Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
Olahraga
22 jam yang lalu
Ginting Kalahkan Chou Tien Chen, Indonesia Unggul 1-0
2
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Melaju ke Final Piala Uber 2024, Komang Ayu Jadi Bintang
3
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
Umum
20 jam yang lalu
Meski Cerai, Ria Ricis dan Teuku Ryan Tetap Jaga Hubungan Baik
4
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
Olahraga
19 jam yang lalu
Indonesia Raih Tiket Final Piala Thomas 2024, Jojo: Fajar/Rian Penentu
5
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Olahraga
19 jam yang lalu
Lawan Chinese Taipei, Fajar/Rian Tambah Keunggulan Indonesia 2-0
Home  /  Berita  /  Olahraga

Raja Sapta Oktohari Merajut Merah Putih yang “Tergores"

Raja Sapta Oktohari Merajut Merah Putih yang “Tergores
Jum'at, 04 Februari 2022 23:44 WIB
Penulis: Azhari Nasution
MISI akselerasi yang diemban Gugus Tugas Percepatan Penyelesaian Sanksi WADA berhasil. Lembaga Anti-Doping Indonesia atau yang kini bertransformasi menjadi Indonesia Anti-doping Organization (IADO) sudah dihapus dari daftar non-compliant signatories.

Tanggal 3 Februari 2022 menjadi hari bersejarah bagi olahraga Indonesia. Kerinduan masyarakat Indonesia melihat Merah Putih berkibar di event olahraga internasional akhirnya terwujud setelah Badan Anti-Doping Dunia (WADA) akhirnya memberikan status compliance (patuh) kepada Lembaga Anti-Doping Indonesia (LADI)/Indonesia Anti Doping Organization (IADO).

Kabar gembira itu disampaikan Direktur Jenderal WADA Olivier Niggli melalui surat elektronik pada Rabu (02/02/2022) waktu Montreal atau Kamis (03/02) WIB yang menyatakan IADO dikeluarkan dari daftar non-compliant (tak patuh) terhadap WADA Code. Keputusan ini ditetapkan melalui pemungutan suara yang dilakukan Komite Eksekutif WADA.

“Alhamdulillah sanksi WADA terhadap Indonesia telah dicabut. 2 Februari waktu Montreal atau 3 Februari WIB, kami menerima kabar langsung dari Direktur Jenderal WADA Olivier Niggli bahwa IADO sudah mendapat status compliance terhadap WADA Code dan kini Merah Putih bisa berkibar lagi,” kata Okto di Jakarta, Jumat (04/02).

Komite Eksekutif WADA menetapkan IADO tak patuh terhadap WADA Code pada 14 September 2021. Status tersebut berlaku efektif mulai 7 Oktober 2021 setelah IADO tidak memberikan sanggahan atas putusan tersebut.

Akibatnya, Indonesia mendapat sanksi karena WADA membekukan sejumlah hak-hak Indonesia di bidang olahraga selama satu tahun, di antaranya tidak diperbolehkannya bendera negara berkibar ketika atlet Indonesia naik podium saat upacara penyerahan medali.

GoNews Bersama Menpora Amali
Bersama Menpora Amali

Kini, belenggu sanksi yang mendera Merah Putih berhasil dilepaskan. Itu berkat kerja cepat Gugus Tugas Percepatan Sanksi WADA yang dibentuk Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali. Usai mendapat instruksi dari Presiden Joko Widodo, Menpora langsung menugaskan Okto, panggilan akrab Raja Sapta, untuk membantu akselerasi dan investigasi sanksi WADA terhadap IADO. Okto pun berhasil merajut Merah Putih yang tergores dalam waktu kurang dari empat bulan.

Dua hari sejak ditunjuk, Okto langsung bergerak cepat. Ia dan sekjen Ferry Kono berangkat ke Yunani untuk menemui Presiden WADA Witold Banka, Niggli, dan Direktur Utama RADO Eropa Sebastien Gillot di ANOC General Assembly. Koordinasi intensif pun dilakukan Gugus Tugas dengan SEARADO sembari bersinergi dan mendesak IADO untuk menyelesaikan pending matters.

Dari pertemuan tersebut, Okto membuka jalur komunikasi yang selama ini terhambat dan mengakibatkan IADO tak maksimal menjalankan hal teknis dan administratif. “Kami menyadari tantangan yang kami hadapi tak mudah. Ancaman durasi sanksi satu tahun ini terlalu lama bagi Indonesia. Kita tak bisa menjadi tuan rumah event regional, kontinental, dan internasional. Apalagi tak bisa dikibarkan bendera Merah Putih dan kita semua terguncang ketika Merah putih tak bisa berkibar ketika Tim Thomas Indonesia mengakhiri penantian 19 tahun untuk merengkuh Piala Thomas,” kata Okto.

