Pj Gubernur DKI Canangkan Kampung Siaga TBC
Penulis: Azhari Nasution
Acara ini diselenggarakan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemandirian masyarakat dalam mencegah Tuberkulosis, sekaligus memperingati Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS).
Dalam kesempatan tersebut, Heru meminta sinergi dari seluruh jajaran untuk mewujudkan Kampung Siaga TBC dan merealisasikan Jakarta bebas TBC pada 2030.
"Saya meminta para bupati, wali kota, camat, dan lurah untuk mengikuti acara ini. TBC ini adalah penyakit yang saya sebut seperti kapal selam. Dia diam, tidak ada suara, terus maju menularkan masyarakat Jakarta. Jadi saya minta camat dan lurah, dan tentunya wali kota, bupati untuk konsisten bisa menurunkan TBC," ujarnya.
Ia menambahkan, upaya untuk menekan kasus TBC merupakan prioritas Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
Menurutnya, dalam Undang Undang Daerah Khusus Jakarta (DKJ) diatur sebanyak lima persen anggaran harus dialokasikan ke kelurahan.
"Ini bisa untuk program menuntaskan TBC. Kemudian, mulai hari ini kepala puskesmas jika ada warga non-Jakarta yang berobat di sini, kita obati dengan baik, dan wajib bersurat ke kepala daerah yang bersangkutan. Hal ini agar bisa dilakukan pendataan warga masing-masing sebagai upaya menekan penyebaran TBC," terangnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati menjelaskan, Hari Tuberkulosis Sedunia tahun ini mengusung tema "Gerakan Indonesia Akhiri Tuberkulosis". Melalui tema ini diharapkan akan tercipta kesadaran lebih besar tentang masalah TBC di Indonesia.
Kampung Siaga TBC akan dibuka di 267 RW yang akan dibangun mulai hari ini hingga September 2024. Upaya ini akan dilanjutkan dengan Inovasi Percepatan Penanggulangan TBC dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dasar terkait TBC, pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM), dan promosi kesehatan yang masif di setiap Kampung Siaga TBC yang telah terbentuk.
"Pada Oktober 2024 nanti akan dilaksanakan pemberian apresiasi kepada 5 (lima) Kampung Bebas TBC terbaik berdasarkan kriteria yang telah ditentukan, meliputi aspek yang akan dinilai yaitu ketersediaan kebijakan, sarana prasarana, upaya penemuan dan pendampingan kasus, aspek promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, inovasi yang dilakukan, dan capaian indikator program pengendalian TBC," bebernya.
Ani memaparkan, pada tahun 2023 di Jakarta ditemukan 60.420 kasus TBC baru, 16 persen di antaranya atau sebanyak 9.684 merupakan pasien anak. Dari seluruh penderita TBC baru tiap tahunnya, ternyata 14 persen di antaranya belum menjalani pengobatan dengan alasan tidak percaya bahwa dirinya menderita TBC atau takut diberhentikan dari pekerjaan atau dikucilkan masyarakat, padahal pengobatan TBC telah diberikan secara gratis. Hal ini ditambah lagi dengan masih adanya pasien yang putus berobat sebanyak 14 persen.
"Kondisi ini menyebabkan insidensi TBC di DKI Jakarta masih tinggi, yaitu sebesar 535 per 100.000 penduduk, sementara target eliminasi TBC yang telah ditetapkan secara nasional adalah 65 per 100.000 penduduk. Artinya, kita harus menurunkan insidensi TBC dari 60.420 kasus pada tahun 2023, menjadi sekitar 6.901 kasus pada tahun 2030 atau 1/8 dari kondisi saat ini," pungkasnya. (Riyan). ***
Kategori | : | Umum, Pemerintahan, DKI Jakarta |