Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
16 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
2
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
13 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
3
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
Olahraga
13 jam yang lalu
Tampil Trengginas, Korea Utara Bekuk Korea Selatan
4
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
16 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
5
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
22 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
6
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Umum
13 jam yang lalu
Chand Kelvin dan Dea Sahirah Sudah Resmi Bertunangan
Home  /  Berita  /  Kesehatan

Perketat Prokes 5 M dan Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 di Akhir Tahun

Perketat Prokes 5 M dan Waspada Gelombang Ketiga Covid-19 di Akhir Tahun
Ilustrasi Mural Covid-19. (Foto: Istimewa)
Minggu, 10 Oktober 2021 21:17 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

KEBIJAKAN yang diterapkan Pemerintah dalam menangani Covid-19 dan memulihkan ekonomi nasional secara bertahap membawa Indonesia ke arah yang lebih baik di tahun kedua pandemi Covid-19. Penanganan Covid-19 melalui kebijakan yang telah diterapkan Pemerintah saat ini menghasilkan angka kasus aktif yang terus mengalami penurunan.

Sementara pemulihan ekonomi nasional dengan kebijakan-kebijakan yang diterapkan Pemerintah membuat ekonomi Indonesia diprediksikan rebound di tahun 2021 dengan pertumbuhan dalam kisaran 4,5 s.d. 5,3% (YoY). Hal itu sejalan dengan berbagai leading indicator yang menunjukkan perbaikan.

Bahkan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, situasi perekonomian sudah relatif memberikan tanda-tanda positif dan proyeksi ke arah recovery.

Program vaksinasi dan kebijakan PPKM menurutnya telah meningkatkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) ke level 93,40% di bulan Maret- Spetember 2021. Bersamaan dengan hal tersebut, stimulus yang dilakukan Pemerintah melalui relaksasi PPnBM di sektor otomotif telah meningkatkan penjualan sebesar 28,2% (YoY) di bulan yang sama.

Sedangkan stimulus yang juga dilakukan pada sektor properti, pariwisata dan sektor yang lain diharapkan juga dapat semakin meningkatkan konsumsi di sepanjang tahun 2021. Selanjutnya, Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur juga semakin ekspansif ke level 53,2% di bulan Maret hingga Oktober 2021. "Dalam tiga bulan terakhir, neraca perdagangan positif didukung oleh ekspor yang tinggi dan investasi yang meningkat," jelas Menko Airlangga.

Selanjutnya, terkait pandemi Covid-19, saat ini parameter Covid-19 Indonesia relatif lebih baik dibandingkan global. Hal itu terlihat dari tren persentase kasus aktif di Indonesia yang lebih rendah dari global dan kasus sembuh di Indonesia yang juga lebih besar dari global. Sementara itu, dari segi vaksinasi, Indonesia berada di posisi 10 besar dunia dan termasuk 4 besar dunia dalam hal penyuntikan yang dilakukan oleh negara bukan produsen vaksin. Untuk lebih mempercepat peningkatkan herd immunity, program vaksinasi terus diakselerasi.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, masyarakat Indonesia harus selalu berhati-hati dalam mengamati laju penularan kasus Covid-19. Selanjutnya, Budi Gunadi juga menghimbau masyarakat agar tetap waspada dan menerapkan protokol PPKM Mikro yang sudah terbukti bagus. Masyarakat juga dihimbau agar tidak terburu-buru melonggarkan standar PPKM Mikro yang sebelumnya sudah ada.

Di sejumlah daerah dengan kasus Covid-19 yang rendah saat ini sudah menjalani Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) level 1. Meski kasus sudah rendah, masyarakat diimbau untuk tetap mematuhi protokol kesehatan dan jangan lalai.

Satgas Penanganan Covid-19 mengingatkan bagi daerah yang sudah masuk level 1 tidak menjadi lengah. Juru Bicara Pemerintah Untuk Covid-19 Prof Wiku Adisasmito mengatakan meskipun level 1 tergolong kondisi aman, bukan berarti membuat pemerintah dan masyarakatnya menjadi lalai. Termasuk dalam kegiatan beribadah. "Walau begitu bukan berarti kita bisa lalai dengan situasi yang tergolong aman tersebut, karena Covid-19 masih ada disekitar kita," kata Wiku secara daring dalam keterangan Satgas Covid-19 baru-baru ini.

Terkait level 1, Wiku menjelaskan bahwa pada prinsipnya level 1 dalam asesmen leveling dan zona hijau dalam sistem zonasi adalah hasil penilaian yang paling baik melalui perhitungan berbagai indikator. Saat ini dari hasil analisis pemerintah terhadap 26 kabupaten/kota di luar Pulau Jawa-Bali, daerah yang telah memasuki level 1 adalah Kabupaten Lampung. Dan sejak tanggal 25 September 2021, kabupaten/kota di wilayah Jawa-Bali yang telah masuk ke level 1 yaitu Kabupaten Blitar.