Menyadari hal tersebut, pria kelahiran Jakarta, 15 Oktober 1975 ini pun gencar berkomunikasi dua arah dengan WADA. Ia didampingi bendahara NOC Indonesia Tommy Hermawan Lo berangkat ke kantor WADA di Lausane, Swiss untuk menyampaikan progres IADO ke Niggli. Bak gayung bersambut, WADA mengapresiasi kinerja Indonesia dan berjanji akan berkoordinasi dengan SEARADO dan JADA untuk melakukan review sanksi WADA terhadap IADO.

“Kami sampaikan saat itu Indonesia tidak punya waktu satu tahun karena kami memiliki banyak agenda untuk menjadi tuan rumah multi event ANOC World Beach Games 2023, ASEAN Para Games 2021, termasuk single event IESF 14th Esports World Championships 2022 serta World Cup Sports Climbing di Bali tahun ini. Apapun akan saya korbankan dan siapapun akan urusan olahraga Indonesia dan Merah Putih di mata dunia.”

GoNews bersama Menpora Amali
bersama Menpora Amali

Okto juga berharap, pembaharuan nama LADI ke IADO dapat menjadi awal baru bagi badan anti-doping Indonesia untuk menjalankan tugasnya sebagai lembaga independent, profesional, dan modern.

“Ini menjadi awal baru. Kini sudah tidak ada lagi LADI, tetapi IADO. Semoga IADO dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga sanksi WADA seperti ini tidak terjadi lagi,” kata Okto.

Menpora Zainudin Amali pun bersyukur dengan kabar baik yang dilaporkan Gugus Tugas. Terlebih, sanksi yang seharusnya diterima satu tahun bisa diselesaikan dalam waktu kurang dari empat bulan. “Terima kasih atas kerja keras Gugus Tugas karena sanksi bisa diakselerasi dalam waktu 3,5 bulan. Instruksi Presiden kepada saya adalah perbaiki komunikasi, penuhi semua permintaan WADA, investigasi kenapa sanksi bisa terjadi dan umumkan ke publik. Jadi pekerjaan Pak Okto selaku Ketua Gugus Tugas belum selesai,” kata Menpora.

“Saya sendiri berharap kejadian seperti ini tidak terulang lagi. Ketua LADI harus bisa memastikan bahwa waktu tiga bulan yang diberikan WADA bisa dimanfaatkan sebaik mungkin. Jangan sampai kita mendapat status non-compliance lagi.”

Kini, kejadian di Ceres Arena Aartius, Denmark, Minggu (17/1/2022) menjadi sejarah kelam perjalanan Indonesia yang patut menjadi pelajaran. Kejadian menyakitkan saat bendera Merah Putih tidak boleh dikibarkan saat Tim Thomas Indonesia meraih gelar juara Piala Thomas 2020 usai mengalahkan China 3-0 tak boleh terulang ke depan.

GoNews Tim Thomas dan Uber Indonesia
Tim Thomas dan Uber Indonesia (instagram.com/badminton.ina)

Cukup hanya Jonathan Christie dan kawan-kawan yang mengakhiri puasa gelar selama 19 tahun lamanya yang tidak bisa merasakan sensasi magis tatkala menyanyikan "Indonesia Raya" diiringi pengibaran bendera Merah Putih dan bendera Merah Putih digantikan dengan bendera Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI).

Sepak terjang Okto sebagai tokoh olahraga nasional dalam membela Merah Putih juga dibuktikannya dengan mengeluarkan pernyataan ancaman resmi akan menggugat Federasi Badminton Dunia (BWF) ke Badan Arbitrasi Olahraga Internasional (CAS). Hal ini terkait dengan insiden All England 2021 berawal ketika seluruh pebulutangkis Indonesia dipaksa mundur dari turnamen karena satu pesawat dengan pasien terinfeksi Covid-19. 

