Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
Umum
7 jam yang lalu
Dengan Tema Mawar Hitam, Pameran Busana Migi Rihasalay Pukau Pengunjung Indonesia Fashion Week 2024
2
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
9 jam yang lalu
Langsung Pantau Persiapan, Menpora Dito Ingin Berikan Kado Terbaik buat Presiden Jokowi dari Olimpiade 2024 Paris
3
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
Olahraga
7 jam yang lalu
Nova Arianto Panggil 36 Pemain untuk Seleksi Timnas U-16 Tahap Kedua
4
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
Umum
8 jam yang lalu
Cinta Laura Tetap Produktif di Bulan Ramadan
5
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
Ekonomi
10 jam yang lalu
BPJPH Rilis Indonesia Global Halal Fashion, Targetkan Kejayaan di Pasar Dunia
6
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Olahraga
6 jam yang lalu
Lawan Bali United, Thomas Doll Harapkan Pemain Persija Jakarta Bugar
Home  /  Berita  /  Politik

Lembaga Penyiaran harus Mampu Memperkuat Ideologi Bangsa

Lembaga Penyiaran harus Mampu Memperkuat Ideologi Bangsa
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat. (Foto: Istimewa)
Selasa, 24 November 2020 00:03 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Digitalisasi penyiaran harus mampu meningkatkan peran lembaga penyiaran dalam membangun ketahanan budaya dan ideologi bangsa.

"Dengan kelebihan sistem digitalisasi dapat menjangkau wilayah yang lebih luas, bisa dimanfaatkan untuk menyiarkan informasi ke daerah tertinggal, terdepan dan terluar sehingga mampu memberi pemahaman terhadap nilai-nilai kebangsaan kepada masyarakat," kata Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat dalam diskusi daring terkait Digitalisasi Penyiaran di Indonesia yang digelar Komisi Penyiaran Indonesia bekerjasama dengan Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), Kementerian Komunikasi dan Informatika, Senin (23/11).

Menurut Lestari, di era globalisasi yang membuat dunia tanpa batas dan saat ini ada indikasi lunturnya pemahaman nilai-nilai kebangsaan di tengah masyarakat, di wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), akibat masih lemahnya penetrasi siaran analog di wilayah tersebut.

Sementara itu, jelas Rerie, sapaan akrab Lestari, di wilayah 3T itu saat ini didominasi oleh siaran-siaran televisi negara lain.

Digitalisasi penyiaran, menurut Rerie, berpotensi memperkuat dan memperluas cakupan penyiaran. Sehingga, tegasnya, digitalisasi penyiaran diharapkan mampu menjawab tantangan di wilayah-wilayah 3T tersebut.

Karena, ujarnya, di wilayah perbatasan masih banyak terjadi luberan informasi dari negara tetangga, potensi ekonomi yang belum dikelola dengan baik dan belum optimalnya infrastruktur di wilayah tersebut.

"Faktor-faktor itulah yang harus jadi pendorong kita untuk menunjukkan keseriusan membangun infrastruktur penyiaran di wilayah 3T," ujar Legislator Partai NasDem itu.

Membangun industri penyiaran digital agar bisa menjangkau wilayah perbatasan, menurut Rerie, bukan sekadar agar siaran televisi bisa dinikmati masyarakat di wilayah tersebut dengan baik.

Media penyiaran, jelasnya, memang punya kemampuan untuk menetralisir berita yang salah dan cenderung menciptakan hoax.

Lebih dari itu, tegas Rerie, dengan tata kelola yang baik industri penyiaran digital juga diharapkan mampu mendorong pembangunan ekonomi di wilayah 3T.

Tantangan penyiaran digital di masa datang, menurut Rerie, antara lain perlu penguatan informasi dan konten digital sehingga mampu ikut membangun nasionalisme bangsa, lewat konten yang mengandung nilai kebangsaan seperti nilai-nilai pada Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.***

wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77