Gagasan Hendropriyono Tuai Pujian
JAKARTA - Seorang pegiat aksara Jawa, Setya Amrih Prasaja, dalam suatu keterangan tertulis yang dibaca, Jumat (24/3/2023), menyatakan sambutan positif atas gagasan Hendropriyono terkait penyingnya Indonesia memiliki aksara sendiri atau aksara Nusantara.
"Hal ini tentu sangat baik, sehingga bisa menjadi momentum anak cucu kita mengenal bahwa nenek moyang bangsa ini bukanlah orang-orang yang buta aksara. Harapannya siapa pun nanti yang diberi amanat untuk mengerjakan isu aksara ini bisa benar-benar bisa membuat kajian yang mendalam sehingga bangsa ini memiliki aksara Nusantara, aksara yang hadir sebagai aksara penyatu, bukan aksara yang hanya terkesan dibuat tambal sulam," ujar Kepala Seksi Bahasa dan Sastra Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta itu sebagaimana dikutip GoNEWS.co dari Tempo.
Senada, Ketua YBND (Yayasan Budaya Nusantara Digital) Amelya menyatakan sangat bahagia mendengar aksara Nusantara mendapat perhatian. "Semoga ini bisa menjadi jalan agar bisa mengenalkan aksara Nusantara ke masyarakat luas melalui digitalisasi. Semoga ini bukan hanya sekedar retorika saja, melainkan ada tindak lanjut ke depannya dari stakeholder terkait," imbuhnya.
Kepala Pusat Dokumentasi dan Pengkajian Kebudayaan Batak Universitas HKBP Nommensen Medan, Manguji Nababan, menyambut postif dan mendukung pernyataan Hendropriono tentang pentingnya Indonesia memiliki aksara Nusantara. "Bentuk fon aksaranya bisa diformulasi dari aksara-aksara etnik yang sudah ada. Dengan memiliki aksara tersendiri, bangsa Indonesia akan semakin bermartabat di hadapan bangsa lain," kata pegiat aksara Batak tersebut.
Perwakilan dari pegiat aksara Sunda, Salsa Valentina, mengatakan, pernyataan Hendropriyono itu sangat beralasan. Menilik sejarah aksara di Nusantara sudah ada sejak abad 4 seiring dengan ditemukannya prasasti dan naskah kuno peninggalan kejayaan kerajaan di masa lalu.
"Bukan tidak mungkin jika masyarakat pengguna aksara Nusantara yang sudah terstandar unicode bisa dijadikan aksara Nusantara, salah satunya bisa dipilih menjadi aksara persatuan. Saya akan mendukung sepenuhnya jika ada aksara persatuan Indonesia, wah keren sekali tentunya," tandasnya
Sebelumnya, Guru Besar Sekolah Tinggi Intelijen Negara Jend. TNI (Purn.) Prof. Dr. A. M. Hendropriyono dalam sebuah diskusi di BPIP (Badan Pembinaan Ideologi Pancasila) terkait Penyusunan Dokumen Ekonomi Pancasila, baru-baru ini, menyatakan pendapat bahwa Indonesia perlu memiliki aksara Nusantara agar lebih bisa memahami dan mendalami karakter bangsa.
"Kalau kita punya aksara tersendiri, baru kita bisa berdiri sama tinggi dan sama rendah dengan bangsa lain. Tidak hanya itu, Indonesia pun bisa maju dan menggali kemandirian serta kesejatiannya," ujar Hendropriyono.***
Editor | : | Muhammad Dzulfiqar |
Kategori | : | Nasional, DKI Jakarta |