Manufer yang berlandaskan pada Olympic Charter (Piagam Olimpiade) tentang misi dan peran NOC dalam poin 2.5 yang tertulis secara tegas bahwa NOC harus mengambil aksi melawan segala tindakan diskriminasi dan kekerasan di olahraga itu berbuah hasil. Presiden BWF, Poul-Erick Hoyer Larsendi yang sudah meminta maaf atas insiden itu menemui Okto di sela-sela penyelenggaraan BWF World Tour Finals 2021 yang menjadi akhir rangkaian Indonesia Badminton Festival 2021, Minggu (05/12/2021),

Dalam pertemuan itu, OKto menginformasikan bahwa Paul kembali menyampaikan permohonan maaf yang pertama kali dilakukan BWF. Dan, mantan pebulutangkis dunia asal Denmark berjanji lebih hati-hari juga menyampaikan akan selalu memprioritaskan Indonesia sekaligus bilang, badminton lebih besar dari kita berdua dan hati nya akan selalu untuk Indonesia.

Nama Okto muncul di dunia olahraga Indonesia tatkala menjadi promotor tinju profesional. Sebagai pemilik Mahkota Promotion, dia sukses mengorbitkan Daud "Cino" Jordan yang cukup banyak mengantongi gelar juara dunia kelas bulu versi Organisasi Tinju Internasional (IBO) hingga WBO Oriental.  

GoNews Bersama Daud Cino Jordan. (Ist
Bersama Daud 'Cino' Jordan. (Ist)

Bukan hanya itu saja. Pria yang selalu tampil trendy dan murah senyum ini menjadi penyelamat gelar juara dunia kelas bulu versi WBA, Christian Jhon tatkala tak ada promotor yang sanggup menggelar pertarungan choice yang sudah berakhir batasnya.

Berkat kecintaannya di dunia tinju profesional dan demi menyelamatkan aset tinju profesional Indonesia tersebut, Okto mempertemukan Chris Jhon dengan Daud "Cino" Jordan pada April 2011. Berkat aksinya itu, Okto dinobatkan WBA sebagai promotor termuda. 

Selain menjadi promotor tinju profesional, Okto yang gemar bersepeda juga menjabat sebagai Ketua Pengprov ISSI DKI Jakarta periode 2011-2015. Kemampuan Okto dalam mengelola organisasi membawanya menjabat sebagai Ketua Umum PB ISSI periode 2016-2020 mengantikan posisi Edmond JT Simorangkis dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). 

Pada 2016, dia diberikan kepercayaan menjabat sebagai Management Committee Konfederasi Balap Sepeda Asia (ACC). Ucapan Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia (DPP AMPI), Dito Ario Tedjo yang menyebutnya sebagai inspirasi pemuda Indonesia memang sangat tepat.

Apalagi, Presiden ACC Osama Ahmed Abdulla Alshafar yang terpilih dalam Kongres ACC di Bahrain awal Maret 2017 mengangkat Okto bersama dengan Khalid Al Khalifa (Bahrain), Cai Jiadong (Tiongkok), dan Hayashi Tatsuo (Jepang) sebagai Wakil Presiden ACC. Ini merupakan jabatan wakil Presiden ACC pertama kali diberikan kepada orang Indonesia. 

GoNews

Bukan hanya mendapat kepercayaan di dunia internasional, Okto juga ditunjuk sebagai Chief de Mission (CdM) Kontingen Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016.
Berbeda dengan CdM sebelumnya, Okto yang sangat peduli dengan prestasi atlet memberikan bonus masing-masing Rp100 juta. Bonus itu sebagai bentuk penghargaan terhadap atlet-atlet yang sukses menembus kualifikasi Olimpiade 2016 Rio de Janeiro. Dan, tradisi itu berlanjut pada Olimpiade 2020 Tokyo. 

Kemudian, Okto ditunjuk sebagai Ketua Indonesia Asian Para Games Olympic Committe (INAPGOC) 2018. Pria berdarah Minang-Bugis ini sukses menjalankan instruksi Presiden Jokowi dengan meraih trio sukses pada Asian Para Games 2018. Pertama, sukses pelaksanaan yang mendapat pengakuan dari seluruh peserta Asian Para Games 2018. Kedua, sukses prestasi dimana Kontingen Asian Para Games Indonesia mampu menempati peringkat 5 dengan mengoleksi 37 emas, 47 perak, dan 51 perunggu. Ketiga, sukses administrasi dalam mengelola anggaran negara yang dialokasikan untuk pelaksanaan.

Saat itu, Okto bukan hanya mengembalikan kelebihan anggaran negara tetapi juga memasukkan dana hasil sponsor ke Lembaga Pengelolaan Dana dan Usaha Keolahragaan (LPDUK).      

Di tahun 2018 , Okto bukan hanya sukses menggelar Asian Para Games tetapi juga mampu mendorong pemerintah membangun Jakarta International Velodrome dalam ruangan (indoor) yang berstandar internasional dan mendapatkan sertifikat kelas-A dari Union Cycliste Internationale (UCI). 

