Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
14 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
12 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
12 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
13 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
13 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
13 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Kritik Keras Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, PKS: Tak Peka Kondisi Pandemi!

Kritik Keras Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, PKS: Tak Peka Kondisi Pandemi!
Ilustrasi pesawat Kepresidenan. (Foto: Istimewa)
Rabu, 04 Agustus 2021 13:40 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Pesawat kepresidenan dicat ulang dari biru menjadi merah. Langkah itu dikritik keras oleh PKS.

"Menurut saya apa yang dilakukan sangat tidak peka dengan kondisi pandemi dan kondisi masyarakat saat ini. Apalagi persebaran pandemi yang semakin massif dan sudah menyebar ke berbagai daerah," kata Wasekjen DPP PKS, Ahmad Fathul Bari, kepada wartawan, Selasa (3/8/2021).

Fathul menyeb ut keputusan melakukan pengecatan ulang pesawat kepresidenan membuat pemerintah terkesan abai terhadap beban masyarakat menghadapi pandemi COVID-19. Dia menilai pemerintah membiarkan rakyat bertarung sendiri dengan pandemi.

"Langkah melakukan pengetatan juga tidak diiringi dengan solusi yang diberikan, sehingga masyarakat seolah bertarung sendiri dengan tantangan hidup/mati menghadapi pandemi dan kesulitan hidup yang terjadi," ucapnya.

Dia kemudian menyinggung isi Pasal 55 UU Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan. Dia menyebut kebutuhan hidup masyarakat harusnya bisa lebih terjamin jika pasal itu dilaksanakan. Pasal 55 UU tersebut mengatur kewajiban pemerintah menanggung kebutuhan hidup dasar orang dan makanan hewan ternak selama karantina wilayah.

"Tapi yang terjadi saat ini justru kecenderungan untuk menghindari kewajiban tersebut melalui langkah lainnya, bahkan melakukan langkah lain yang kontroversial dan seolah tidak peka dengan kondisi masyarakat saat ini," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono membenarkan bahwa Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 atau Pesawat BBJ 2 telah dicat ulang.

Dia mengungkapkan pengecatan pesawat BBJ 2 ini sudah direncanakan sejak 2019. Terkait dengan perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada 2020.

"Proses pengecatan sendiri merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ," kata dia dalam keterangannya, Selasa (3/8).

Biaya pengecatan pesawat kepresidenan ini awal mulanya diungkap oleh pengamat penerbangan Alvin Lie. Dari unggahannya, Alvin menuliskan biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar US$ 100 ribu hingga US$ 150 ribu atau sekitar Rp 1,4 miliar hingga Rp 2,1 miliar.

"Hari gini masih saja foya-foya ubah warna pesawat kepresidenan. Biaya cat ulang pesawat setara B737 berkisar antara US$ 100 ribu sampai dengan US$ 150 ribu. Sekitar Rp 1,4 miliar sampai dengan Rp 2,1 miliar," tulis Alvin, Selasa (3/8).

Sumber di Istana juga menyebutkan hal yang sama. Biaya pengecatan untuk BBJ-2 mencapai Rp 2,1 miliar. "Rp 2,1 miliar untuk BBJ," kata sumber tersebut.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/