Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
Olahraga
23 jam yang lalu
Indonesia Runner Up Piala Thomas, Bakri Kesulitan Keluar dari Tekanan
2
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
Pemerintahan
6 jam yang lalu
Ketua FKDM DKI Sebut Kinerja Pj Gubernur Sudah Bagus
3
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
DKI Jakarta
6 jam yang lalu
Ketua Umum Forkabi Nilai Heru Budi Layak Pimpin Jakarta
4
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
Pemerintahan
6 jam yang lalu
Pemprov DKI Raih Provinsi Terbaik Tiga Penghargaan Pembangunan Daerah
5
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
Olahraga
3 jam yang lalu
Timnas U 17 Wanita Tatap Laga Perdana Melawan Filipina di Piala Asia U 17 AFC 2024
6
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Umum
13 jam yang lalu
Gelar Acara Halal Bihalal, Ketua Umum KK Inhil Ajak Semua Pihak untuk Bersatu
Home  /  Berita  /  Ekonomi

Harga Minyak Melorot Karena Lonjakan Rig Pengeboran Kanada, Arab Saudi Berjanji Pemangkasan Produksi

Harga Minyak Melorot Karena Lonjakan Rig Pengeboran Kanada, Arab Saudi Berjanji Pemangkasan Produksi
Minggu, 11 Juni 2023 19:37 WIB
NEWYORK – Harga minyak mentah mengalami penurunan drastis di tengah-tengah peningkatan signifikan dalam jumlah rig pengeboran aktif di Kanada. Pasar khawatir ini akan berdampak pada keseimbangan pasokan dan permintaan minyak dunia.

Dilansir dari data perusahaan jasa minyak Baker Hughes, Jumat (9/6/2023) atau (Sabtu 10/6/2023 pagi WIB), Kanada telah menambah 34 rig pengeboran minyak aktif dalam seminggu terakhir, sehingga total menjadi 85 rig.

"Penambahan rig pengeboran di Kanada merupakan indikator kuat peningkatan produksi minyak di masa mendatang," ungkap sumber industri.

Berbanding terbalik dengan Kanada, Amerika Serikat hanya menambahkan satu rig pengeboran minyak aktif pekan ini, total menjadi 556 rig.

Sementara itu, perusahaan minyak di Alberta, Kanada, sedang berusaha keras untuk memulihkan operasi setelah penutupan sekitar 300.000 barel per hari kapasitas produksi pada awal Mei akibat kebakaran hutan.

Dengan penurunan ini, Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli merosot 1,12 dolar AS atau 1,57 persen, menjadi menetap di 70,17 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange. Sementara itu, Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus turun 1,17 dolar AS atau 1,54 persen, menjadi ditutup di 74,79 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Analis pemasok informasi pasar FX Empire, Vladimir Zernov, mengemukakan bahwa Minyak WTI bergerak lebih rendah karena pasar tetap khawatir tentang kekuatan permintaan minyak di musim panas. "Pengumuman baru-baru ini dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan mitranya (OPEC+) tidak memberikan dukungan material ke pasar," tambahnya.

Selaras dengan perkembangan tersebut, OPEC dan mitranya telah mengumumkan pada 4 Juni lalu bahwa mereka akan memperdalam pengurangan produksi hingga akhir tahun 2024 dengan pemangkasan sebanyak 1,393 juta barel produksi minyak mentah setiap hari. Sembilan anggota OPEC+, dipimpin oleh Rusia dan Arab Saudi, juga berjanji untuk memperpanjang pemangkasan produksi sukarela yang ada hingga tahun 2024.

Arab Saudi, sebagai pemimpin OPEC, juga mengumumkan rencana lain untuk memangkas pasokan minyak sebesar 1 juta barel per hari pada Juli secara sukarela. Rencana ini diumumkan sebagai respons terhadap kekhawatiran berlebihan penurunan harga minyak mentah global. ***

Editor:Hermanto Ansam
Sumber:republika.co.id
Kategori:Ekonomi, Internasional
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/