Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
12 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
3
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
14 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
4
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
11 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
21 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
14 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Home  /  Berita  /  Olahraga

Soal Perubahan Paradigma, Amali: Saya Tak Perlu Memetik Hasilnya Sekarang

Soal Perubahan Paradigma, Amali: Saya Tak Perlu Memetik Hasilnya Sekarang
Menpora Zainudin Amali. (Dok. Kemenpora)
Sabtu, 10 Juli 2021 16:02 WIB
Penulis: Azhari Nasution

JAKARTA - Perubahan paradigma yang dilakukan Menpora Zainudin Amali dari target perolehan medali menjadi target peringkat di Olimpiade Tokyo 2020 menjadi topik menarik. Apalagi, Ketua Umum Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia), Raja Sapta Oktohari memberikan pujian terhadak langkah berani tersebut.

Perubahan paradima itu bagi Amali sangat penting dalam peletakan pondasi olahraga Indonesia ke depan dimana sasaran utama Olimpiade sebagai pesta olahraga terbesar dunia. Namun, dia menyadari hasil itu tidak langsung dipetik melainkan memakan waktu 10 tahun ke depan.

"Memang yang saya lakukan ini tidak populer tapi harus berani. Saya melakukannya supaya pondasi olahraga kita kuat untuk menuai prestasi 10 thn ke depan. Saya tidak perlu memetik hasilnya sekarang," kata Zainudin Amali kepada Gonews.co Group, Jumat (8/7/2021) malam.

Langkah berani yang dilakukan Amali dinilai Okto, panggilan akrab Raja Sapta Oktohari sangat tepat dan berani. Makanya, dia mengapresiasi keberanian tersebut karena apa yang dilakukan itu di luar dari kebiasaan yang terjadi di dunia olahraga Indonesia. Namun, dia menyebut perubahan ini adalah perubahan yang positif dan  konstruktif.

"Biasanya  paradigma kita itu hanya melihat dari berapa target medali emas, padahal perlu diingat bahwa olympic solidarity semangatnya bukan menang atau kalah tapi tentang keikutsertaan. Kini, target kita tidak lagi mengukur berapa medali emas, perak dan perunggu  tetapi secara keseluruhan  harus   peringkat. Di  dalam peringkat itu nanti ada komponen berapa emas, perak dan perunggu," ungkap Okto.

"Karena itu, sekali lagi saya sampaikan apresiasi atas keberanianya untuk mengubah paradigma berpikir masyarakat Indonesia yang pertama kita tidak lagi berpikir berapa medali emas tetapi berapa peringkat Indonesia." tambahnya.

Perubahan paradigma ini cukup mendasar jika mengacu pada Grand Desain Olahraga Nasional dimana targetnya harus lebih baik dari Olimpiade sebelumnya. "Kalau mengacu pada Grand Design Olahraga Nasional. Di  grand design itu sudah sangat  jelas bahwa  target harus  lebih baik dari olimpiade sebelumnya," ungkapnya.

Di Olimpiade Rio de Janeiro 2016, lanjutnya,  Indonesia  menempati peringkat  ke-46. Kita berharap tentu akan lebih baik peringkatnya.  Jadi kita tidak lagi  menyebut berapa medali  emas, perak dan perunggu.

Jadi, menurutnya, sekarang ini harus merubah cara berpikir kita. Bahwa sejak sekarang sasarannya adalah olimpiade, Sea Games dan Asian Games adalah sasaran antara saja.

 "Jadi kita perkuat ke olimpiade, sehingga jelas tahapanya. Tahun 2020 targetnya peringkat berapa, tahun 2024 targetnya peringkat berapa, tahun 2028 dan tahun 2032 berapa sampai 100  tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045, yang olimpiadenya dilakukan pada tahun 2044. Jadi mindset kita harus sama dulu, bahwa sasarannya adalah olimpiade dan targetnya adalah peringkat," jelasnya.

Seperti diketahui lahirnya Grand Design Olahraga Nasional ini didasari oleh arahan presiden saat sambutan pada peringatan (Hari Olahraga Nasional) ke-37 pada 9 September 2020 lalu. Pada arahannya, Presiden minta untuk melakukan review total terhadap ekosistem prestasi olahraga nasional.

Dalam grand desain itu dibutuhkan minimum 10 tahun latihan untuk mengantarkan atlet menuju podium internasional. Apalagi, sasaran utama adalah Olimpiade sedangkan Asian Games dan SEA Games menjadi sasaran antara.

Dari diskusi bersama dengan profesor, guru besar dan stakeholder olahraga, Kemenpora menetapkan 14 cabor unggulan yang mengandalkan akurasi dan teknik. Adapun sejumlah cabor yang dimaksud antara lain bulu tangkis, angkat besi, panjat tebing, panahan, menembak, wushu, karate, taekwondo, balap sepeda, atletik, renang, senam artistik, dayung dan pencak silat. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/