Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
Olahraga
20 jam yang lalu
Penuhi Target ke Semifinal Piala Asia U 23, Timnas Indonesia Selangkah Lagi Raih Tiket ke Paris
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
8 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
Olahraga
19 jam yang lalu
Cetak Sejarah Baru, Timnas U 23 Indonesia Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23
4
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
8 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
5
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
8 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
6
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
2 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Home  /  Berita  /  Riau

PTPN V Targetkan Sertifikasi ISCC untuk Seluruh Unit Pabrik

PTPN V Targetkan Sertifikasi ISCC untuk Seluruh Unit Pabrik
Jum'at, 08 November 2019 09:36 WIB
PEKANBARU - PT Perkebunan Nusantara V menargetkan meraih standar karbon internasional atau International Sustainability & Carbon Certification (ISCC) sampai dengan 100 persen dalam waktu dekat.

"Kami berkomitmen untuk terus menekan emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari seluruh rangkaian kegiatan produksi perkebunan sawit. Sertifikasi ISCC ini menunjukkan bahwa produk yang kami hasilkan telah memenuhi standar energi terbarukan uni eropa (UE Renewable Energy Directive), serta komitmen kami sebagai produsen CPO yang bertanggung jawab terhadap lingkungan," kata Direktur Utama PTPN V, Jatmiko Krisna Santosa di Jakarta, Kamis (7/11/2019).

Menurut Jatmiko, sebagai anak perusahaan Perkebunan Nusantara yang merupakan perkebunan negara, PTPN V telah mengaplikasikan standar sawit berkelanjutan berupa Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO), Roundtable Sustainable Palm Oil (RSPO) dan ISCC untuk menembus ekspor sawit ke Eropa.

Jatmiko mengatakan tidak ada cara lain bagi PTPN V untuk terus menekan limbah produksi dan emisi gas rumah kaca dengan cara memanfaatkan  seluruh bagian dari proses produksi  sawit, salah satunya menjadikannya sebagai energi.

"Seperti diketahui dari 100 ton kelapa sawit, hanya 24 persen saja yang dapat dimanfaatkan menjadi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), sedangkan sisanya berupa serat, cangkang, limbah cair, gas metan harus dicarikan solusinya," kata Jatmiko saat tampil sebagai pembicara dalam  seminar ILCAN Conference Series on Life Cycle Assessment mengenai pengelolaan kebun berkelanjutan di BPPT Jakarta.

Menurut Jatmiko salah satu yang tengah dimanfaatkan adalah limbah cair yang diolah menjadi gas metan untuk pembangkit listrik. Sampai saat ini produksi listrik itu masih dipergunakan untuk mendukung produksi perusahaan, peluang bersinergi dengan PLN juga kita sambut baik. 

"Dari sebanyak 12 unit pabrik, sudah ada tiga unit yang siap menghasilkan bio gas," ujar dia.

Dengan mengadopsi teknologi ramah lingkungan ini, produsen CPO akan mendapatkan tambahan insentif sebesar 12 sampai 13 dolar AS per ton di pasar Eropa. "Jadi pemanfaatan gas metan ini selain dapat menekan biaya juga mendapat nilai tambah," ujar dia.

Jatmiko mengatakan kalau mengacu kepada energi yang dihasilkan melalui teknologi bio gas ini perusahaan mendapatkan tambahan pendapatan Rp 34 miliar per tahun dari Insentif penjualan CPO bersertifikat.

Jatmiko juga menyampaikan PTPN V saat ini memiliki lahan seluas 86 ribu hektar tersebar di lima kabupaten Provinsi Riau yang menghasilkan 500 ribu ton CPO per tahun. 

Jatmiko mengatakan perusahaan juga telah mengikuti Life Cycle Assessment (LCA) untuk mengukur penerapan produksi ramah lingkungan dengan melihat rantai produksi sebagai upaya mengurangi dampak emisi gas rumah kaca.

"LCA dapat menghitung berapa emisi yang dihasilkan mulai dari penggunaan traktor saat membuka lahan, kendaraan pengangkut serta apa saja yang telah diupayakan sebagai faktor pengurangnya," kata Jatmiko. ***

Editor:Hermanto Ansam
Kategori:Ekonomi, Riau
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/