Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
Umum
19 jam yang lalu
Kuasa Hukum Tepis Isu Sarwendah Ajukan Gugatan Cerai kepada Ruben Onsu
2
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
Umum
19 jam yang lalu
Teuku Ryan Wajib Nafkahi Anak, Ria Ricis Resmi Jadi Janda
3
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
Umum
19 jam yang lalu
Icha Yang Pukau Pengunjung Whiterabit Monteyra
4
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
Olahraga
5 jam yang lalu
Satoru Mochizuki Tetapkan 13 Pemain Timnas Wanita Tampil di Piala Asia Wanita U 17
5
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
4 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
6
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
3 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Home  /  Berita  /  Politik

Capres dari Jakarta dan Jawa, Ditantang untuk Adu Gagasan dengan 'Jagoan Lokal'

Capres dari Jakarta dan Jawa, Ditantang untuk Adu Gagasan dengan Jagoan Lokal
Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah. (foto: Istimewa)
Senin, 15 November 2021 15:48 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Wakil Ketua Umum DPN Partai Gelora Indonesia, Fahri Hamzah menantang para elite politik dari Jakarta dan Jawa, yang digadang-gadang sebagai calon presiden (Capres), untuk adu gagasan dengan 'jagoan lokal' soal apa yang akan diperbuat untuk Indonesia.

"Saya bingung dengan cara orang-orang Jakarta ngatur capras-capres ini. Seolah Indonesia Raya ini hanya ada Jakarta dan Jawa. Kalau nyali kalian kuat, buka lapangan pertandingan di seluruh Indonesia sejak awal, untuk tarung terbuka adu gagasan dengan jagoan lokal. Jawab isu-isu mereka!" kata Fahri melalui keterangan tertulisnya, Senin (15/11/2021).

Fahri mengajukan tantangan ini karena mengaku bingung dengan cara para elite yang hanya mengatur capres yang akan diusungnya pada pemilu presiden (Pilpres) 2024, hanya dari Jakarta dan Jawa. Padahal Indonesia begitu luas.

Lebih lanjut, mantan Wakil Ketua DPR RI ini meyakini masyarakat pun ingin mendengar gagasan-gagasan para capres tersebut mengenai isu-isu strategis nasional, soal kebangsaan, dan posisi Indonesia di kancah internasional. "Mau ngapain kalian di Sabang-Merauke, Miangas-Pulau Rote? Berani nggak? Debat di IPB soal pertanian, di Uncen soal masa depan Papua, soal batubara dan masa depan bumi di kalimantan, soal budaya di UGM, soal Teknologi di ITB, soal ekonomi di Airlangga, soal INTIM di Unhas, dan lain-lain," sambung Fahri.

Capres-capres juga ditantang Fahri untuk keliling debat soal Pancasila di Lemhanas dan pesantren-pesantren, soal relasi agama dan negara di depan para pemuka agama-agama, dan soal agenda strategis pendidikan bangsa di depan para guru besar? Soal cara memberantas korupsi di depan fakultas hukum dan soal lainya.

"Kita ingin dengar sikap capras-capres soal konflik dan dagang antara negara2 besar khususnya Amerika dan China, lalu posisi kita di laut china selatan serta gagasan apa untuk kerjasama pasifik. Bagaimana masa depan ASEAN dan GNB serta serangakain inisiatif RI dari masa lalu?" katanya.

Fahri menganggap wajar keinginannya dan orang-orang yang setuju dengannya. Sebab sayang Indonesia yang luas dan besar hanya bisa memunculkan dua calon pemimpin, terlebih kalau orangnya sama.

"Maafkan jika saya membayangkan suatu yang ideal sebab negara ini layak mendapatkan yang paling ideal. Janganlah lagi pemilihan pemimpin kayak kemarin, beli kucing dalam karung dengan debat ala kelompencapir. Out of the blue alias ujug-ujug calon tinggal dua podo wae sami mawon," ucapnya.

Fahri yang juga mantan Wakil Ketua Komisi III DPR RI ini meyakini bahwa elite politik Indonesia tahu mereka tengah ditipu mekanisme Pilpres, atau sengaja menipu diri sendiri. Karena itu, dia menyayangkan kalau Pilpres langsung saat ini dilaksanakan sekadar basa-basi, padahal kalau mau Indonesia bisa menggunakan sistem tak langsung.

"Saran say, sebaiknya sistem pemilu legislatif (Pileg) diubah menjadi sistem pemilihan distrik, dan anggota MPR hasil pemilihan distrik itu yang memilih presiden. Daripada kita memilih sistem Pilpres langsung, tapi nggak ada capras-capres yang mau tarung terbuka, ya mendingan Pileg dibuat sistem distrik lalu MPR memilih presiden dari anggota MPR terpilih. Keduanya lebih jelas dan terus terang. Gak nipu diri dan adu domba rakyat," kata Fahri mengusulkan.

Karena, dia melihat, capres-capresan ini mereduksi kebesaran negara Indonesia, bahkan seperti penipuan para elite politik di Jakarta kepada seluruh rakyat Indonesia. Kenapa masalah capres ini selalu Jakarta sentris dan itu hal yang menyebalkan baginya.

"Lama-lama capras-capres ini mereduksi kebesaran republik ini. Semacam penipuan elite Jakarta terhadap rakyat di se-antero negeri. Kita harus koreksi sirkus Jakarta sentris ini. Indonesia luas, rakyatnya banyak dan beragam. Masak pemimpinnya cuman 2 alternatif. Menyebalkan!" ketus politisi asal Nusa Tenggara Barat (NTB) ini.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/