Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
Olahraga
23 jam yang lalu
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
2
Indonesia Tertinggal 0-2 Atas China, Fajar/Rian: Liang/Wang Lebih Berani dan CerdikĀ 
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 Atas China, Fajar/Rian: Liang/Wang Lebih Berani dan CerdikĀ 
3
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
Olahraga
21 jam yang lalu
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
4
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
3 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
5
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
4 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
4 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Home  /  Berita  /  Politik

HUT TNI ke 76, HNW: Waspadai Kemungkinan Bangkitnya Kembali Komunisme

HUT TNI ke 76, HNW: Waspadai Kemungkinan Bangkitnya Kembali Komunisme
Ilustrasi demo masyarakat menuntut pembubaran PKI. (Foto: Arsip Perpustakaan Negara)
Selasa, 05 Oktober 2021 15:04 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

BATAM - Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan, peran Umat Islam dalam membela bangsa dan negara, meninggalkan jejak yang sangat jelas. Hari ini, bertepatan dengan HUT TNI ke 76, bangsa Indonesia mencatat dengan tinta emas jasa "Bapak Tentara Nasional Indonesia Jenderal Soedirman".

Pernyataan itu disampaikan Hidayat Nur Wahid secara daring saat mengisi acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI kerjasama MPR dengan Yayasan Ulil Al-Bab Batam. Acara tersebut berlangsung di Aula Pusat Informasi Haji (PIH) Provinsi Kepri, Jl. Engku Putri, Batam, Selasa (5/10/2021).

"Jenderal Soedirman merupakan seorang muslim yang taat. Dia adalah seorang santri, anggota Pemuda Muhammadiyah dan juga guru di sekolah Muhammadiyah. Pada saat para pemimpin Indonesia ditangkap Belanda, Soedirman memimpin pering gerilya, untuk melawan claim sepihak dari penjajah yang menyatakan bahwa mereka sudah menguasai Indonesia, dan Indonesia sudah tidak ada," ujar HNW.

Soedirman beserta pasukannya kata Dia, sukses menyulitkan tentara Belanda. Berkali-kali, Soedirman yang kala itu ditandu oleh prajuritnya karena sedang sakit, lolos dari sergapan kolonialis Belanda. Sampai satu hari, Soeparjo Rustam, salah satu ajudannya, penasaran dan memberanikan diri mengajukan pertanyaan, rahasia dibalik keberhasilan Soedirman meloloskan diri dari sergapan Belanda.

"Pertama karena tidak pernah batal, dan selalu memiliki wudhu, sehingga selalu terjaga kesuciannya, sementara Allah mencintai hambanya yang bertobat dan selalu mensucikan diri. Kedua adalah salat tepat waktu. Salat tepat waktu adalah amal paling baik, yang disukai Allah. Ketiga ikhlas berjuang tanpa pamrih, padahal pahala ikhlas atau ikhsan, itu langsung dari Allah," kata politisi PKS itu.

Belajar pada sosok Jenderal Soedirman, menurut Hidayat sepantasnya Umat Islam senantiasa turut menjaga dan melestarikan hasil-hasil kesepakatan yang diambil para Bapak Bangsa. Termasuk kesepakatan tentang Pancasila sebagai dasar dan Ideologi negara, UUD NRI Tahun 1945 sebagai konstitusi negara, NKRI sebagai bentuk negara dan bhinneka tunggal Ika sebagai semboyan negara.

Apalagi, bangsa Indonesia sudah mengalami dua kali pengalaman buruk terkait Partai Komunis Indonesia. yaitu peristiwa Madiun pada 18 September 1948 dan pemberontakan G 30 S PKI tahun 1965. Kedua pemberontakan itu bertujuan mendirikan negara komunis dan menggantikan dasar serta ideologi Pancasila dengan komunisme.

"Pada peristiwa pertama banyak ulama, santri, pesantren dan masjid yang menjadi korban kekejaman PKI. Mereka juga sudah memproklamirkan berdirinya Negara Rapublik Soviet Indonesia. Sedangkan pada 1965, PKI melakukan pemberontakan, penculikan serta pembunuhan yang menyebabkan tewasnya tujuh Pahlawan Revolusi," urainya.

Saat ini pengaburan tentang kekejaman PKI kata Hidayat sudah mulai bisa dirasakan. Bahkan kerap muncul gerakan-gerakan sebagaimana yang terjadi sebelum pemberontakan PKI pada 1948 dan 1965. Seperti kekerasan terhadap ulama, yang pelakunya kerap divonis gila. "Peristiwa terakhir bahkan terjadi di Batam. September lalu, Ustad Abu Syahid Chaniago, yang tengah berceramah di siang hari, tiba-tiba diserang oleh oknum yang mengaku komunis," tandasnya.

Inilah, kata HNW yang membuat Sosialisasi Empat Pilar sangat penting. Karena masih banyak orang yang mau mengaburkan, merusak dan mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain, termasuk komunisme.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/