Mengenai kegiatan ibadah, Wiku menegaskan sampai saat ini pengaturan kegiatan ibadah di rumah ibadah atau berjamaah secara nasional dengan memperhatikan 2 indikator penilaian tersebut, menghimbau adanya pembatasan kapasitas dan penerapan protokol kesehatan. Yaitu memakai masker dan menjaga jarak saat beribadah serta mencuci tangan sebelum dan sesudah beribadah.

"Ke depannya, jika diterapkan perubahan pengaturan, khususnya pedoman beribadah secara rinci di rumah ibadah akan disampaikan oleh Kementerian Agama yang sebelumnya telah melalui kesepakatan lintas Kementerian lembaga,” tegas Wiku. (*)

Sementara itu, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sekaligus Ketua Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid--19 Ganip Warsito mengingatkan kepada seluruh komponen di daerah agar mewaspadai adanya potensi gelombang ketiga penularan COVID-19 di Tanah Air yang menurut para ahli dapat terjadi di akhir tahun. "Ancaman gelombang ketiga yang diprediksi oleh para ahli akan terjadi di bulan Desember," kata Ganip, dalam siaran pers, Sabtu (9/10).

Akhir tahun atau bulan Desember bertepatan dengan dua momentum besar yakni Hari Raya Natal dan pergantian tahun. Libur pada periode tersebut berpotensi memicu keinginan masyarakat untuk beraktivitas di luar ruangan. Di samping itu, akhir tahun juga masih masuk dalam periode pergantian cuaca, yang mana hal itu juga mempengaruhi daya tahan tubuh sehingga mudah terserang penyakit. "Karena di situlah saat Nataru, di situlah adanya pergantian cuaca. Ini yang menjadi suatu ancaman peningkatan COVID-19," tuturnya.

Untuk mengantisipasi ancaman gelombang ketiga Covid-19 yang dikhawatirkan para ahli, Ganip optimis itu dapat dicegah dan dikendalikan sehingga tidak terjadi. Kunci pencegahan dan mitigasi penularan COVID-19 sudah diketahui, yakni dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan vaksinasi. Di sisi lain, pola penanganannya juga sudah ditemukan. Dua dasar tersebut merupakan hal yang harus senantiasa dilaksanakan demi mencegah terjadinya ledakan kasus di akhir tahun, sebagaimana menurut prediksi para ahli. "Tapi saya yakin dengan kekuatan dan pola penanganan yang sudah ditemukan, maka kita boleh yakin Desember tidak akan terjadi gelombang ketiga," kata Ganip.

Indonesia melaporkan tambahan kasus Covid-19 sebanyak 1.167 pada Sabtu (9/10). Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan pada puncak gelombang kedua di 15 Agustus Juli yakni 56.757. Kasus kematian hari kemarin tercatat 52 jiwa, atau terendah sejak 2 Agustus tahun 2020 (42). Rasio positif yang tercatat pada Sabtu (9/10) juga yang terendah sejak pandemi Covid-19. "Perkuat protokol kesehatan, perkuat tracing, tracking dan treatment nya, kemudian perkuat vaksinasinya. Tiga itu rumusnya. Kalau itu kita sudah oke, saya yakin kita bisa mengendalikan COVID-19 ini," tambahnya.

Sebelumnya, ahli epidemiologi dari Universitas Hasanuddin, Ridwan Amiruddin mengatakan, Indonesia belum sepenuhnya aman. Salah satu indikatornya adalah mobilitas warga mulai kembali meningkat, terlebih sebentar lagi akan memasuki hari libur Natal dan Tahun Baru. Rasio positif Indonesia memang jauh di bawah standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 5%.
Namun, angka itu bisa saja naik apabila masyarakat abai terhadap protokol kesehatan 5M (memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas). Prediksi akan adanya gelombang ketiga juga didasari pada masih rendahnya testing dan tracing di Indonesia. Ia mengatakan, upaya pemerintah mengadakan PPKM sangat efektif untuk mengendalikan penularan Covid-19. Namun, juga perlu diperkuat dengan upaya 3T (tracing, testing, treatment).

Pemerintah saat ini baru mampu melakukan penelusuran kontak erat pasien positif Covid-19 pada rasio 1 berbanding 10. Padahal, standar WHO dalam pelaksanaan tracing adalah 1 banding 30. Guna menghindari adanya gelombang ketiga Covid-19, Ridwan menyarankan masyarakat agar sudah divaksin dosis satu dan dua. Kemudian, menjaga kesehatan baik di tempat kerja atau publik dengan menerapkan prokes ketat. Tak kalah penting, lanjut Ridwan, sebagai bagian dari upaya mencegah masuknya varian baru Covid-19, pemerintah juga perlu memperketat kedatangan penerbangan, khususnya dari luar negeri.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/