Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
Umum
21 jam yang lalu
Lestarikan Warisan Budaya Batak Lewat Konser Musik Anak Ni Raja
2
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Veddriq Juara di Shanghai, Panjat Tebing Selangkah Lagi Tambah Tiket Ke Olimpiade 2024 Paris
3
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
Olahraga
23 jam yang lalu
Manager Timnas Putra dan Timnas Wanita Indonesia Terisi
4
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
Olahraga
23 jam yang lalu
Bambang Asdianto Bicara Kesiapan Pemain Timnas Basket Indonesia Jelang SEABA U-18 Women’s di Thailand
5
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
Olahraga
21 jam yang lalu
Rakor PON XXI di Medan, Menpora Dito Sebut Kesiapan Sumatera Utara Sudah Matang
6
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
7 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Home  /  Berita  /  Pemerintahan

Sering Emosional di Depan Publik, Pengamat Minta Risma Periksa ke Psikiater

Sering Emosional di Depan Publik, Pengamat Minta Risma Periksa ke Psikiater
Mensos Risama saat berkunjung ke Riau. (Foto Ratna/Goriau.com)
Selasa, 31 Agustus 2021 16:39 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Direktur Rumah Politik Indonesia Fernando EMaS blak-blakan mengatakan Menteri Sosial Tri Rismaharini agar memeriksakan diri ke psikiater.

Pasalnya Risma kerap marah dan emosional di hadapan publik. "Periksa diri ke psikiater, agar tidak marah-marah di hadapan publik terus menerus," ucap Fernando EMaS dilansir GoNews.co dari GenPI.co, Selasa (31/8/2021).

Dia melanjutkan, sebagai pejabat yang memiliki pengalaman dua periode sebagai Walikota Surabaya selama dua periode seharusnya sudah lebih tahu mengontrol emosi. Bahkan Fernando menyarankan agar Risma mundur saja dari jabatannya jika terus-terusan seperti itu.

"Risma segera mengundurkan diri dari jabatan menteri sosial. Ingat keluarga bu Risma, yang masih sangat membutuhkan kehadiran bu Risma di tengah-tengah keluarga," lanjutnya.

Dia menilai, bahwa masyarakat tidak butuh pejabatnya yang hanya menonjolkan amarahnya. Yang dibutuhkan rakyat menurutnya adalah sosok pejabat yang mampu membangun kerjasama dengan tim kerjanya.

Sebelumnya, diketahui Menteri Sosial Tri Rismaharini kembali naik pitam perkara penyaluran bantuan sosial atau bansos di Jember, Jawa Timur. Dalam rapat yang digelar di sebuah hotel, Risma mengatakan sudah berkali-kali menegur pejabat bank BUMN terkait masalah tersebut.

Dalam rapat yang videonya tersebar luas di media sosial itu, terlibat Risma bersuara tinggi kepada pejabat bank yang bertanggung jawab terhadap penyaluran bansos tersebut.

Sementara itu, Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid juga menyarankan agar Risma mundur dari jabatan menteri jika memang sudah tidak bisa mencari solusi. "Tidak ada gunanya marah-marah lah. Kalau marah-marah terus kan mending mundur aja. Artinya kan enggak mampu bekerja," ujar Jazilul saat ditemui GoNews.co di Media Center DPR RI, Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (30/8).

Menurut Wakil Ketua MPR RI, aksi marah-marah Risma membuktikan ketidakmampuan mengoordinir anak buahnya yang seharusnya bisa dievaluasi di internal Kementerian Sosial. Apalagi, penyaluran bansos yang dipersoalkan Risma merupakan kewenangan Kementerian Sosial RI. "Oleh sebab itu yang dipentingkan hari ini koreksi yang di dalam (pegawai Kemensos)," tegas Gus Jazil.

Sementara itu, pengamt politik Ujang Komarudin mengatakan, kemarahan ditunjukkan Risma berkenaan penyaluran bantuan sosial, yang mana hal itu menjadi tugas dan tanggung jawab kementeriannya. "Gaya ngamuk-ngamuk itu tak bagus. Tak ada yang beres dengan ngamuk-ngamuk. Pemimpin itu dengan hati, dengan keteladanan, bukan dengan marah-marah," katanya.

Sebagai menteri yang membidangi langsung kesejahteraan rakyat, harusnya Risma segera mencari solusi agar penyaluran bansos di tengah pandemi Covid-19 berjalan dengan baik. Apalagi, kasus buruknya penyaluran bansos bukan terjadi kali ini saja, melainkan sudah berlangsung beberapa kali. "Marah-marah itu bukan solusi, tapi malah akan menambah masalah. Dalam agama Islam pun, marah-marah itu merupakan sifat yang tak bagus,” lanjut Ujang.

Ujang pun tak mengerti dengan sikap arogan yang ditunjukkan oleh politisi PDI Perjuangan itu. "Mungkin itulah gaya kepemimpinannya. Apakah pencitraan, saya tak tahu dan tak mengerti," tanadsnya.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/