya enam partai yang mereka prediksi lolos ke DPR karena memenuhi syarat ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

Seperti dikutip dari Harian Kompas, Kamis, 21 Maret 2019, enam partai tersebut yakni Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dengan 26,9 persen, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 17 persen, Partai Golongan Karya (Golkar) 9,4 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 6,8 persen, Partai Demokrat 4,6 persen, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 4,5 persen.

Sedangkan, 10 partai lainnya tidak lolos yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) 2,9 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 2,7 persen, Partai Nasdem 2,6 persen, Partai Hanura 0,9 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) 0,4 persen, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,2 persen. Kemudian partai-partai baru seperti Partai Perindo 1,5 persen, Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 0,9 persen, Partai Berkarya 0,5 persen, dan Partai Garuda 0,2 persen. ***

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:DKI Jakarta, Politik, Umum, GoNews Group
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/