Tepat tanggal 9 Oktober 2019, Raja Sapta Oktohari terpilih menjadi Ketua Komite Olimpiade Indonesia (KOI/NOC Indonesia) periode 2019–2023. Dia terpilih secara aklamasi menggantikan Erick Thohir dalam Kongres KOI yang digelar di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta. 

Mencapai posisi puncak di organisasi olahraga memang melambungkan namanya. Namun, dia mendapat  tugas lebih berat terkait kebijakan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang lebih mengutamakan prestasi di Olimpiade sedangkan SEA Games dan Asian Games hanya menjadi sasaran antara. Hal itu tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 86/2021 tentang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang ditandatangani Presiden Jokowi pada puncak Hari Olahraga Nasional pada tanggal 9 September 2021.  

Penerima Golden Award SIWO PWI Pusat sebagai Inovator Go Internasional 2019 ini cepat mengaplikasikan keinginan pemerintah. Di sela-sela pelaksanaan Olimpiade 2020 Tokyo, Okto terus membangun kerjasama dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC), Dewan Olimpiade Asia (OCA), federasi olahraga internasional dan National Olympic Committee (NOC) negara-negara peserta Olimpiade 2020 Tokyo. Tujuannya untuk bisa membangun kerjasama dalam peningkatan prestasi atlet Indonsia sehingga bisa lebih banyak tampil di Olimpiade mendatang. 

Diplomasi olahraga yang dilakukan Okto membuahkan hasil. Presiden Federasi Sport Climbing Internasional (IFSC) Marco Scolaris memberikan kepercayaan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia IFSC yang rencananya akan digelar di Bali pada 22-24 September 2022. Event ini sangat penting bagi atlet panjat tebing Indonesia karena menjadi babak kualifikasi menuju Olimpiade 2024 Paris.

Kepercayaan juga diberikan Presiden  Federasi Esports Internasional (IESF) Vlad Marinescu yang menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah IESF 14th Esports World Championships 2022 yang akan digelar di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 20-27 November 2022 pada acara IESF Ordinary General Meeting di Eliat, Jumat (19/11/2021).

Dalam pertemuan ini, IESF juga sepakat akan menjadikan Pengurus Besar E-sports Indonesia (PB ESI) di bawah kepemimpinan Kepala Badan Intelejen Negara (BIN) Budi Gunawan sebagai anggota menggantikan posisi Indonesia E-Sports Association (IESPA). 

Pada pertemuan 40th OCA General Assembly 2021 di Dubai, NOC Indonesia juga sukses menjalin kerjasama dengan Presiden NOC Belarusia Viktor Lukashenko. Kedua negara sepakat menandatangani nota kesepahaman (MoU) meliputi pertukaran kerja sama di bidang senam, bulu tangkis, panjat tebing, dan beberapa cabang olahraga beladiri. 

Apa yang dilakukan Okto ini sudah tercatat sebagai Ketua NOC Indonesia pertama yang melakukan terobosan dengan mengembalikan fungsi NOC sesuai Oliympic Charter yang berperan membangun prestasi olahraga.  Boleh dibilang Okto seagai pelopor perubahan olahraga Indonesia.

BIO DATA : 

Nama : Raja Sapta Oktohari 

Lahir : Jakarta, 15 Oktober 1975

Nama Orangtua : Oesman Sapta Odang dan Serviati Oesman

Pekerjaan : 
- Pengusaha

- Promotor tinju

- Pemilik Mahkota Promotion 

Jabatan : 

- Ketua NOC Indonesia periode 2019-2023

- Wakil Presiden ACC 2017 hingga sekarang

- Anggota Manajemen Committee ACC 2016 

- Ketua INAPGOC 2018 

- Ketua PB ISSI periode 2016-2020

- Chief de Mission Olimpiade 2016 Rio de Janeiro 

- Ketua Pengprov ISSI DKI Jakarta periode 2011-2015 

- Seorang Founder Bike to Work

- Wakil Ketua Komite Tetap KADIN Indonesia

- Ketua Umum HIPMI periode 2011-2014

Penghargaan: 

- Inovator Go Internasional Golden Award SIWO Pusat 2019

- Promotor Terbaik Asia versi WBC Asian Boxing Caouncil 2019.

- CdM Terbaik Golden Award SIWO Pusat 2017 

- Promotor Muda Terbaik WBA 2012

- WBC Asia Honorary Promoter of The Year 2018

- WBA Asia Promoter of The Year 2016

- Promoter Muda Terbaik WBA 2012

- 50 orang berpengaruh versi Majalah Globe. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/