Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
Olahraga
22 jam yang lalu
PSIS Kantongi Licensing AFC Challenge League Dan BRI Liga 1
2
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
Pemerintahan
22 jam yang lalu
Heru Budi Hartono Tinjau Lokasi Pembebasan Lahan Normalisasi Kali Ciliwung
3
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
Umum
19 jam yang lalu
Musisi dan Wartawan yang Tergabung di PSKI Sukses Gelar Halalbihalal
4
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
DKI Jakarta
22 jam yang lalu
Senator Dailami Sesalkan Pengelola Minimarket Memukul Bukan Merangkul Jukir
5
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
Umum
17 jam yang lalu
Avril Lavigne Anggap Teori Konspirasi Tentangnya Sebagai Bukti Awet Muda
6
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Olahraga
22 jam yang lalu
Arema FC Gandeng Apparel Nasional Musim Depan
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Kemungkinan Terburuk, Covid-19 Digunakan sebagai Senjata dalam Konflik Geopolitik

Kemungkinan Terburuk, Covid-19 Digunakan sebagai Senjata dalam Konflik Geopolitik
Ketua Umum DPP Gelora Anis Matta. (Foto: Istimewa)
Senin, 05 Juli 2021 07:00 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy
JAKARTA - Ketua Umum DPP partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengaitkan Virus Corona (COVID-19) dengan senjata biologi dalam konflik geopolitik.

Dia menyatakan sebuah kemungkinan COVID-19 digunakan sebagai senjata biologi. "Kemungkinan yang buruk, yaitu COVID-19 ini juga digunakan menjadi senjata dalam konflik geopolitik," ujar Anis Matta dalam keterangannya di Jakarta, Minggu (4/7).

Anis Matta mengatakan COVID-19 ini datangnya dari Tiongkok dan Indonesia juga menggunakan vaksin dari negara tersebut.

Menurut dia, makna geopolitiknya adalah Indonesia sebagai korban dan pada waktu yang sama juga menjadi konsumen.

Anis kemudian mengajak publik untuk mulai menyadari adanya perlombaan luar biasa dari empat kekuatan utama dunia, yaitu Amerika Serikat (AS), Eropa, Rusia, China dalam memproduksi vaksin.

"Kita juga lihat di sini ada 'racing' atau perlombaan dari paling tidak empat kekuatan dunia yaitu, Amerika Serikat, Eropa, Rusia dan China dalam produksi vaksin," ujarnya.

Meski demikian, Anis Matta mengaku belum mengetahui apakah industri vaksin akan menjadi salah satu leading industri di masa yang akan datang.

Karena itu, menurut dia, tidak begitu mengherankan apabila saat ini terjadi disinformasi luar biasa mengenai COVID-19.

Informasi saintifik telah bercampur dengan informasi hoaks yang begitu cepat menyebar di masyarakat.

"Misalnya tentang keburukan dan kelebihan dari tiap vaksin yang digunakan, karena ada instrumen pertarungan kepentingan global," pungkas Anis.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/