Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
Olahraga
21 jam yang lalu
Kalahkan Li Shi Feng, Joko Jaga Peluang Indonesia Rebut Piala Thomas 2024
2
Indonesia Tertinggal 0-2 Atas China, Fajar/Rian: Liang/Wang Lebih Berani dan CerdikĀ 
Olahraga
21 jam yang lalu
Indonesia Tertinggal 0-2 Atas China, Fajar/Rian: Liang/Wang Lebih Berani dan CerdikĀ 
3
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
Olahraga
19 jam yang lalu
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
4
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
2 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
5
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
1 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
6
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
1 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Home  /  Berita  /  Peristiwa

Untuk Perdamaian Papua, Pendeta Alexsander Usulkan Pendekatan Agama dan Adat

Untuk Perdamaian Papua, Pendeta Alexsander Usulkan Pendekatan Agama dan Adat
Ilustrasi Adat Papua. (Foto: Istimewa)
Minggu, 01 Mei 2022 17:32 WIB
Penulis: Muslikhin Effendy

JAKARTA - Pendekatan melalui agama dan adat merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan Papua. Unsur adat dan gereja bisa dilibatkan karena memiliki sinergitas dalam kehidupan masyarakat Papua.

"Di Papua ada istilah tiga tungku, yaitu adat, gereja, dan pemerintah, di mana ketiganya ada sinergitas bagi masyarakat Papua,” ujar Koordinator Gereja Pantekosta di Indonesia (GPdI) Pegunungan Tengah Papua, Pendeta Alexsander Mauri, Sabtu (30/4).

Menurutnya, gereja dan adat bisa lebih difasilitasi dan diberikan kewenangan dan kapasitas untuk bergerak serta membantu pemerintah menghadapi setiap permasalahan yang terjadi. Jika tokoh agama diberikan dukungan dan mandat, dijamin masalah akan selesai. Pemerintah perlu melihat peluang memberikan kepercayaan kepada tokoh agama untuk tampil membantu menyelesaikan permasalahan Papua.

"Manusia memiliki nurani yang bisa di isi oleh ajaran kebaikan agama, sehingga pendekatan religi dan kultur diperlukan, tokoh agama perlu didukung untuk membantu selesaikan permasalahan Papua,” beber Pendeta Alexsander.

Dirinya menceritakan, konflik di Lani Jaya pada 2010-2012 yang banyak memakan korban polisi di Polsek, hal ini kemudian bisa diredam saat gereja masuk dan melakukan doa bersama dengan pihak TPN OPM.

“Saat itu dijelaskan ke TPN OPM Lani Jaya, bahwa yang dilakukan salah dan bertentangan dengan nilai-nilai prinsip ajaran kitab suci, TPN OPM di Lani Jaya mau mengerti dan menerima, dan hingga kini tidak ada lagi kasus penembakan di Lani Jaya,” ungkapnya.

Diingatkan Pendeta Alexsander, Otonomi Khusus alias Otsus disusun karena adanya tuntutan untuk mensejahterakan Papua, sebagaimana juga keinginan dari TPN OPM. Dia pun menyarankan, sebaiknya kelompok ini juga ikut disentuh sebagaimana kelompok lainnya, tambahnya.

“DOB juga sesungguhnya baik dan bisa membawa kebaikan untuk OAP, walaupun terjadi pro dan kontra terkait DOB, tetap harus dihargai dan dihormati,” tutur Pendeta Alexsander.

Rekonsiliasi, dinilainya sebagai salah satu cara menyelesaikan permasalahan Papua. "Rekonsiliasi adalah kunci penyelesaian permasalahan Papua, untuk menyelesaikan luka dan dendam masa lalu karena diterapkannya sistem militer yang menjadi masalah berkepanjangan hingga saat ini di Papua. Rekonsiliasi adalah ajaran agama, bagian ajaran dari Al Kitab, yaitu kasih," terangnya.

Selain itu, dia juga berpendapat, anak-anak muda Papua bisa diberikan kesempatan untuk mengekspresikan diri melalui budaya, lagu, tari, dan alat musik tifa.***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/