Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
Olahraga
23 jam yang lalu
Kadek Agung Sedih Bali United Kebobolan Di Menit Akhir
2
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
Olahraga
23 jam yang lalu
Madura United Persembahkan Kemenangan Untuk Suporter
3
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
Olahraga
20 jam yang lalu
PSSI Terima Kasih pada Suporter Yang Dukung Timnas Indonesia
4
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
19 jam yang lalu
Rizky Akan Terus Jaga Performa Menuju Olimpiade 2024 Paris
5
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
Olahraga
23 jam yang lalu
Riski Afrisal Langsung Fokus Penuh Untuk Laga Leg Kedua
6
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Olahraga
22 jam yang lalu
Borneo FC Sudah Tampilkan Yang Terbaik, Angga Saputro: Masih Ada Peluang
Home  /  Berita  /  Nasional

Analis Sebut Pandemi jadi Komoditas Politik

Analis Sebut Pandemi jadi Komoditas Politik
Webinar GIAD bertajuk 'Wabah Baliho Capres di Tengah Pandemi', Senin (2/8/2021). (gambar: tangkapan layar)
Senin, 02 Agustus 2021 15:17 WIB
JAKARTA - Analis Politik Exposit Strategic, Arif Susanto menilai bencana pandemi Covid-19 tengah dijadikan sebagai komoditas politik.

Dalam sebuah webinar yang disaksikan GoNEWS.co, Senin (2/8/2021), Ia menyatakan, partai politik seolah berlomba untuk menjadi yang paling murah hati di tengah pandemi. Kewenangan besar Ketum Golkar, Airlangga Hartarto, menjadi salah satu contoh.

Menurutnya, ini terjadi tidak hanya di partai politik internal kekuasaan pemerintah, tapi juga partai politik di luar kekuasaan pemerintah.

"Demokrat, PKS, yang lainnya, hampir tidak kita dengar mereka memberikan sebuah alternatif," kata Arif sebagaiman disaksikan GoNEWS.co.

Potret survey-survey yang berfokus pada elektabilitas tokoh partai politik dan kepala daerah, menurut Arif, menjadi bukti bahwa tindakan mereka dalam pandemi diharap berpengaruh positif bagi kepentingan elektoral.

Di tengah pandemi, kata Arif, rakyat dibuat menjadi ketergantungan kepada kebijakan bantuan. Di sisi lain, persoalan penting bahwa Indonesia membutuhkan sistem kesehatan publik yang kuat tampak terkesampingkan.

"Orang memberi petuah bijak (kenakan masker, dsb) tapi orang lupa bicara bahwa ini persoalan sistem kesehatan publik," kata Arif.***

Editor:Muhammad Dzulfiqar
Kategori:DKI Jakarta, Nasional, Politik, Umum
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/