Terpopuler 24 Jam Terakhir
1
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
Olahraga
18 jam yang lalu
Rohmalia Pecahkan Rekor Dunia Cricket di Seri Bali Bash International
2
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
Olahraga
18 jam yang lalu
Melaju ke Semifinal Piala Asia U 23, STY Sebut Meningkat Kepercayaan Timnas U 23 Indonesia
3
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
Olahraga
18 jam yang lalu
Timnas Cricket Putri Indonesia Kalahkan Mongolia di Bali Bash Internasional
4
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
Olahraga
11 jam yang lalu
Kembali Unjuk Kebolehan, Aditya Kalahkan Pecatur Kawakan GM Thien Hai Dao
5
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
Olahraga
12 jam yang lalu
Seleksi Lokakarya Wasit dan Asisten Wasit Liga 3 Tahun 2023/2024 Bergulir
6
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Olahraga
9 jam yang lalu
Hadapi Uzbekistan di Semifinal, Timnas U 23 Indonesia Diharapkan Bisa Tampil Seperti Lawan Korsel
Home  /  Berita  /  GoNews Group
Demo Menolak Transportasi Online

Fahri Hamzah: Indonesia Semakin Maju, Pemerintah Wajib Tau Konsekuensi Izin Transportasi Online

Fahri Hamzah: Indonesia Semakin Maju, Pemerintah Wajib Tau Konsekuensi Izin Transportasi Online
Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah. (Istimewa)
Selasa, 22 Maret 2016 16:23 WIB
Penulis: Daniel Caramoy
JAKARTA- Indonesia ini negara yang sudah maju, diakui atau tidak, menurut Wakil Ketua DPR RI, Fahri Hamzah, terbukti dengan berkembang pesatnya transportasi online di Indonesia.

"ini adalah dunia baru, fenomena yang berkembang dan itu menciptakan lansekap serta platform bisnis baru di Indonesia, tidak mungkin kita tinggalkan. Negara harus punya imajinasi untuk melacak efek satu platform. Terutama yang terkait dengan pelayanan publik, atau infrastuktur publik," jelas Fahri, Selasa (22/03/2016) saat ditanya masalah aksi demo pengemudi taxi di Jakarta.

Menurutnya, Pemerintah harus segera melakukan studi dan begitu aplikasi itu dikasih izin beroperasional, kementerian terkait harus tahu konsekuensinya. "Bisnis ini akan dimiliki semua orang, dan siapa saja berhak untuk menjalankan usahanya," tutur Fahri.

Fahri juga menegaskan, negara harus lebih cerdas memantau jangan sampai perkembangan sektor modern mematikan sektor tradisional. "Bluebird dan kawan-kawan itu sektor tradisional, mereka sudah berbisnis berpuluh-puluh tahun, sekarang tiba-tiba orang dengan aplikasi dia komando semua yang punya mobil jadi pengusaha-pengusaha. Itu enggak boleh dimatikan, sebab logis dari ekonomi baru berdasarkan pengetahuan," tukasnya.

Cuma, kata Fahri, negara harusnya bisa menjembatani transisinya. Di antaranya modernisasi sistem kepemilikan taksi. "Jangan taksi dikuasai oleh pemodal besar. Taksi mesti mulai dikuasai setiap orang. Jadi supir taksi itu bisa menjadi pemilik taksi, sehingga bisa daftar ke aplikasi itu. Dia bisa menjadi peserta," jelasnya.

Jika sudah begitu kata Fahri, para pemilik tidak saja dikomando kantornya. "Nah pemilik modal besar itu pindah saja ke aplikasi. Dan itu pasti akan ke arah sana. Sekarang ini semua ada di sini (handphone), mau baca apa, mau bisnis apa, sudah ada semua kan," paparnya.

Menurutnya, yang mengendalikan tetap kita, mediumnya pindah. Tetapi pemerintah harus melacak ini. Jangan kemudian satu-satu ini bebasin, berantem orang di tengah jalan. Sekarang ini jangan lagi ngomong ketegasan, tetapi kecerdasan. Harus melampaui cara berpikir kreativitas sektor swasta kita," tandasnya.

Saat ini kata Fahri, UU regulasi baru juga sudah ada, tinggal cara mengaturnya saja. "Ini demokratisasi. Semua orang punya bisnis, ini bagus. Sekarang saatnya, supir-supir taksi itu kasih hak dia punya mobil. Di negara-negara yang tidak kacau, kuncinya adalah tidak ada monopoli pemilikan taksi. Tapi semua supir taksi menjadi pemilik taksi," paparnya lagi.

Kalau soal uber ga bayar pajak bagaiamana?. Menurut Fahri, nanti yang mengejar adalah dirjen pajak. "Enggak usah orang lain. Itu ada mekanismenya. Ini problemnya adalah karena platform dia bisa mengomando semua orang untuk menjadi pengusaha. Sementara kelompok lama, yang saya bilang kelompok tertindas. Itu saja," pungkasnya. ***

wwwwwwhttps://143.198.234.52/sonic77https://159.223.193.153/https://64.23.207.118/http://152.42.220.57/