Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Indonesia Kalah, Gol Jasim Elaibi Paksa Indonesia Terbang ke Paris
2
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
Umum
12 jam yang lalu
Langkah-langkah Mudah Klaim Asuransi Mobil All Risk, Auto Diterima!
3
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
10 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
4
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
8 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
5
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
8 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
6
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
8 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Home  /  Berita  /  Opini

Gagal Dipukul, Anies Akhirnya Dirangkul

Gagal Dipukul, Anies Akhirnya Dirangkul
Ilustrasi Gubernur Anies Baswedan saat menjumpai masyarakat DKI. (Foto: Istimewa)
Senin, 13 Desember 2021 09:27 WIB

ADA dua kelompok yang konsisten menyerang Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Pertama, kelompok emosional. Mereka menuduh Anies menggunakan politik identitas. Isu ini terus mengemuka.

Lebih jauh lagi, mereka membuat stigma bahwa Anies didukung oleh kelompok Islam kanan. Pertanyaannya: apakah anda akan memilih dan memilah pendukung anda, kemudian menolaknya karena alasan identitas dan stigma tertentu? Adakah politisi di dunia yang menolak dukungan saat membutuhkan dukungan?

Setiap situasi politik akan melahirkan dinamikanya sendiri. Dan itu seringkali di luar kendali sadar para politisi. Hanya mereka yang mampu beradaptasi dengan situasi itulah yang akan menjadi pemenangnya.

Anies muncul saat gelombang protes kepada "kasus penistaan agama oleh Ahok" sedang berlangsung. Jika anda jadi Anies, apakah anda akan bilang: setop! Jangan protes! Konyol itu namanya.

Selain Anies, ada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang elektabilitasnya di awal jauh lebih besar dari Anies. Hanya karena Anies pemenangnya, lalu muncul stigma politik identitas. Ini salah kaprah bro!

Berpikir waras lah...

Kedua, kelompok rasional. Mereka adalah para pengusaha dan para politisi.

Boleh jadi pengembang pulau reklamasi kecewa, lalu khawatir jika Anies jadi presiden. Selain pulau reklamasi tidak bisa dilanjutkan, bisnis-bisnis haram lainnya akan terganjal.

Para pengusaha yang bisnisnya menabrak hukum, tentu akan ketakutan jika Anies jadi orang nomor satu di Indonesia. Mereka berupaya menghalangi Anies. Berbagai cara akan dilakukan. Termasuk sewa buzzer. Satu tugasnya: serang Anies.

Buzzer, atau yang populer dengan istilah BuzzeRp, adalah para profesional. Mereka bekerja bukan karena benci. Mereka kerja karena ada yang gaji. Gaji berhenti, mereka juga akan berhenti. "Bergantung tuan menyiapkan upeti".

Tapi, jika para pengusaha bermasalah ini gagal ganjal Anies, mereka akan beralih strategi: merapat dan merangkul. Mereka tak akan berseberangan dengan penguasa.

Selain pengusaha, ada politisi. Bagi para politisi, kawan dan lawan itu bergantung situasi. Jaraknya tipis sekali. Pagi kawan, sore bisa jadi lawan. Begitu juga sebaliknya.

Lihat partai-partai ketika berkoalisi. Akur, akrab, dan kompak. Nyanyiannya sama: satu platform. Demi keutuhan dan persatuan. Tapi, ketika mereka berada dalam kubu yang berlawanan, satu sama lain saling menyerang.

Itu semua drama para politisi. Kepentingan mereka cuma satu: mempengaruhi alam bawah sadar rakyat agar memilih calonnya.

Begitu juga terhadap Anies. Para politisi yang menyerang Anies itu tak ubahnya seperti drama. Saat ini, Anies dianggap mengancam kepentingan politiknya. Jika nanti partainya mengusung Anies, para politisi ini akan tegak lurus ikut garis komando partai.

Termasuk PSI, jika nanti merasa lebih menguntungkan jika dukung Anies di Pilpres 2024.

Begitulah politik, bukan sesuatu yang statis, tapi dinamis. Memukul atau merangkul, itu hanya soal situasi. Situasi mana yang lebih menguntungkan, itulah yang akan jadi pilihan mereka. Suatu sikap yang rasional!. (Tony Rosyid, Pengamat Politik dan Pemerhati Bangsa)

Editor:Muslikhin Effendy
Kategori:Peristiwa, Pemerintahan, Politik, Opini, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/