Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Tetap Optimistis Ke Championship Series
Olahraga
19 jam yang lalu
PSIS Tetap Optimistis Ke Championship Series
2
Hadiah Ramadan Milo Untuk Suporter Persis Solo
Olahraga
19 jam yang lalu
Hadiah Ramadan Milo Untuk Suporter Persis Solo
3
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
Olahraga
18 jam yang lalu
Indonesia Jadi Tuan Rumah Asia Road Race Championship 2025
4
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
Olahraga
18 jam yang lalu
PERBASI Gelar Seleknas untuk Bentuk Timnas Basket 5on5 Putri U-18 di Bali
5
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
Olahraga
18 jam yang lalu
Jordi, Elkan dan Yance Absen di Laga Lawan Vietnam
6
Lala Widy Laris, Sebulan Penuh Main di Pesbukers Ramadan
Umum
16 jam yang lalu
Lala Widy Laris, Sebulan Penuh Main di Pesbukers Ramadan
Home  /  Berita  /  MPR RI

Cegah Generasi Muda Terjebak Ekstremisme, Basarah: Penting Moderasi Beragama

Cegah Generasi Muda Terjebak Ekstremisme, Basarah: Penting Moderasi Beragama
Wakil Ketua MPR, Ahmad Basarah. (Istimewa)
Jum'at, 25 September 2020 00:05 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah menyerukan agar generasi muda menyebarkan moderasi beragama di tengah-tengah masyarakat.

Basarah juga mengapresiasi dan dukungan penuh kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar, Sulawesi Selatan yang melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) sambil menyebarkan moderasi beragama ke tengah masyarakat.

Bagi legislator PDI Perjuangan ini, melakukan moderasi beragama sangat penting dikembangkan di tengah bangsa Indonesia yang berbeda-beda suku dan agama.

"Dengan prinsip moderasi beragama, kalangan muda akan cenderung toleran dan tidak mudah terjebak dalam ekstremisme beragama," kata Ahmad Basarah dalam ceramahnya di hadapan 2000 mahasiswa tingkat akhir UIN Alauddin Makassar yang segera melaksanakan KKN, Kamis (24/9).

Dalam forum yang berlangsung secara daring itu, Basarah menyampaikan materi bertajuk "Upaya dan Kerja Nyata dalam Membumikan Nilai-Nilai Pancasila di Tengah Masyarakat".

Dia menjelaskan bahwa KKN adalah bagian dari menjalankan amanat UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Ada dua cara melaksanakan KKN di tengah wabah Covid-19 sesuai keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam No. 3394 Tahun 2020, yakni KKN dari rumah dan KKN dengan terjun ke tengah masyarakat.

KKN dari rumah dilakukan dengan cara menguatkan kesadaran masyarakat akan bahaya Covid-19 sambil menyebarkan moderasi beragama lewat media sosial.

"Atas kebijakan ini, saya ingin memberi apresiasi kepada Dirjen Pendis Kementerian Agama yang mengarahkan para mahasiswa perguruan tinggi Islam di seluruh Indonesia untuk menyebarkan moderasi beragama. Di tengah kecenderungan pihak-pihak tertentu yang gemar melakukan takfir kepada sesama muslim, atau melakukan tindakan intoleransi kepada non-muslim, gerakan menebar moderasi beragama adalah pilihan tepat," jelas Basarah.

Di antara dua format KKN yang diatur Dirjen Pendis selama pandemi Covid-19, UIN Alauddin Makassar memilih format kerja sosial atau terjun langsung ke tengah masyarakat. Terhadap pilihan ini pun, Basarah memberikan apresiasi yang tinggi karena kerja sosial pasti mempersyaratkan gotong-royong yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

"Terjun langsung ke tengah masyarakat untuk turut mengatasi penyebaran Covid-19 adalah tindakan heroik yang sesuai dengan sila ketiga Pancasila, yakni persatuan Indonesia. Keberanian sekaligus komitmen kuat UIN Alauddin ini harus diapresiasi sebagai sumbangsih kampus kepada masyarakat Sulawesi Selatan khususnya, dan kepada bangsa Indonesia umumnya, untuk terus mempersatukan NKRI,’" tuturnya.

Ketua DPP PDI Perjuangan ini menegaskan, keberanian UIN Alauddin untuk terjun langsung ke masyarakat patut dicontoh oleh para mahasiswa lain di Indonesia. Lewat KKN, para mahasiswa akan merasakan langsung bagaimana mengabdi kepada masyarakat di tengah wabah Covid-19 dalam semangat Tridharma Perguruan Tinggi.

"Dengan terjun ke masyarakat, mahasiswa akan membentuk karakter mulia dalam diri mereka, jiwa gotong royong, juga sikap peduli membangun bangsa sesuai logo segi lima UIN Alauddin yang melambangkan nilai-nilai Pancasila dan Islam" tandas Ahmad Basarah.

Basarah lalu mengajak 2000 mahasiswa yang mendengarkan orasinya untuk menjadi intelektual yang membumi, bukan intelektual "menara gading" yang asyik dengan diri sendiri. Dia menyebutkan tiga syarat untuk menjadi intelektual yang merakyat dan bertanggung jawab dalam pembangunan nasional, yakni menjaga Pancasila sebagai ideologi negara, menjaga keutuhan NKRI, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa sesuai amanat Pasal 19 UU No. 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan.

"Setiap menyampaikan tiga syarat ini, saya selalu teringat pidato ilmu dan amal Presiden Soekarno pada 19 September 1951 yang menyebutkan, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika dipergunakan untuk mengabdi kepada praktik hidupnya manusia, atau praktik hidupnya bangsa, atau praktik hidupnya dunia kemanusiaan," tegas penulis buku ‘"Bung Karno, Islam dan Pancasila" ini.

Wakil rakyat yang di era Reformasi 1998 terjun langsung menggalang kekuatan mahasiswa melawan tirani kepemimpinan orde baru itu juga mengutip ulama Islam terkemuka Mesir, Dr. Yusuf Al-Qardhawi, yang menyatakan bahwa bila ingin melihat masa depan suatu negara, orang hendaknya melihat kualitas kaum pemuda di negara itu pada hari ini.

"Untuk itu, selagi kalian menjadi pemuda, selagi masih penuh energi, jangan berhenti untuk peduli pada bangsa, peduli pada negara, dan peduli pada ideologi negara yang menghendaki masyarakat kita menjadi masyarakat yang nasionalis sekaligus religius," pungkasnya.***

wwwwww