Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
Pemerintahan
21 jam yang lalu
Sebagai PSN Pembangunan LRT Jakarta Fase 1B Harus Didukung
2
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Kecewa Gagal Ke Final, Akui Permainan Tak Sesuai Harapan
3
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
Umum
22 jam yang lalu
Jakpro Helat TIM Art Festival Mulai 30 Mei 2024
4
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
Olahraga
22 jam yang lalu
Tak Ada Insiden Saat Madura United FC Kembali Ke Hotel
5
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
Olahraga
22 jam yang lalu
Dua Klub Pastikan Lolos Ke Babak Final Championship Series BRI Liga 1 2023/24
6
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Olahraga
22 jam yang lalu
Arema FC Evaluasi Pemain Asing Dan Pulangkan Pemain Muda
Home  /  Berita  /  Politik

Usai Gencatan Senjata Israel-Palestina, Anis Matta : Indonesia dan Turki Harus Berperan

Usai Gencatan Senjata Israel-Palestina, Anis Matta : Indonesia dan Turki Harus Berperan
Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta saat memberikan penjelasan.
Jum'at, 21 Mei 2021 19:09 WIB
Penulis: Azhari Nasution
JAKARTA - Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta menyarankan Indonesia bersama Turki memainkan peran untuk memediasi kelompok-kelompok perlawanan di Palestina usai pengumuman gencatan senjata hari ini, setelah 11 hari pertempuran Israel melawan Hamas menewaskan sedikitnya 240 orang termasuk anak-anak.

Saran itu disampaikan Anis Matta dalam acara halalbihalal dengan kalangan pers di kantor Media Center Gelora Jakarta, Jumat (21/5/2021). Bahkan, dia menyebut momen gencatan senjata itu harus dimanfaatkan dengan baik karena potensi kemerdekaan Palestina dari Israel kian terbuka karena kuatnya dukungan negara-negara Timur Tengah dan negara Barat.

Selama ini Eropa, terutama Jerman, kata Anis Matta, tidak bersikap tegas pada Israel karena dianggap menjadi korban dalam peristiwa Holocaust yang diberlakukan di zaman kepemimpin Hitler di Jerman. Kini, jelasnya, utang budi atas peristiwa Holocaust ketika jutaan orang Yahudi dibantai di Eropa sudah terbayarkan dengan pembantaian yang dilakukan oleh tentara Israel atas rakyat Palestina.

Oleh karena itu, sebutnya, dukungan negara-negara Eropa atas Israel mulai berkurang setelah menyaksikan kejadian terakhir di Gaza ketika banyak warga sipil terbunuh akibat serangan rudal Israel.

Atas alasan itulah, Anis menilai sebagai dua negara yang berpenduduk Islam terbesar, seharusnya Presiden Jokowi dan Presiden Turki, Recep Tayyib Erdogan bisa memainkan peran mediator di antara kelompok perlawanan seperti Hamas dan Fatah.

Sejauh ini Hamas lebih banyak melakukan perjuangan bersenjata dalam menghadapi Israel, sedangkan Fatah lebih memilih cara diplomasi. Upaya Fatah dalam diplomasi mencapai puncaknya saat dicapainya Perjanjian Oslo pada 2004 soal pendirian dua negara Israel dan Palestina yang hidup berdampingan secara damai.

“Momen gencatan senjata ini bisa dimamfaatkan Indonesia dan Turki untuk memainkan peran memediasi kelompok perlawanan yang sekarang kian terlihat mulai bersatu,” ujar Anis.

Dia menambahkan bahwa gencatan senjata yang diumumkan tersebut pada dasarnya merupakan kemenangan bagi Hamas yang telah membuat sistem pertahanan Israel kewalahan. Apalagi sistem pertahanan Iron Dome milik Israel tidak mampu menghadapi serangan roket Hamas meski korban tewas di pihak Hamas lebih banyak dari Israel. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/