Kurang dari 3 Jam, 2 Ton Beras Medium Ludes Terjual, Potret Kemiskinan di Pekalongan?
Penulis: Muslikhin Effendy
PEKALONGAN - Pemerintah Kota (Pemkot) Pekalongan, Jawa Tengah (Jateng), mengeklaim tingkat kemiskinan di wilayahnya mengalami penurunan sepanjang tahun 2022. Angka kemiskinan pada tahun 2021 yang mencapai 7,59 persen, diklaim turun menjadi 7% pada tahun 2022.
Kepala Dinas Sosial dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P2KB) Kota Pekalongan, Yos Rosyid, membenarkan jika angka kemiskinan di wilayahnya mengalami penurunan. Pada tahun 2020, angka kemiskinan di Kota Pekalngan mencapai 7,17 persen, namun mengalami kenaikan di 2021 menjaadi 7,59 persen akibat pandemi. Pada tahun 2022, angka kemiskinan kembali turun menjadi 7 persen.
Kendati mengalami penurunan, Rosyid tidak menampik jika berdasarkan data Pensasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE) masih terdapat sekitar 25.000 penduduk miskin ekstrem di Kota Pekalongan. Oleh karenanya, Pemkot Pekalongan pun terus berupaya menurunkan angka tersebut dengan berbagai macam strategi.
"Di antaranya peringanan beban kepada warga miskin dengan bantuan sosial. Kemudian, bagaimana menciptakan lapangan kerja atau pun peningkatan skill kepada warga serta pemberdayaan supaya warga bisa berpenghasilan. Ini menjadi salah satu strategi yang harus dikerjakan semua pihak,” ujarnya.
Meski diklaim mengalami penurunan, namun masyarakat di Kota Pekalongan masih mengalami kesusahan. Terbukti, setiap pemerintah Kota Pekalongan menggelar operasi pasar, masyarakat selalu berjubel dan berebut mendapatkan sembako murah.
Seperti yang terjadi di kecamatan Pekalongan Utara, hampir 400 warga berebut sembako khususnya beras di lokasi operasi pasar murah yang digelar oleh Pemerintah Kota Pekalongan, Kamis (16/2/2023). Bahkan dalam waktu singkat kurang dari 3 jam, sebanyak 400 pack beras 5 kilogram habis terjual.
Meskipun antrian panjang terlihat sejak pagi namun pendistribusian kepada warga dapat berjalan dengan tertib dan lancar. Salah satu pembeli warga kelurahan Padukuhan Kraton, Rohadi merasa senang dengan adanya kegiatan pasar murah beras ini, terlebih saat ini harga beras di pasar tradisional maupun toko detail masih tinggi antara 12.000 hingga 13.000 rupiah per kilonya, "Benar sekarang harga beras masih cukup mahal, beras ini kan bahan pangan yang pokok ya, jadi saya sangat senang," tuturnya.
Warga lainnya yang juga memanfaatkan kegiatan ini yaitu Khusnul Khotimah, warga kelurahan Panjang Baru menyebutkan harga beras di wilayahnya mencapai harga 13.500 rupiah per kilogram, sehingga pasar murah ini dikatakan Khusnul sangat membantu khususnya bagi kebutuhan rumah tangga.
"Alhamdulillah sangat membantu banget, mudah-mudahan nanti ada pasar murah yang lebih komplit lagi, seperti minyak, telur tapi lebih berharap lagi harga-harga kebutuhan pokok bisa stabil lagi," katanya.***
Kategori | : | Peristiwa, Ekonomi, Pemerintahan, Jawa Tengah |