Banyak Warga Tertipu 'Durian Celeng' Kandeman, Kadis Paperta Batang: Tanya Edo!
Penulis: Muslikhin Effendy
BATANG - Saat ini tengah marak istilah 'Durian Celeng' di wilayah Kecamatan Kandeman, Kabupaten Batang dan banyak dikeluhan warga, yang merasa ditipu dan dirugikan.
Pasalnya, maraknya Durian Celeng tersebut juga dianggap mencoreng nama baik Kabupaten Batang sendiri. Hal tersebut diungkapkan Kasatpol PP Kabupaten Batang, M Fatoni saat ditemui di sela-sela acara Festival Buah Nusantara di Pendopo Batang, Kabupaten Batang, Rabu (22/2/2023).
"Tentunya ini akan membuat citra jelek bagi Kabupaten Batang. Saya juga agak drop ya mendengar isu ini. Inikan juga bisa merugikan buat pedagang lain, pedagang yang bener-bener cari makan dengan jujur," ujarnya.
Satpol PP kata Fatoni, siap membantu pihak-pihak terkait, dalam hal ini Dinas Paperta Batang dan Dinas Pergubungan dan Dinas Perindakop untuk menertibkan para oknum pedagang 'Durian Celeng' tersebut. "Karena selain mencoreng nama baik daerah, praktik tersebut sangat merugikan warga, bahkan teman saya sendiri pernah cerita dan sangat kecewa, karena memang durian yang dijual itu tidak layak dikonsumsi," tukasnya.
Jika para pedagang tersebut akan dibina dan diberikan edukasi, pihaknya sebagai satuan pengamamanan siap jika dibutuhkan. "Artinya ini ada kewenangan dari beberapa unsur kedinasan, yang harus bersatu dan sepakat untuk memberikan edukasi, supaya hal demikian tidak terjadi lagi," urainya.
Saat akan dikonfirmasi terkait maraknya Durian Celeng tersebut, Kepala Dispaperta Batang Susilo Heru Yuwono seperti enggan memberikan tanggapan. "Soal berita tanya Edo," jawabnya saat ditemui usai pembukaan Festival Buah Nusantara di Pendopo Batang.
Belum tahu apa maksud dari Susilo yang meminta GoNews.co menanyakan hal tersebut ke Edo. Bahkan ketika diminta kontak ponselnya, lagi-lagi Susilo Heru Yuwono menyebut nama Edo. "Tanya Edo!," jawabnya.
Lalu apa sih sebenarnya 'Durian Celeng'?
Istilah 'Durian Celeng', muncul saat para sopir dan masyarakat membeli durian di kawasan Exit Tol Kandeman Batang. Durian yang dijual para pedagang, biasanya sudah diikat dengan jumlah tertentu yang dibanderol dengan harga Rp50 ribu-Rp100 ribu. Namun sayangnya, durian-durian tersebut kebanyakan tidak bisa dikonsumsi, mulai dari buah yang busuk, tidak manis, hingga buah yang tidak berisi.
Celeng sendiri dalam bahasa Jawa artinya adalah babi hutan atau babi liar. Kata Celeng adalah bentuk umpatan warga yang merasakan kekecewaan luarbiasa. "Celeng itukan babi ya mas, jadi kalau kita emosi yang berlebihan, biasanya akan mengumpat dengan istilah celeng," ujar salahsatu sesepuh di Batang.
"Jadi ketika ada orang bilang 'Durian Celeng', artinya dia kecewa membeli buah durian itu," jelasnya lagi.
Dari pantauan GoNews.co, ada banyak para pedagang yang terdiri dari laki-laki dan perempuan setengah baya berdiri di traffic lights yang ada di tengah pertigaan Jalan Pantura, dan interchange Kandeman Jalan Tol Trans Jawa.
Terkadang mereka saling berebut untuk menjajakan durian yang dibawa saat ada mobil atau pengendara roda dua berhenti. Satu pedagang, biasanya akan membawa 1 hingga dua tenteng paket durian berbagai ukuran. "Malu kita mas, semoga pemerintah sigap dan jangan sepele dengan masalah ini, karena nama baik daerah benar-benar tercoreng lho," pungkas sesepuh tersebut.***
Kategori | : | Peristiwa, Ekonomi, Pemerintahan, Jawa Tengah |