Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
7 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
2
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
6 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
3
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
8 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
4
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
5 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
5
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
7 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
6
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Olahraga
5 jam yang lalu
Mahesa Jenar Terlecut Dukungan Panser Biru
Home  /  Berita  /  Lingkungan

Wan Abubakar: Karhutla Merupakan Masalah yang Kompleks, Jangan Saling Menyalahkan

Wan Abubakar: Karhutla Merupakan Masalah yang Kompleks, Jangan Saling Menyalahkan
Wan Abubakar
Rabu, 11 September 2019 18:29 WIB
Penulis: Nyimas Naima Azzahra
PEKANBARU - Tokoh masyarakat Riau, Wan Abubakar menilai, bahwa kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Riau merupakan permasalahan yang kompleks.

Dikatakannya, karhutla sudah terjadi sejak masa kepemimpinan gubernur setelah orde baru, sampai saat ini.

"Masalah karhutla di Riau sudah terjadi sejak dulu. Bahkan sejak zaman gubernur setelah orde baru, sampai saat ini selalu terjadi. Jadi kita tidak bisa mengkambinghitamkan kesalahan gubernur saja. Ini karena ekosistem dan alam Riau sudah rusak karena ditanami sawit," kawa Wan Abubakar, Rabu (11/9/2019).

Mantan wakil gubernur periode 2003-2008 tersebut mengatakan, banyaknya perusahaan dan oknum-oknum pembakar lahan dikarenakan kebijakan pemerintah pusat yang memberikan izin kepada pengusaha luar. Akibatnya, hutan di Riau habis dan digantikan dengan sawit.

"Karena banyaknya sawit inilah terjadi perubahan iklim di Riau. Musim kemarau asap, musim hujan banjir," tuturnya.

Karena itu, dirinya meminta agar masyarakat tidak saling menyalahkan satu sama lain. Tetapi harus membantu dan mendukung pemerintah untuk mewujudkan Riau bebas asap.

"Semua perangkat daerah seperti Dinas Kehutanan, BPBD, Dinas Kesehatan itu juga terlibat dan saling terkait. Dan untuk saat ini saya rasa mereka belum bekerja maksimal, sehingga masyarakat banyak menyoroti kinerja gubernur saja. Padahal tidak seperti itu," jelas mantan anggota DPR RI tersebut.

"Marilah kita kritik dengan bijaksana dan membangun, jangan hanya menghujat tanpa melihat keadaannya bagaimana. Apalagi program APBD 2019 bukan dijalankan oleh masa Syamsuar-Edy, nanti kita lihat bagaimana program kerjanya 2020. Baru kita pantas mengevaluasinya kalau ternyata kinerjanya tidak maksimal," tukasnya.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77