Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
Olahraga
22 jam yang lalu
Shin Tae-yong: Masih Ada Kesempatan Indonesia Lolos ke Paris
2
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
Olahraga
21 jam yang lalu
Promosi dan Degradasi di Timnas U-16 Selama TC di Yogyakarta
3
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
Pemerintahan
21 jam yang lalu
PT Pembangunan Jaya Ancol Bukukan Pendapatan Rp 255,6 Miliar
4
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
Pemerintahan
21 jam yang lalu
Sekda DKI Kukuhkan 171 Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
5
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
Olahraga
22 jam yang lalu
Ketum PSSI Bangga dengan Perjuangan Garuda Muda
6
Lima Komisi DPRD DKI Sampaikan Rekomendasi Atas LKPJ APBD 2023
Pemerintahan
18 jam yang lalu
Lima Komisi DPRD DKI Sampaikan Rekomendasi Atas LKPJ APBD 2023

Harga Sawit dan Karet Diprediksi Sulit Naik, Ini Penyebabnya

Harga Sawit dan Karet Diprediksi Sulit Naik, Ini Penyebabnya
Tandan buah sawit. (int)
Jum'at, 01 Januari 2016 18:53 WIB
JAKARTA - Ketua Serikat Petani Indonesia Henry Saragih memprediksi beberapa komoditas pertanian masih mengalami penurunan harga di pasar internasional tahun ini. Terutama untuk harga karet yang diprediksi masih sulit untuk merangkak naik.

Menurut Henry, Indonesia masih mengandalkan beberapa komoditas pertanian untuk kepentingan ekspor, seperti kopi, sawit, dan karet. Namun di akhir 2015 harga beberapa komoditas, seperti karet dan sawit, terus merosot.

Menurut Henry, harga karet akan terus merosot di 2016 ini. Pasalnya, dari sisi luasan, perkebunan karet di Indonesia masih kalah saing dibandingkan negara tetangganya. Saat ini Kamboja, Myanmar, dan Laos misalnya, melakukan pendekatan comparative advantage. "Negara-negara tersebut telah menanam ribuan hektare karet."

Sawit juga, menurut Henry, akan mengalami persaingan yang cukup berat di 2016. Pasalnya saat ini sudah banyak negara yang ikut menanam sawit.

Turunnya harga, Henry melanjutkan, merugikan petani karena kedua komoditas ini masih menjadi andalan. "Jangan kira karena ekspor tinggi petani kita diuntungkan, sebenarnya petani kita tengah tertekan," kata Henry saat dihubungi di Jakarta, Jumat, 1 Januari 2016.

Henry menawarkan solusi, yakni untuk berfokus pada produksi dalam negeri. Namun produksi harus berdasarkan kemampuan dalam negeri. "Jangan sampai pakai benih dari luar negeri," ujarnya.

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, ekspor karet dari Januari hingga Oktober 2015  mengalami penurunan. Harga karet di Oktober mencapai US$ 1.418 juta, turun 16 persen dibandingkan periode sama tahun lalu senilai US$ 1.702 juta.***

Editor:sanbas
Sumber:kompas.com
Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/