Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
Olahraga
21 jam yang lalu
Okto Jadi Saksi Sejarah Indonesia Kalahkan Australia di Piala AFC U-23
2
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
Olahraga
21 jam yang lalu
Kalahkan Australia di Piala Asia U 23, Erick Thohir: Luar Biasa Penampilan Indonesia
3
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
Olahraga
15 jam yang lalu
Hadapi Red Sparks, Agustin Wulandari: Kami Akan Berikan Penampilan Terbaik
4
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
Pemerintahan
17 jam yang lalu
Uruguay Jajaki Kerja Sama Jaminan Produk Halal dengan Indonesia
5
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
Olahraga
17 jam yang lalu
HUT ke-94, PSSI Berbagi Kebahagian dengan Legenda Timnas Indonesia
6
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru 'Hit Me Hard and Soft'
Umum
15 jam yang lalu
Billie Eilish Unjuk Kedalaman Emosional di Album Terbaru Hit Me Hard and Soft
Home  /  Berita  /  Olahraga
Kisah Pelatih Tinju Tanpa Kaki Kanan (Bagian Kedua)

Mampu Loloskan Petinju dan Atlet Wushu di PON Papua 2021

Mampu Loloskan Petinju dan Atlet Wushu di PON Papua 2021
Ardy Blazer bersama keponakannya, Erna Tamu Ina yang merupakan atlet wushu NTT yang lolos ke PON Papua 2021.
Rabu, 23 September 2020 20:23 WIB
Penulis: Azhari Nasution

NAMA Ardy Blazer, pemilik Blazer Boxing Camp (BBC) memang cukup melegenda di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kesuksesannya mencetak atlet tinju berkualitas bukan hanya saat kondisi normal saja tetapi suami Martha T. Ina yang sudah kehilangan kaki kanannya tetap mampu memproduksi petinju tangguh.

Lewat sentuhan Ardy Blazer tercatat tiga petinju anak didiknya mampu lolos mewakili Kontingen NTT pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua 2021. Yakni, Apniel Daniel, Soleman Panggat dan Albertus S. Taralandu.

Sebenarnya, kata Ardy, bukan hanya tiga petinju saja tetapi empat petinju yang mewakili Bali di PON Papua 2021 itu juga merupakan hasil produknya yakni Kornelis Kwangu Langu, Krisfinus Wonda, Gregorius Dende, dan Jekry Riwu. Dia sengaja melepas mereka ke Bali lewat pelatih nasional, Adi Suwandana untuk bisa meraih tiket ke PON Papua 2021 karena persaingan di NTT sangat ketat.

"Saya menyalurkan mereka ke Bali melalui pak Adi Suwandana karena ketatnya persaingan di NTT. Itu memang sengaja saya lakukan sehingga mereka bisa meneruskan cita-citanya menjadi atlet nasional. Dan, ternyata strategi itu cukup berhasil dimana mereka mampu meraih tiket untuk mewakili Bali pada PON Papua 2021," jelas Ardy Blezer saat dihubungi wartawan Gonews.co Group melalui telepon selular.

Yang lebih mengejutkan lagi, dia mampu meloloskan dua atlet wushu putri nomor sanda mewakili NTT yakni Erna Tamu Ina dan Yuliana Umbu Dewa pada pesta olahraga akbar nasional empat tahunan itu.

"Dasar olahraga saya memang tinju tetapi saya melihat ada peluang untuk meloloskan dua atlet putri NTT tampil di nomor Sanda pada PON Papua 2021. Makanya, saya membawa mereka untuk mengikuti latihan selama tiga bulan di Surabaya untuk teknik bantingan dan ternyata mereka sukses mewujudkan impiannya," ungkapnya.

"Memang benar empat petinju Bali itu merupakan anak didiknya. Begitu juga dengan dua atlet wushu yang mewakili NTT pada PON Papua 2021 mendatang. Erna Tamu Ina itu kan keponakannya. Beugitu juga Albertus S Taralandu," kata Hermensen Ballo, pelatih Timnas Tinju Pelatnas Olimpiade saat dikonfimasi.

Bersama anak didiknya

Prestasi yang dicetak Ardy Blezer ini memang luar biasa. Mungkin tidak ada salahnya jika PB Pertina maupun Kemenpora memberikan penghargaan dengan membangun sasana lengkap dengan peralatan yang memadai berupa ring, sansak dan lain-lainnya sehingga bisa lebih banyak lahir petinju berkualitas dari sasana BBC. Apalagi, Ardy selama ini menyediakan peralatan sendiri yang dibeli dari koceknya.

"Ya, peralatan saya memang seadanya. Hanya 4 sansak dan puncing pad saja yang dimiliki. Kalau rusak yah saya harus membeli sendiri," uja ayah lima anak yang mengenang begitu beratnya perjuangan mendidik petinju sebelum mendirikan sasana di rumahnya.

"Sebelum punya sasana, saya membawa anak-anak latihan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya. Mulai emperen toko, ke lapangan voli dan lapangan sepakbola. Bahkan, saya juga pernah membawa anak-anak latihan di arena pacuan kuda," tambahnya.

"Memang Ardy belum pernah mendapat penghargaan. Mudah-mudahan PB Pertina dan Kemenpora mau memberikan perhatian atas prestasi yang telah dibuatnya," timpal Hermensen Ballo. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/