Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Jelang Hadapi Uzbekistan, Ini Pesan Iwan Bule Kepada Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
19 jam yang lalu
Jelang Hadapi Uzbekistan, Ini Pesan Iwan Bule Kepada Timnas U 23 Indonesia
2
Sejarah Baru Perjalanan Sepakbola Indonesia Diawali Keputusan Iwan Bule Pilih Shin Tae-yong
Olahraga
20 jam yang lalu
Sejarah Baru Perjalanan Sepakbola Indonesia Diawali Keputusan Iwan Bule Pilih Shin Tae-yong
3
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
6 jam yang lalu
Kemenpora dan MNC Group Gelar Nobar Timnas U 23 Indonesia
4
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
Pemerintahan
6 jam yang lalu
Kemenpora Dorong Pemuda Eksplorasi Minat dan Hobi Lewat Pesta Prestasi 2024
5
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
Olahraga
4 jam yang lalu
Lalu Mara Ingatkan Lobi Iwan Bule Bikin Shin Tae-yong Berani Ambil Resiko
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Olahraga
4 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U 23, Shin Tae-Yong Berikan Kepercayaan Kepada Pemain Timnas Indonesia
Opini

Marcos Nasib Ironi Diktator Filipina

Marcos Nasib Ironi Diktator Filipina
H Mulyadi
Selasa, 16 Agustus 2016 21:10 WIB
Penulis: H Mulyadi

FERDINAND Marcos adalah nama mantan Presiden Filipina, yang memerintah dengan tangan besi. Selama memerintah menggunakan tangan besi lawan-lawan politiknya dimasukkan ke penjara. Kekuasaannya refresif. Marcos selama berkuasa sejak 1965 langkah awalnya seolah-olah seperti seorang demokrat. Dia mengangkat isu, "Negara dapat tumbuh besar kembali."

Pada saat perayaan natal isterinya yang cantik, mantan peragawati selalu ikut memberi inspirasi. Isterinya bernama Imelda, yang hobi suasana glamor adalah  jago dansa. Dua sijoli ini ibarat pepatah "seperti pinang dibelah dua". Menurut buku berjudul "Philippines" yang ditulis Chris Rowthorn, Greg Bloom, Michael Day, Michael Grosberg dan Ryan Ver Berkmoes akhir perjalanan dua sijoli ini tidak "happy ending" padahal rakyat Filipina semasa pemerintahan kedua melihat kenyataan  yang penuh kepalsuan. Masyarakat hidup dalam kesulitan, harga sembako dan inflasi melambung. Suasana tak nyaman melahirkan demontrasi pada pemerintahan  kedua. Hal ini diperparah, karena Filipina tergantung kepada Amerika Serikat (AS).

Tahun 1991, pemerintah yang menjanjikan perubahan hidup cuma "pepesan kosong". Dalam keadaan demokrasi dilanda krisis dan korupsi bermunculan, seorang tokoh perempuan bernama Cory Aquino tampil menentang dominasi rezim Marcos. Maka dari berbagai elemen mengadakan perlawanan, turut serta kelompok gereja  dengan tokohnya Kardinal Sin. Perlawanan terhadap diktator  itu muncul pula dari kalangan pelajar. Marcos tadinya menganggap bisa mengatasi unjuk rasa besar-besaran. Ternyata apa yang disebutkannya tidak terbukti. Bahkan unsur-unsur penentang Marcos semakin hari makin bertambah kuat. Tentara dengan persenjataan lengkap bukan jaminan mampu menekan "chaos". Para pelajar membawa bunga dan membagikanya kepada pasukan pendukung Marcos. Seperti malam yang cepat berlalu, akhirnya senjata yang siap ditarik pelatuknya, tidak jadi dipakai. Bahkan tentara berbalik mendukung para demonstran. Karena kaum militer sadar, diantara kelompok demonstran bukan mustahil adalah keluarga  dan handai tolan. Apalagi turut bergabung dengan para pengunjuk rasa, menteri pertahanan Fidel Ramos. Akhirnya pendukung Marcos kocar kacir. Sedangkan Marcos dan Imelda kabur ke Negeri Paman Sam dengan dibantu pesawat AS.

Nasib menentukan lain, diktator Filipina yang kabur menjarah kekayaan negara meninggal dunia. Tetapi permintaan agar jenazah diktator itu bisa dibawa ke Filipina ditolak. Baru sekitar 20 tahun secara diam-diam jenazahnya dibawa ke negara yang populer dengan sebutan  7000 pulau. Seorang anak Marcos terpilih jadi gubernur di sebuah provinsi. Jenazah yang diktator itu dimakamkan di Mausoleum tanpa mendapat pengakuan sebagai pahlawan. Masyarakat acuh dengan peristiwa itu. Begitulah nasib diktator yang kejam itu. Tidak ada kata kehormatan kecuali sebutan mabuhay, bahasa Filipino yang artinya "selamat datang".***

H Mulyadi adalah wartawan senior, tinggal di Pekanbaru.

Kategori:Ragam
wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/