Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
Umum
19 jam yang lalu
Srikandi PLN Mengajar, Mahasiswa LP3I Jakarta Gali Lebih Dalam Peran Humas di Era Digital
2
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
Olahraga
18 jam yang lalu
Tampil di Kandang, Borneo FC Lebih Percaya Diri Hadapi Madura United FC
3
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
DPD RI
17 jam yang lalu
Senator Dailami Ingin Pemprov DKI Segera Bangun RSUD Tipe B di Kepulauan Seribu
4
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
Pemerintahan
17 jam yang lalu
Srikandi PLN dan Bhayangkari, Berbagi Cahaya Pengetahuan Listrik untuk Masyarakat
5
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Hadapi Borneo FC di Leg Kedua Semifinal, Rakhmat Basuki: Ada Energi Positif
6
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Olahraga
18 jam yang lalu
Cadenazzi Optimistis Borneo FC Catat Hasil Positif
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Ini 6 Faktor Penentu Keberlanjutan Industri Perbankan Indonesia Menurut Dirut BRI

Ini 6 Faktor Penentu Keberlanjutan Industri Perbankan Indonesia Menurut Dirut BRI
Direktur Utama BRI, Sunarso.
Minggu, 29 Januari 2023 12:53 WIB
JAKARTA – Pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan DPR RI Komisi XI Jakarta, Selasa (24/1), Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) Sunarso menyebut bahwa terdapat beberapa hal yang akan mempengaruhi industri perbankan nasional kedepan. Mulai dari bonus demografi, praktik ESG hingga keberadaan financial technology (fintech).

Sunarso menjelaskan, yang pertama adalah bonus demografi penduduk, “Jadi tren jumlah penduduk usia produktif akan meningkat mencapai 64% pada tahun 2030 nanti, ini sudah barang tentu adalah hal yang positif,” imbuhnya.

Kemudian yang kedua adalah perubahan perilaku nasabah jadi transaksi digital payment meningkat lebih dari 30% sedangkan transaksi cash itu sekarang sudah turun tinggal 10% saja dan yang ketiga adalah implementasi praktik keuangan berkelanjutan Environmental, Social & Governance (ESG).

“Concern investor terhadap aspek ESG berpengaruh terhadap perubahan tata kelola dan bisnis perbankan,” tambah Sunarso.

Selanjutnya yang keempat low interest rate environment, tren penurunan credit yield berdampak pada Net Interest Margin yang semakin tertekan.

“Kalau kita lihat di 2020 itu NIM bisa lebih 10% tapi 2022 ini hanya sekitar 6% sehingga saya pikir bank tetap didorong untuk memperluas fungsi intermediasinya karena dalam presentasi itu NIM-nya itu makin kecil. Kalau mau laba besar berarti ya harus nyari nasabah sebanyak-banyaknya kira-kira begitu gambarannya,” urai Sunarso.

Kemudian kelima utilisasi data dan teknologi itu semakin dominan jadi penggunaan data analitik untuk mempercepat proses bisnis kredit underwriting dan marketing. Dan yang terakhir, yang keenam adalah kompetisi dengan fintech.

“Jadi persaingan yang semakin ketat seiring dengan hadirnya pemain-pemain non-bank seperti Fintech dengan berbagai dinamikanya,” pungkasnya. ***

Editor:Muslikhin Effendi
Kategori:Ekonomi, DKI Jakarta
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/