Roehana Koeddoes Pantas Jadi Pahlawan Nasional
“Dia tak pernah belajar secara formal, hanya belajar ototidak, kendati demikian dimasanya dia bisa mengajak anak-anak sesusianya termotivasi untuk turut belajar,” ucap Guspardi Gaus, usai membuka Seminar Sehari tentang Roehana Koeddoes , Minggu (20/12/2015) di Auditorium Gubernuran Provinsi Sumbar. Guspardi juga mengemukakan beberapa alasan lain yang membuat Roehana Koeddoes layak mendapat gelar pahlawan nasional. Dia memiliki jiwa pengorbanan.
Roehana rela menghabiskan waktunya untuk memperkenalkan pendidikan ke tengah-tengah masyarakat, dan membuat ia sedikit terlambat menikah. Roehana menikah di umur sekitar 24 tahun. Untuk seorang perempuan di masa itu, apa yang ia lakukan adalah suatu yang di luar kebiasaaan.
Tak hanya itu, sosok satu ini juga mampu mendirikan sekolah formal di usia 27 tahun, mendirikan surat kabar dengan memperkerjakan karyawan yang hampir keseluruhannya perempuan. Dia menjadi satu-satunya perempuan yang menjadi wartawati di masanya.
Semasa hidupnya ia menerima penghargaan sebagai Wartawati Pertama Indonesia (1974). Pada Hari Pers Nasional ke-3, 9 Februari 1987, Menteri Penerangan Harmoko juga menganugerahinya sebagai Perintis Pers Indonesia. Dan pada tahun 2008 pemerintah Indonesia menganugerahkan Bintang Jasa Utama.
Di bidang pendidikan, Roehana mendirikan sekolah keterampilan khusus perempuan pada tanggal 11 Februari 1911 yang diberi nama Sekolah Kerajinan Amai Setia. Di sekolah ini diajarkan berbagai keterampilan untuk perempuan, keterampilan mengelola keuangan, tulis-baca, budi pekerti, pendidikan agama dan Bahasa Belanda
“Dengan semua yang telah ia lakukan, bisa dibilang, Roehana Koeddoes belum ada tandingannya hingga saat ini. Oleh karena itu beliau layak diperjuangkan jadi pahlawan nasional,” kata Guspardi.
Menurut dia juga, ide untuk mengusulkan Roehana sebagai pahlawan nasional memang bukan datang dari pemerintahan daerah, namun dicetuskan oleh persatuan Bundo Kanduang Sumbar dan Yayasan Amai Setia Koto Gadang.
Ia menilai, ide mengusulkan pahlawan nasional atas nama tokoh wanita dari Sumbar ini juga merupakan suatu yang luar biasa. Sebab ada organisasi di luar pemerintahan yang punya perhatian lebih atas persoalan ini. “Ini adalah suatu yang hebat dan patut diapresiasi,” ucapnya.
Ke depan, tegas Guspardi. Komisi terkait di DPRD akan didorong agar bisa mengagendakan pembahasan untuk ini. Supaya prosesnya tak berlama-lama, dinas sosial sebagai yang berwenang menangani juga akan didorong untuk segera menyiapkan segala sesuatunya.
Sementara itu, cucu dari Roehana Koedoes Edi Yuni mengatakan, sebagai keluarga ia berterima kasih atas perhatian yang telah diberikan atas perjuangan sang nenek.
“Diharapkan apa yang pernah dilakukan nenek buyut kami bisa menjadi contoh tauladan untuk anak muda yang ada sekarang, terutama perjuangan dan perhatian beliau terhadap kaum perempuan,” ujar Edi.
Mantan Wakil Ketua DPRD Sumbar periode 2009-2014 yang juga merupakan ninik mamak Koto Gadang tempat Roehana Koeddoes berasal, Leonardy Harmaini menuturkan, rencana mengusulkan sosok Roehana menjadi pahlawan nasional diharapkan bisa didukung oleh semua pihak.
Ia melihat ketokohan Roehana yang telah diakui secara nasional dan banyak mendapat penghargaan dari pusat. Ia juga berharap generasi yang ada sekarang memang bisa menjadikan sosok bersangkutan sebagai suri tauladan. Sehingga ke depan lebih banyak lagi Roehana Koeddoes lain yang dimiliki daerah ini. (***)
Editor | : | Marjeni Rokcalva |
Sumber | : | Harianhaluan.com |
Kategori | : | Sumatera Barat, Umum |