Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
Umum
22 jam yang lalu
Adelia Pasha Kemalingan di Paris, Tas Istri Pasha Ungu itu Raib
2
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
Umum
22 jam yang lalu
Taylor Swift dan Travis Kelce Kepergok Bersantai Mesra di Pantai Bahamas
3
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
Umum
22 jam yang lalu
Eva Mendes Mundur dari Dunia Akting Demi Anak
4
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
Olahraga
21 jam yang lalu
Kalah Lawan Sri Lanka, Timnas Putra Bersiap Hadapi Korsel di Kualifikasi Grup B FIBA 3X3 Asia Cup 2024
5
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
Umum
22 jam yang lalu
Berkolaborasi dengan Galestra, Donner Buka Toko Flagship Pertama di Jakarta
6
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu
Umum
22 jam yang lalu
Zayn Malik Rindu Kejayaan Masa Lalu
Home  /  Berita  /  Umum

Menyedihkan! Sempat Ditolak oleh 3 Rumah Sakit, Akhirnya Bayi Malang Ini Meninggal

Menyedihkan! Sempat Ditolak oleh 3 Rumah Sakit, Akhirnya Bayi Malang Ini Meninggal
Ilustrasi.net
Sabtu, 12 Desember 2015 09:48 WIB
Penulis: jontra
BUKITTINGGI - Seorang bayi yang bernama Yusuf akhirnya meninggal dunia sekitar pukul 07.30 WIB di Bidan Praktek Swasta (BPS) Bunda Bukittinggi, setelah sempat dirawat selama hampir 13 jam, Jumat 11 Desember 2015.

Sebelum meninggal, bayi malang anak dari pasangan Neni Lidia Refi (36) dan Usnil (31) yang tinggal di Sarojo Kecamatan Mandiangin Koto Selayan (MKS) Kota Bukittinggi itu sempat ditolak saat dirujuk di tiga rumah sakit di Bukittinggi, karena mengalami gangguan pernafasan.

Bayi Yusuf tersebut lahir di BPS Bunda Bukittinggi pada Kamis 10 Desember 2015 sekitar pukul 17.15 WIB dengan panjang 45 cm. Bayi itu lahir normal dan tidak ada indikasi kekurangan lainnya.

Hanya saja, ketika lahir berat Yusuf dikategorikan di bawah normal, yakni seberat 2.270 gram dan tidak memiliki refleks untuk menyusu kepada ibunya.

Namun pihak BPS Bunda Bukittinggi terus berupaya untuk merangsang Yusuf agar mau menyusu. Akan tetapi usaha itu belum membuahkan hasil.

Untuk penanganan yang lebih intensif, pihak BPS Bunda lalu merujuk Yusuf ke Rumah Sakit Achmad Mochtar (RSAM) Bukittinggi. Namun, ketika sampai di rumah sakit itu ternyata pasien lagi penuh dan alat untuk menolong Yusuf juga terpakai semuanya.

Pihak RSAM kemudian menghubungi Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi. Namun kondisi rumah sakit itu tidak jauh berbeda dengan RSAM, sehingga pihak keluarga bersama tim medis yang membawa Bayi Yusuf itu langsung menuju Rumah Sakit Madina Bukittinggi.

Namun sayangnya, usaha pihak keluarga dan tim medis BPS Bunda tidak berhasil, karena kondisi rumah sakit Madina juga penuh. Kendati demikian, pihak keluarga dan tim medis tak putus arah.

Bayi ini kemudian kembali dibawa ke Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi dengan harapan ada pasien yang dipulangkan pihak rumah sakit. Tapi ternyata kenyataan tidak seperti yang diharapkan.

Setelah tiga rumah sakit menolak, akhirnya pihak keluarga kembali membawa Yusuf ke BPS Bunda. Keesokan harinya, Jumat 11 Desember 2015,  bayi malang itu akhirnya meninggal dunia dalam usianya yang baru dua hari.

Paman Yusuf, Darman mengatakan, “Seharusnya, pelayanan rumah sakit mengutamakan pasien yang sifatnya darurat untuk ditangani segera. Tapi kenyataannya tidak begitu. Cukuplah keluarga kami saja yang mengalami pelayanan seperti ini, jangan sampai ada pelayanan yang kami terima terulang kembali,” kata Darman.

Darman juga mengatakan bahwa bayi Yusuf itu telah dikebumikan di tempat pemakaman keluarga di kawasan Sarojo Bukittinggi, setelah shalat Jumat. Sedangkan ibunya hingga Jumat sore masih dirawat di BPS Bunda.

Terkait sempat ditolaknya Bayi Yusuf saat dirujuk ke RSAM Bukittinggi, Ernawati, Direktur rumah sakit tersebut menjelaskan, saat Yusuf itu di rujuk dari BPS Bunda, kondisi rumah sakit memang lagi penuh.

Namun demikian, Ia mengaku bahwa Yusuf sempat diberikan pertolongan di IGD beberapa menit. Tapi karena kondisinya sangat darurat dan perlu alat CPAP (Continuos Positive Airway Pressure), makanya petugas medis di rumah sakit yang Ia pimpin merujuk Yusuf ke rumah sakit Madina.

"Kami merujuknya, karena empat CPAP yang kami miliki semuanya penuh. Oleh karena itu, kami mencoba menghubungi Rumah Sakit Madina dan Rumah Sakit Yarsi, tapi disana ternyata juga penuh,” ujar Ermawati.

Menurut Ernawati, untuk meningkatkan pelayanan rumah sakit, pihaknya telah menganggarkan penambahan CPAP sebanyak dua unit pada tahun 2016 mendatang.

Dikatakan juga oleh Ernawati, CPAP merupakan suatu alat untuk mempertahankan tekanan positif pada saluran napas neonatus selama pernafasan spontan dan berfungsi untuk menurunkan kesulitan bernafas.

“Kami sudah anggarkan dananya melalui dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp7 miliar, dan itu telah  disetujui oleh pusat,” ujarnya.

Sementara itu, Bagian Umum Rumah Sakit Madina Jhon Hendri mengaku saat Bayi Yusuf itu dirujuk dari RSAM, pasien di Rumah Sakit Madina juga penuh, karena fasilitas khusus anak dan bayi yang dimiliki rumah sakit Madina hanya satu ruangan.

Selain itu, kata Jhon, Rumah Sakit Madina hanya bisa menangani pasien yang tidak bersifat darurat. "Kalau sifatnya darurat, biasanya kami merujuk pasien ke RSAM dan Rumah Sakit Yarsi,” ujarnya.

Direktur Rumah Sakit Yarsi Bukittinggi, Zulfa mengaku belum mendapat informasi tentang penolakan Yusuf dari rumah sakit yang Ia pimpin. Namun Ia berjanji akan mencari informasi rinci terkait persoalan ini, ungkapnya.(**)

Kategori:Umum
wwwwwwhttps://green.radenintan.ac.id/max/https://bkpsdm.tanahlautkab.go.id/galaxy/https://143.198.234.52/sonic77