Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
19 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
19 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
13 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
5
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
13 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
10 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Home  /  Berita  /  Olahraga

Soal Tuan Rumah Olimpiade 2032, KOI Jalin Komunikasi dengan Jepang

Soal Tuan Rumah Olimpiade 2032, KOI Jalin Komunikasi dengan Jepang
Raja Sapta Oktohari.
Rabu, 24 Maret 2021 19:41 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) Raja Sapta Oktohari menyampaikan pihaknya akan menjalin komunikasi dengan Jepang terkait misi mewujudkan Indonesia menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Okto, sapaan akrabnya, menyatakan semua permasalahan yang dihadapi Jepang dalam penyelenggaraan Olimpiade 2020 bisa menjadi pelajaran yang baik untuk Indonesia.

"Kalau bukan Jepang, mungkin Olimpiade 2020 sudah pindah ke negara lain. Apalagi Jepang ikut bidding Olimpiade 2016 dan kalah. Jepang sudah banyak menghabiskan dana untuk Olimpiade," kata Okto dalam sesi tanya jawab daring di acara Seminar Olahraga Nasional bertajuk “Kiprah BUMN Menuju Sukses Prestasi, Sport Tourism dan Tuan Rumah Olimpiade 2032” yang diselenggarakan SIWO PWI Pusat di Hotel Pullman, Jakarta, Rabu (24/3/2021).

Ia mengatakan, sejak awal memberikan gesture kepada Jepang bahwa Indonesia mengerti permasalahan yang dihadapi Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 akibat pandemi Covid-19. Indonesia memberikan dukungan yang maksimal kepada Jepang agar Tokyo bisa menggelar Olimpiade meskipun mundur setahun.

Menurut Okto, komunikasi bisa berjalan lebih lancar karena Ketua Panitia Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo (Tokyo Organising Committee of the Olympic and Paralympic Games/TOCOG), Seiko Hashimoto, merupakan mantan pengurus Federasi Balap Sepeda Jepang (JCF). Sementara Okto merupakan pengurus Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC).  Ia baru saja terpilih sebagai Wakil Ketua ACC dalam kongres yang digelar di Dubai, UEA, Senin (22/3/2021).

"Mudah-mudahan ada hal-hal yang bisa kita pelajari dari pengalaman Tokyo," kata Okto.
Sejauh ini, Okto menyampaikan KOI terus menjalin komunikasi dengan sejumlah pihak terkait rencana Indonesia maju sebagai tuan rumah Olimpiade 2032. Menurut dia, perjalanan masih panjang sebelum tuan rumah ditetapkan oleh Komite Olimpiade Internasional (IOC).

Tuan rumah Olimpiade 2032 belum ditetapkan

Dalam kesempatan ini, Okto juga membantah Kota Brisbane, Australia menjadi calon tunggal dan pasti menjadi tuan rumah. Menurut dia, proses penunjukan tuan rumah Olimpiade 2032 masih terus berjalan.

"Sekarang model pemilihan itu sangat berbeda. Untuk pertama kali sistem pemilihan tidak menggunakan bidding contest, tapi melalui proses dialog. Indonesia telah menjalin beberapa komunikasi yang lebih intensif dengan IOC terkait proses pengambilan keputusan yang sebagian besar belum begitu paham dengan mekanismenya," kata Okto.

Okto menjelaskan, saat ini IOC menerapkan dua tahapan dalam proses pemilihan tuan rumah Olimpiade 2032, yakni continuous dialog atau dialog berkelanjutan dan targeted dialog atau dialog terarah. Australia lebih awal menyiapkan materi presentasi sehingga Brisbane sudah masuk ke tahap targeted dialog. Sementara Indonesia baru di fase continuous dialog.

Namun bukan berarti Brisbane lebih diuntungkan dan sudah pasti terpilih. Sebab, jika ada kendala yang dihadapi, Brisbane harus kembali memulai dari awal atau fase continuous dialog.

Perihal proses baru pemilihan tuan rumah Olimpiade, Okto sudah berkomunikasi dengan Presiden Dewan Olimpiade Asia (OCA) Sheikh Ahmad Al Fahad Al Sabah dan pihak IOC. Dari komunikasi ini, ia mendapatkan penjelasan bahwa banyak negara peserta bidding tuan rumah Olimpiade yang kalah merugi. Mereka kehilangan duit terlalu besar dalam proses bidding.

"Misal tujuh negara yang maju ke pencalonan, satu yang menang, enam negara yang kalah habis duit banyak. Citra Olimpiade jadi kurang baik sehingga mekanismenya diubah," ujar Okto.

Dalam mekanisme baru, Future Host Commission (Komisi Tuan Rumah Olimpiade Masa Depan) menjalin komunikasi dengan negara peminat. Future Host Commission ini yang akan mengevaluasi semua kesiapan peserta dan dokumen pendukung yang diperlukan, selanjutnya melaporkannya kepada Executive Board (Dewan Eksekutif) IOC.

Dewan Eksekutif IOC ini kemudian menentukan pihak yang dianggap siap menjadi tuan rumah. Dewan Eksekutif mengajukannya ke IOC Session untuk dibahas dan menetapkan tuan rumah Olimpiade secara resmi.

Okto menegaskan dukungan semua Presiden Joko Widodo dan semua pihak terkait, termasuk SIWO PWI, membuat KOI tetap bersemangat mengupayakan Indonesia bisa menjadi tuan rumah Olimpiade 2032. Apalagi prosesnya masih panjang.

Ia mengatakan, Indonesia punya sejumlah keunggulan seperti populasi penduduk keempat terbesar di dunia serta kesuksesan penyelenggaraan Asian Games serta Asian Para Games 2018. Indonesia juga punya fasilitas pendukung warisan dari penyelenggaraan Asian Games tersebut.

Ia juga berharap adanya Menteri BUMN Erick Thohir di dalam struktur IOC bisa memberikan keuntungan untuk Indonesia. Tidak hanya untuk urusan pemilihan tuan rumah Olimpiade 2032, melainkan juga dalam aspek lainnya.

Okto berharap ke depan makin banyak orang-orang Indonesia yang bisa mendapatkan peran dalam kepengurusan olahraga di regional, kontinental, dan dunia yang bisa menguntungkan untuk kita.

Pembinaan atlet fokus Olimpiade

Okto juga menegaskan sudah saatnya pembinaan olahraga Indonesia mengarahkan fokus utamanya ke Olimpiade sebagai ajang tertinggi di olahraga. Saat ini, menurut dia, belum terlalu banyak atlet Indonesia berpartisipasi di Olimpiade. Dengan 270 juta penduduk, harusnya lebih banyak lagi atlet Indonesia berpartisipasi di Olimpiade. "SEA Games menarik, tapi yang tertinggi Olimpiade," ucap Okto.

Di bawah Olimpiade, menurut Okto, fokus berikutnya ada di Kejuaraan Dunia, kemudian Kejuaraan Asia. Sebab, dua ajang inilah yang memberikan poin bagi atlet agar bisa tampil di Olimpiade. Barulah Asian Games di tempat selanjutnya. Okto beralasan, prestasi di Asian Games tidak berpengaruh terhadap peluang atlet ke Olimpiade. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/